Kamis, 18 Desember 2014

BISNIS, SOLUSI PENYELAMAT PEREKONOMIAN INDONESIA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
        Bisnis merupakan penopang utama perekonomian Indonesia. Sayangnya, peminat bisnis di Indonesia masih sangat minim yaitu sekitar 1,56 % penduduk Indonesia, padahal angka normal pengusaha di negara kita setidaknya 2,00 %. Salah satu penyebab minimnya angka pengusaha di Indonesia adalah mindset penduduknya tidak mau mengambil risiko dari sebuah usaha. Masih banyak perguruan tinggi yang ingin mencetak para lulusannya untuk menjadi pekerja kantoran. Memang tidak mengapa, itu sebuah pilihan masing-masing individu. Namun tak ada salahnya jika seorang pegawai juga memiliki sebuah usaha. Tentunya akan semakin memiliki manfaat bagi orang lain bukan?

        Bisnis bukan barang instan, diperlukan "penataan mental" untuk memulai sebuah bisnis. Seseorang yang terlahir dari keluarga seorang pengusaha/pedagang, sebagian besar akan memiliki mindset ingin menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha adalah hal mulia karena nabi besar kita Muhammad Sallallahu'alaihi Wasallaam juga mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi insan yang mampu secara finansial dengan menjadi seorang pengusaha. Dengan menjadi seorang pengusaha maka akan menjadikan diri kita sepenuhnya menggantungkan rizki hanya kepada Allah Subhanahuwata'ala, bukan kepada manusia.
        Perguruan tinggi sangat berperan untuk "menggenjot" perekonomian negara kita, Indonesia. Beberapa perguruan tinggi telah menjadikan mata kuliah kewirausahaan menjadi mata kuliah wajib. Mata kuliah tersebut mengharuskan mahasiswa/mahasiswinya untuk membuat sebuah business plan yang harus direalisasikan  baik dibuat secara individu maupun kelompok. Hal ini disebabkan karena jika saat mahasiswa/mahasiswi tersebut telah lulus maka akan meminimalisir terjadinya pengangguran yang menjadi beban negara. Perguruan tinggi memiliki fungsi yang strategis disamping peran peningkatan prestasi akademik.
          Selain perguruan tinggi, peran pemerintah sangat dibutuhkan disini. Didalam UUD 1945 pasal 31 berkaitan tentang pendidikan, dana APBN yang digelontorkan dalam peningkatan pendidikan adalah sebesar 20% dari total APBN, angka yang fantastis. Pemerintah telah mengadakan suatu program khusus untuk mahasiswa dalam peningkatan kemampuan untuk berbisnis/berwirausaha. Selain pemberian dana, pemerintah sebaiknya juga melakukan pengawasan yang lebih intensif untuk menjaga keberlangsungan usaha, meskipun saat ini juga sudah dilakukan. Pemerintah sebagai regulator juga diharapkan dapat memberikan peran penting untuk mendukung situasi bisnis, khususnya bagi mahasiswa.
         Mahasiswa merupakan agen perubahan (agent of change) didalam masyarakat. Mahasiswa memiliki tingkat intelektual yang lebih baik, sehingga ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan diharapkan dapat diaplikasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perguruan tinggi yang telah membekali mahasiswanya dengan kewirausahaan, berarti telah menyiapkan lulusannya untuk dapat bertahan (eksis) walaupun lapangaan pekerjaan yang sedikit. Disinilah ketahanan mahasiswa diuji, bagaimana ia mempertahankan hidup setidaknya untuk dirinya sendiri, bahkan lebih baik lagi apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya dengan penyerapan tenaga kerja dari pendirian sebuah usaha baru tersebut.
        Perguruan tinggi memiliki berbagai macam jurusan yang dapat dijadikan peluang bisnis. Misalkan saja jurusan teknik mesin, disana mahasiswa diharapkan dapat menciptakan inovasi dari mesin yang berguna bagi masyarakat. Salah satu produk teknik mesin adalah mesin pengolah sampah organik. Mesin tersebut dapat menghasilkan pupuk yang berguna bagi tanaman. Pupuk akan menjadi barang ekonomis yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Selain teknik mesin, jurusan yang tak kalah menarik adalah teknik kimia ataupun farmasi. Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan, kemudian menciptakan produk pangan, kosmetik, ataupun obat-obatan yang dapat berguna bagi masyarakat. Hal itupun dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah pula.
           Indonesia masih mengalami keterbelakangan teknologi dibandingkan negara lain. Salah satu fungsi produksi yaitu dipengaruhi kemajuan teknologinya. Dengan teknologi mutakhir maka produk yang dihasilkan akan semakin tinggi, dan tingkat efektif dan efisiennya akan semakin besar. Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya profit yang dihasilkan dari sebuah perusahaan. Perusahaan yang telah maju karena kemajuan teknologinya maka akan menjadi go public, perusahaan yang telah go public hendaknya menyisihkan sebagian profit yang didapat dari usahanya untuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang akan dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, dan lainya.
          

Senin, 17 November 2014

KETIKA HUJAN MENYAPA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
      Tetesan air langit itu membasahi bumi yang menghampar. Telah nampak kuasa-Nya menurunkan rizki kepada penduduk di bumi. Tanaman yang begitu merindukan hujan, laksana seorang ibu yang menantikan kedatangan buah hatinya, ikan di laut berenang dengan lincahnya memainkan atraksi dengan siripnya, begitupula manusia yang merupakan insan yang diciptakan sempurna oleh sang khalik, Allah Subhanahuwata'ala pun juga merindukan hujan untuk keberlangsungan kehidupannya. Seluruh penduduk bumi hendaknya mensyukuri rahmat yang menimbulkan "multiple effect" ini.
      Hujan terjadi karena peristiwa penguapan oleh matahari. Air sungai, air laut, bergerak ke atas menjadi butiran-butiran kristal air, kemudian tertampung menjadi awan-awan, dan setelah mencapai kapasitas maksimal ia akan turun ke bumi berbentuk rintik-rintik hujan. Peristiwa hujan melibatkan begitu banyak ciptaan Allah seperti matahari, angin, awan, air hujan, air laut, dan masih banyak lagi. Ciptaan-ciptaan Allah tersebut adalah untuk kemaslahatan manusia. Hujan merupakan bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir dan menjadi pembelajaran yang penting untuk kita.
       Ketika hujan menyapa, itulah salah satu waktu yang berharga. Dimana ketika hujan diturunkan, maka segala do'a yang kita panjatkan In Syaa Allah akan diijabah oleh Allah. Janganlah kita sia-siakan hujan karena inilah waktu yang baik untuk kita lebih mendekat kepada-Nya. Allah tempat kita meminta, menyampaikan segala gundah dihati. Allah lah pemilik segalanya, penentu segalanya, tak ada kekuatan yang lebih dahsyat selain kekuatan milik-Nya. Semuanya berada digenggaman-Nya.
     Manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal dan pikiran sehingga ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Peristiwa hujan menjadi sebuah "sarana" kita untuk mengenal Rabb yang agung. Melalui hujan, Allah hendak menyampaikan pesan pada manusia betapa Allah sangat mencintai manusia. Hujan akan menyuburkan tanah yang gersang dan tandus menjadi tanah yang penuh dengan kesuburan. Bisa kita bayangkan, andaikan Allah tidak menurunkan hujan bagaimanakah kehidupan kita akan berlangsung? Tentunya kelaparan akan merajalela karena krisis pangan yang disebabkan tak adanya pengairan. Tak hanya kelaparan, kejahatan pun akan merajalela karena "urusan perut" tak terselesaikan.
    Segala yang Allah turunkan tidak ada yang sia-sia, termasuk hujan sekalipun. Hujan dalam intensitas normal (cukup) maka akan menyuburkan tanah. Tetapi jika hujan dalam intensitas abnormal (sering) maka akan menimbulkan banjir. Keduanya sama-sama bernilai baik jika kita mau berkhusnudzon (berbaik sangka) kepada Allah. Saat hujan dalam intensitas normal, maka akan menyuburkan tanah, menjadikan pohon-pohon berbuah lebat. Buah tersebut adalah rizki yang diberikan Allah kepada manusia, maka kita haruslah bersyukur. Saat hujan dalam intensitas sering, maka akan menimbulkan bencana banjir. Harta benda kita akan lenyap terbawa arus banjir itu, maka kita hendaknya bersabar dan berintropeksi diri, apakah bencana yang diturunkan Allah adalah akibat kelalaian manusia untuk menjaga bumi, sehingga Allah menegur kita agar kembali ke jalan yang benar. Semua perkara adalah baik bagi setiap muslim.
     
     

Jumat, 14 November 2014

AGENT OF CHANGE IN FAMILY

Oleh : Ika Devi Silviana
     Keluarga adalah tempat dimana kita mencurahkan segala isi hati tentunya setelah Allah Subhanahuwata'ala. Keluarga merupakan nikmat yang Allah berikan kepada kita untuk melengkapi hidup kita di dunia. Didalam keluarga tentunya masing-masing memiliki karakter pembawaan yang berbeda-beda. Ada yang sabar, pendiam, pentaat, pemaaf, acuh tak acuh,  sampai yang paling menyeramkan sekalipun. Semuanya saling melengkapi satu sama lain, nah disinilah peran kita sebagai "penyelamat" yang akan membawa keluarga kita selamat tidak hanya dalam tataran dunia, namun juga akhiratnya.
       Islam memerintahkan umatnya tidak hanya sekedar memiliki iman, tapi kita juga memiliki ilmu. Setiap manusia adalah "agen of change" yang bermanfaat untuk keluarga melalui ilmu yang dimilikinya. Rasulullah bersabda, “Barang siapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran maka ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya, jika tidak mampu dengan lisannya, dan jika tidak mampu dengan hatinya. Dan yang demikian itu selemah-lemahnnya iman.” (HR. Muslim). Kaitan iman dan ilmu sangatlah kuat, karena dengan iman maka kita akan berilmu, dan karena dengan berilmu maka kita akan menegakkan keimanan.
       Setiap keluarga tentunya berharap akan sukses dunia dan akhiratnya. Tetapi tidak setiap keluarga membekali harapannya itu kemauan yang kuat untuk bergerak kearah yang lebih baik. Dibutuhkan pola dakwah melalui suri tauladan yang baik didalam keluarga. Misalkan seorang ayah atau ibu yang menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh atau sholehah, tentunya keduanya harus memberikan contoh yang baik terlebih dahulu. Keluarga juga dapat kita ibaratkan seperti sebuah bahtera yang tergantung pada pengemudinya, bagaimana sang pengemudi itu dapat menaklukan ujian angin dan badai agar seluruh isi bahtera dapat berlayar dengan selamat.
      Menjadi agent of change bukan suatu perkara yang instan. Dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk menemukan bahwa sebenarnya dirinya merupakan agen perubahan yang akan "menularkan virus-virus" kebaikan. Mari kita lihat kisah nabi Ibrahim Alaihissalaam yang memiliki ayah yang sangat mencintai berhala-berhala tandingan Allah. Nabi Ibrahim selalu mengingatkan ayahnya untuk segera bertaubat dan senantiasa mendo'akan agar hatinya tergerak. Namun ayahnya masih mempertahankan berhala-berhala itu. Kegigihan untuk merubah harus sangat kuat, namun setelah itu kita serahkan hasilnya kepada Allah Subhanahuwata'ala. Jika rasa putus asa dalam dakwah mendera, yakinlah Allah adalah maha yang membolak-balikkah hati manusia yang akan memberikan hidayah kepada manusia untuk mengarah kearah yang lebih baik.
         Ilmu adalah jalan kita menemukan kebenaran. Ilmu yang kita tuntut tidak sekedar ilmu untuk kebahagiaan dunia saja, namun juga ilmu untuk meraih kebahagiaan akhirat karena kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan di alam akhirat.  Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dari ia dibuai oleh ayah dan ibu, sampai saat kita sudah ada di liang lahat. Keterlambatan bukan akhir dari segalanya selama Allah masih memberikan kesempatan untuk kita berubah. Mari bersama-sama mengajak keluarga kita untuk menggapai keselamatan hidup didunia dan diakhirat dengan didasari pengharapan meraih ridho Allah Subhanahuwata'ala. Wallahua'lam..
     
       

Minggu, 02 November 2014

AIB DAN GHIBAH

Oleh : Ika Devi Silviana
      Pergaulan merupakan suatu hal yang tidak dapat kita elakkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan berbagai sifatnya. Disinilah letak kita untuk lebih cerdas mengelola hubungan itu. Terkadang disebuah perkumpulan secara tidak sengaja kita membicarakan suatu hal yang akan "berbuntut" pada ghibah (menggunjing). Perbuatan menggunjing ini telah diibaratkan Allah seperti kita memakan bangkai saudara kita sendiri. Alangkah menjijikannya.
     Allah mengaruniakan kita sebuah organ mungil dibawah hidung, yaitu mulut. Mulut itu lebih tajam daripada pedang. Organ inilah yang kebanyakan membawa pemiliknya terjerembab di dalam panasnya neraka. Tak dapat dipungkiri bahwa hal-hal yang dilakukan oleh mulut inilah yang sangat melenakan, khususnya bagi kaum hawa. Menahan hawa nafsu adalah salah satu caranya. Memang bukan perkara mudah didalam hawa nafsu, karena kita harus berperang melawan syaitan yang selalu mengintai kita disegala sisi.
      Setiap diri manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Kita lebih banyak menilai kekurangan orang, daripada kebaikan yang telah diberikan kepada kita. Itulah kelemahan manusia yang pada akhirnya menjadikan mereka menggunjing kelemahan orang lain. Apakah kita sendiri sadar bahwa kita tentunya memiliki banyak kekurangan. Relakah kita digunjing sebagaimana kita menggunjing orang lain? Tentunya tidak. Allah telah berbaik hati menyembunyikan kekurangan yang ada didalam diri kita dengan memberikan hal yang baik, entah itu dengan wajah yang cantik, tubuh yang tinggi, otak yang cerdas, dan harta yang melimpah.  Lalu mengapa perbuatan ghibah itu masih terasa nikmat, cobalah melakukan intropeksi diri.
     Didalam pergaulan tentunya tidak mudah menjadi seseorang yang idealis mempertahankan ajaran Al-Qur'an dan Hadist. Namun kita harus belajar sedikit demi sedikit. Memang semua itu membutuhkan proses yang sangat panjang, tidak instan. Terkadang kita dianggap "sok" suci, tetapi inilah peran kita untuk mengajak saudara kita untuk melakukan perbuatan yang baik. Relakah kita jika kita memasuki surga sendirian sementara saudara kita terpeleset ke dalam neraka. Jika terasa sulit menahan hawa nafsu untuk berghibah, maka ingatlah Allah telah menutup aib kita didepan orang lain, jika kita tetap berghibah berarti kita belum memiliki rasa malu kepada Allah. Semoga Allah mengaruniai perasaan malu seperti Khalifah Ustman bin Affan Radhiyallahu'anhu. Aamiin..

ANDAI WAKTU MEMANGGIL

Oleh : Ika Devi Silviana
      Allah adalah Rabb tempat kita bergantung melebihi ketergantungan kita pada siapapun. Ia lebih dekat dari urat leher manusia. Itu berarti, jika tidak ada Allah didalam hidup kita, maka kita tidak akan hidup seperti saat ini. Sampai manusia akan diterjang kematian pun seharusnya yang kita ingat adalah Allah. Namun, Allah memegang seluruh kendali didalam hidup kita, termasuk keimanan di dalam hati. Hati dapat berbolak-balik, bisa saja saat ini hidup dalam keimanan namun pada akhirnya kita akan meninggalkan keimanan itu, atau bahkan sebaliknya sekarang kita hidup jauh dari keimanan namun pada akhirnya Allah memberikan khusnul khatimah yang begitu indah.
    Dunia ibarat fatamorgana, dilihat ada, namun jika ditangkap ia akan hilang. Sama seperti kehidupan kita sekarang yang penuh dengan kesenangan yang melenakan, tetapi jika kita telah meninggalkanya ia tidak akan menyertai kita, yang tersisa hanyalah amal-amal kita. Jika selama kita hidup senantiasa berbuat keshalihan, maka amal itu akan datang dengan wujud rupa yang elok. Jika selama kita hidup didominasi dengan perbuatan maksiat, maka ia akan mendatangi kita dengan rupa yang menyeramkan. Kita masih diberikan waktu oleh Allah untuk memperbaiki sebelum semuanya terlambat.
      Kematian akan memberikan efek yang bertolak belakang saat sakaratul maut menjemput. Disaat detik itu datang, kita akan diingatkan dengan masa lalu kita. Tak aneh jika saat menjelang kematian ada yang tersenyum dan bahkan sebaliknya. Kita perlu berdo'a kepada Allah, karena tidak ada satupun manusia yang dapat menjamin kita untuk mendapatkan khusnul khatimah itu. Nafsu jiwa yang membuncah, seringkali menutupi mata hati seperti akan terlupa bahwa nafas akan terhenti. Astaghfirullah..
     Kematian adalah permulaan kita menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Setelah kita meninggal, kita akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita selama di dunia. Setiap derap langkah, setiap gelak tawa, setiap ucapan, dan bahkan hal terkecil dalam kehidupan kita yaitu bernafas. Kita juga akan menunggu disuatu alam yaitu alam kubur. Di alam kubur ini kita juga akan diberikan "pelayanan" sesuai dengan amal kita. Ibarat sebuah hotel, jika hotel itu mahal maka pelayanannya akan "mahal", begitupula sebaliknya. Ada segala macam pelayanan dialam kubur, dari yang paling "memukau" nikmatnya, sampai pada "WOW" siksanya. Allah menyediakannya semua.
      Alam kubur adalah alam transisi sebelum alam yang sesungguhnya (surga dan neraka). Kita harus "mencicipi" panasnya alam mahsyar, tempat seluruh manusia dikumpulkan menunggu diadili perbuatannya. Ibarat seorang terdakwa pelaku kriminalitas, disana ada hakim agung, yaitu Allah Subhanahuwata'ala, lengkap dengan segala saksi yang entah akan meringankan atau memberatkan timbangan amal baik kita. Tak lupa kita juga akan menerima catatan "rapor" amal kita. Dengan tangan kanankah atau dengan tangan kiri kitakah akan diberikan rapor itu. Luka, sepi, air mata tidak akan berarti lagi. Tiada dusta diri yang tak terhakimi pada saat itu.
    Setelah di alam mahsyar, kita akan meniti jembatan siratalmustaqim. Jembatan itu sangat mengerikan, karena dibawah jembatan itu telah membentang neraka yang membuat tubuh kita meleleh karena panas yang begitu dahsyat. Meniti jembatan ini juga tergantung dengan amal perbuatan kita di dunia. Jika kita melakukan amal kebajikan, maka Allah akan memberikan "pelita"nya untuk menuntun jalan kita dengan lancar sampai ke surganya yang baunya sangat harum. Tetapi jika amal baik kita ringan, maka bersiap-siaplah untuk terjerembab dalam panasnya neraka.
      Rasa cita kita kepada Allah akan menjadi penolong bagi kita untuk melewati semua itu. Cinta kepada Allah menjadikan kita mudah disegala hal. Akan terasa indah jika segala hal yang kita lakukan itu didasari cinta kepada sang khalik. Tidak ada yang namanya "cinta bertepuk sebelah tangan". Allah akan mencintai hamba-hamba-Nya yang juga mencintainya. Dengan demikian kita tidak akan pernah merasa amal yang kita lakukan sia-sia dan tidak dihargai. Allah selalu menilai segala amal manusia, termasuk hal sangat kecil sekalipun seperti senyuman yang tulus kepada sesama.

Senin, 27 Oktober 2014

BERAPA IPK-MU?

Bismillaahirrahmaanirrahiim 
     Indeks Prestasi Kumulatif atau lebih kerennya digaungkan dengan sebutan IPK memang menjadi indikator menilai kejeniusan seseorang. Tak munafik, saat pola seleksi melamar pekerjaan paling tidak IPK menjadi senjata ampuh untuk lolos (paling tidak) seleksi administrasi. Tak hanya seleksi pekerjaan yang membutuhkan IPK yang tinggi, Allah juga memiliki standar IPK (Indeks Prestasi Ketakwaan). Jika kita menginginkan rahmat dan ridho Allah, maka kita akan dipermudah meniti jalan menuju surga-Nya kelak. Sekarang bagaimana meraih IPK tertinggi disisi Allah?
    Seorang mahasiswa apabila menginginkan IPK yang baik tentunya harus dengan usaha yang ekstra kuat. Mencari materi, bertanya dosen, mengerjakan tugas, atau dengan aktif dikelas. Sama halnya dengan meraih IPK sempurna disisi Allah, kita dapat mencari ilmu agama, bertanya seorang ulama atau guru agama kita, serta aktif dalam melakukan kebaikan ber(fastabiqul khoirat). Allah telah memberikan kita fasilitas yang sangat berlimpah untuk meraih semua itu. Mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, dan masih banyak lagi. Semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Allah berfirman dalam QS.Ar-Rahman:55, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?"
    Allah telah memberikan Al-Qur'an dan hadist untuk menjadi pedoman hidup umat manusia. Nabi berpesan jika kita berpegang kepada keduanya, maka tidak akan menemukan kesesatan didalam kehidupan. Perkara yang paling kecil mulai kita bangun dari tidur saja sudah diatur, dan tentu saja perkara yang besar juga tercakup didalamnya. Disini tugas kita sebagai hamba Allah, yaitu bersemangat dalam mencari ilmu, tidak untuk dunia saja, tapi utamanya adalah ilmu untuk kehidupan di akhirat kelak. Kehidupan dunia hanya sementara saja ibarat pergantian pagi dan siang, atau siang berganti malam. Kehidupan akhiratlah kehidupan kita yang sesungguhnya.
    Mempertahankan IPK yang sempurna dimata Allah tentunya bukan perkara mudah. Kita harus berjuang melawan hawa nafsu yang setiap saat mengintai di relung qalbu. Sabar adalah senjata ampuh, dengan sabar menjalankan perintah-Nya dan sabar didalam menjauhi larangan-Nya. Semua perkara untuk muslim itu baik, jika ia diberikan kesenangan ia bersyukur, dan jika ia ditimpa kesenangan maka ia bersabar. Keduanya sama-sama baik dan memberikan pahala, alangkah sempurnanya agama Islam dari Allah ini.
     Kita sungguh beruntung terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang Islam. Tapi tidak lantas kita merasa lebih baik daripada orang lain. Kita perlu mendalami dan mematangkan apakah Diinul Islaam itu, bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Akan terasa bahagia jika setiap langkah yang kita hentakkan di bumi Allah ini terniatkan untuk menggapai ridha Allah Ta'ala, tidak semata-mata hidup tanpa tujuan yang jelas kedepannya. Bukankah kehidupan akhirat adalah kehidupan yang pasti kita tempuh setelah kehidupan ini? Mari kita persiapkan dengan sebaik-baiknya.
    Allah memberikan begitu banyak nikmat, salah satunya adalah waktu. Disinilah letak kesulitan untuk mengelola waktu. Waktu ibarat bom atom yang terhitung mundur dan tinggal menunggu waktu kapan ia akan meledak. Waktu adalah kesempatan untuk beribadah, karena ibadah adalah nikmat yang sangat besar. Banyak orang yang telah meninggal ingin kembali ke dunia untuk kembali beribadah kepada Allah. Setiap tarikan nafas yang kita hirup mengandung oksigen yang apabila kita membelinya akan sangat mahal, tapi apakah Allah memerintahkan kita untuk membelinya? "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?"
    Malaikat maut senantiasa mengintai kita. Ia menunggu perintah Allah kapan ia akan merenggut nyawa kita. Tak ada yang bisa terlepas dari jeratan maut, sekalipun kita bersembunyi didalam lubang tikus sekalipun. Nabi Muhammad yang senantiasa terjaga dari perbuatan dosa sekalipun tetap merasakan bagaimana sakitnya maut. Lalu bagaimanakah kita yang masih tergoda dengan kenikmatan dunia yang begitu melenakan? semoga Allah selalu menjaga kita didalam meniti jalan kebenaran hingga kita menemukan indahnya khusnul khatimah.
    Kematian bukan akhir dari kehidupan, justru ia adalah permulaan kehidupan yang sesungguhnya. Kita masih menunggu di alam kubur, digiring ke padang mahsyar yang sangat panas, dihisab amal-amal kita, menyeberangi titian siratal mustaqim. Kita tahu surga tidak akan dibeli dengan harga yang murah, tiketnya pun sangat mahal. Kita harus diterpa badai cobaan di alam dunia, setelah kita lulus kemudian kita mengalami perjalanan sulit sebelum kita menapakkan kaki kita di tanah surga Allah yang telah Ia persiapkan bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Marilah mulai dari sekarang kita persiapkan IPK terbaik kita sebelum kita menemui Tuhan kita yang agung, Allah Subhanahuwata'ala.

    

Selasa, 21 Oktober 2014

A-Z MEMBENTUK DZURIYYAT RABBANI


Oleh : Ika Devi Silviana

            Allah memberikan kita begitu banyak rizki, salah satunya adalah dzuriyyat (keturunan). Kita patut bersyukur atas pemberian Allah tersebut. Wujud dari syukur kita adalah menjaga dzuriyyat yang telah dititipkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya. Menjaga dengan baik berarti kita memberikan yang terbaik kepada dzuriyyat, termasuk cara mendidik agar terbentuk dzuriyyat yang rabbani.
            Membentuk dzuriyyat yang rabbani maksudnya adalah membentuk dzuriyyat yang sesuai dengan nilai-nilai ke-ilahian (ketuhanan). Diperlukan perencanaan yang matang agar kedepannya lebih terarah. Pertama adalah memilih partner hidup (jodoh) yang baik. Hendaknya dalam memilih kita mempertimbangkan kualitas agamanya agar tidak menyesal dikemudian hari. Niatkan semata-mata untuk beribadah kepada Allah, sehingga rumah tangga akan terasa mudah dan penuh keberkahan. Untuk seorang laki-laki, maka ia harus memilih calon istri yang baik sebagai berikut :
1.      Beragama Islam (Muslimah). Ini adalah syarat yang pertama ketika para laki-laki menginginkan seorang wanita menjadi pencamping hidupnya. Dalil yang menegaskan akan hal ini adalah sebuah hadist dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia." (HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
  1. Mempunyai akhlak yang baik. Tentunya kita menginginkan bahwasannya sang ibu dari anak-anak kita adalah seorang ibu yang benar-benar menyayangi putra-putrinya, membimbing dalam agama, dan tentunya langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan memperhatikan akan akhlak budi pekerti calon istri kita dengan baik.
  2. Mempunyai dasar pendidikan agama yang baik. Lahirnya seorang istri yang sholehah adalah karena ilmu dan pendidikan agama yang baik, baik itu yang didapatkan dari keluarganya ataupun dari memperoleh ilmu dari majelis-majelis ilmu dan dzikir. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. hal ini berdasarkan atas hadist yang berbunyi :"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim).
  3. Lebih baik memilih calon istri yang masih gadis (perawan). Hal ini bertujuan untuk memelihara rumah tangga yang baru terbentuk dari permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan status. Mengenai memilih calon istri yang masih gadis hal ini dijelaskan dari sebuah hadist Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : "Apakah kamu sudah menikah ?" Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : "Perawan atau janda?" Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : "Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu."
  4. Subur (mampu menghasilkan keturunan).
Begitu pula sebaliknya, Untuk seorang perempuan, maka ia harus memilih calon suami yang baik sebagai berikut :
  1. Beragama Islam (Muslim). Karena suami adalah pemimpin keluarga, maka kaum wanita harus bisa menentukan calon suami adalah Islam. Karena salah satu kewajiban seorang suami adalah memimpin serta membimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak ada.
  2. Laki-laki yang sholih dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga, sehingga tingkah lakunya akan "menular" pada istri dan juga pada anak-anaknya.
  3. Memiliki ilmu agama Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
Untuk menjaga kesucian diri (pihak calon suami dan calon istri) alangkah baiknya segera dilangsungkan pernikahan. Pernikahan bertujuan untuk menciptakan rasa tentram, terciptanya rasa kasih sayang (sakinah, mawaddah, warahmah). Pernikahan menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban antara suami dan istri. Hendaknya sebelum melakukan kewajiban suami istri diawali dengan adab yang baik seperti berwudhu’, sholat sunnah, dan berdoa. Ketika istri telah menampakkan tanda-tanda kehamilan, maka suami istri mendo’akan janin, serta bisa diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an di dekat perut sang ibu agar calon bayi mendapatkan tarbiyyah lebih dini. Dengan demikian akan terlahir dzuriyyat yang baik dan akan mempererat kasih sayang didalam keluarga.
Setelah dzuriyyat terlahir ke maka orang tua menyerukan suara azan di telinga kanan si bayi. Ini dimaksudkan agar hal pertama yang didengar si bayi adalah seruan untuk beribadah dan berbakti kepada Allah. Setelah itu, orang tua wajib memberikan nama yang baik kepada anak. Bahkan, persoalan memberikan nama yang baik ini termasuk kewajiban orang tua, selain memberikan pengetahuan agama dan menikahkannya saat dewasa. Ini untuk memberikan kenyamanan kepada anak atas nama yang dia miliki. Bagi orang tua yang mampu, dianjurkan menyembelih hewan aqiqah pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Pada hari ketujuh itu pula orang tua disunnahkan mengkhitan anaknya.
Peran seorang ibu sangat penting, karena ia merupakan tarbiyyah pertama untuk anaknya. Diperlukan kesiapan mental dan kecukupan ilmu pengetehuan khususnya ilmu agama. Seorang pendidik, khususnya orang tua, hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan buah hati. Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6). Orang tua harus mengetahui apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak. Semakin dini anak belajar, maka daya ingatnya akan semakin kuat. Belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu. Orang-tua bisa mengambil tauladan Nabi Muhammad dalam mendidik putra-putrinya, sehingga akan memunculkan perilaku akhlaq mahmudah (terpuji).
Hal yang paling dasar dan harus diajarkan orang tua kepada dzuriyyatnya adalah perkara tauhid dan aqidah yang benar kepada anak. Tauhid adalah peng-esaan terhadap Allah, tidak ada sekutu yang patut disejajarkan dengan Ia. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48). Selanjutnya adalah akidah, akidah adalah hal yang sangat penting. Akidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
            Selanjutnya adalah mengajari anak untuk melaksanakan ibadah. Hendaknya sejak kecil dzuriyyat kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka semenjak dini, Insyaa Allah ketika dewasa mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
                    Tahap selanjutnya adalah memperkenalkan Al-Qur’an dan Hadist kepada buah hati. Al-Qur’an dan hadist adalah pedoman hidup bagi manusia. Segalanya telah diatur didalamnya.  Dimulai mengajarkan mengaji beriring mengajarkan mengenai hukum bacaan (tajwid) misalnya. Karena salah pengucapan (pelafadzan) maka akan memiliki arti yang berbeda. Orang tua juga hendaknya mengajarkan untuk menghafal surat-surat dalam Al-Qur’an, bisa dimulai dengan surat-surat pendek lebih dahulu. Kemudian orang tua dan buah hati bersama-sama mengkaji  kitab Riyadhush Shalihin atau Kitabut Tauhid. Selain itu juga diajarkan mengenai do’a-do’a sehari-hari seperti do’a makan, setelah makan, hendak tidur, bangun tidur, masuk WC, keluar WC, sesudah adzan, sesudah wudhu’, masuk masjid, keluar masjid dll.
            Kita perlu mengajarkan adab dan akhlak kepada dzuriyyat kita. Mengajarkan adab dan akhlak kepada buah hati dimulai dari orang tua terlebih dahulu untuk memberikan suri tauladan yang baik (uswatun khasanah). Adab adalah tatanan dalam melaksanakan sesuatu, kita bisa melatihnya dari hal-hal yang ringan dan mudah terlebih dahulu, seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak. .Akhlak adalah hal yang sangat penting. Akhlak adalah perilaku yang diluar kesadaran kita, sudah terpasang secara otomatis di memori otak kita. Agar anak memiliki akhlak yang baik maka ajarkan kebiasan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, sabar, ikhlas, pemaaf, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, tawadhu’, adil, malu, serta beragam akhlak lainnya.
            Hal terpenting selanjutnya adalah mengajarkan kepada anak untuk menjauhi hal-hal yang dilarang dalam agama. Tanamkan kepada anak bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak-gerik kita, walaupun tak seorang manusiapun tahu. Setiap detik akan menjadi saksi dihari pembalasan amal perbuatan kelak. Hendaknya sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya. Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Rasulullah bersabda,“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud). Hadist ini memiliki makna akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram. Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, Rasulullahpun telah bersabda,
كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.
            Menanamkan cinta jihad serta keberanian adalah hal yang penting. Kita bisa membacakan kepada mereka tentang kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri. Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah.
            Mendidik dzuriyyat yang diajarkan oleh Rasulullah selanjutnya adalah membiasakannya dengan menggunakan pakaian yang syar’i. Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
                Pergaulan yang baik akan membawa pelakunya menjadi baik pula. Sebagai orang tua, suatu hal yang penting pula adalah menempatkan dzuriyyat kita pada lingkungan yang rabbani. Kita bisa memilihkan teman-teman yang baik, seperti di lingkungan pengajian, pondok pesantren, atau sekolah-sekolah yang berlandas nilai-nilai keislaman. Rasulullah bersabda: “Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak
wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai orang tua yang baik, hendaknya kita memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada dzuriyyat kita. Orang tua tidak boleh membiarkan dzuriyyatnya masuk ke dalam lubang dosa. Walaupun kita tidak semulia nabi dan rasul, namun mengusahakan memberikan pendidikan yang baik kepada buah hati adalah kewajiban bagi setiap orang tua. Karena hakikatnya setiap orang adalah pendidik. Apapun pekerjaan dan kesibukannya, mendidik adalah kewajiban, karena hal tersebut telah diajarkan oleh rasulullah.
Ada sebuah kisah menarik. Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Al-Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Mengapa tidak yang lain? karena hidupnya penuh dengan hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.
"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:
1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.
               Untuk melatih ketajaman berpikir dzuriyyat kita bisa :

1.       Menghadiahkan untuknya sebuah buku tentang Islam dan hukum hukumnya serta mendiskusikan isi buku tersebut bersamanya.
2.       Menghadiahkan untuknya sebuah kaset dan meminta ia untuk meringkas materi yang dibawakan oleh penceramah.
3.       Membawanya untuk menghadiri pelajaran pelajaran dan ceramah.
4.       Mempelajari sebuah kitab bersamanya, seperti kitab "Riyadhush Shalihin" atau Kitabut Tauhid.
5.       Setiap Jum'at menyampaikan padanya materi khutbah Jum'at dan mendiskusikan dengannya.
6.       Membuat sebuah perpustakaan di dalam rumah dan membuat sekumpulan buku buku islami dan kita mendorongnya untuk menelaah/mempelajari dan membacanya.
7.       Mengkhususkan hadiah bulanan untuknya jika ia dapat menghapal beberapa surat atau ayat ayat Al Qur'an.
8.       Mendorongnya untuk mendengarkan siaran pembacaan Al quran

            Setelah dzuriyyat kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup, ajarkanlah ia untuk mendakwahkan  ilmu yang ia miliki untuk memberikan kemanfaatan untuk orang lain. Tidak harus menjadi seorang penceramah. Bisa melalui tulisan-tulisan atau dalam pergaulan sehari-hari dengan teman-temannya. Dzuriyyat yang baik akan membawa pencerahan kearah yang lebih baik untuk sekitarnya. Kita  boleh memberikan kebebasan kepada dzuriyyat kita untuk memilih masa depannya sendiri, selama tidak melanggar syari’at agama. Ia ingin jadi pilot, dosen, dokter, polisi, pengusaha, atau yang lainnya. Disaat ia jadi dosen ia bisa menyisipkan kuliah tujuh menit disela-sela kuliah. Disaat ia jadi polisi, bisa memberikan ceramah ketika sholat jum’at berlangsung. Disaat ia jadi pengusaha, maka jadilah ia pengusaha yang jujur, amanah, tidak menyembunyikan keburukan barang dagangan, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya.
            Kewajiban orang tua belum berakhir manakala dzuriyyatnya belum menginjak masa pernikahan. Orang tua masih memiliki kewajiban yaitu memilihkan calon istri atau calon suami untuk anaknya. Pilihkan calon istri atau calon suami berdasarkan syariat agama, sehingga akan terlahirlah generasi-generasi yang rabbani pula. Semoga bermanfaat..



Sumber :








           












Rabu, 15 Oktober 2014

JODOH DAN BERJODOH

 Oleh : Ika Devi Silviana
     Allah adalah pembuat "megaserver" yang sudah tercantum dalam kitab "Lauhil Mahfudz." Semuanya telah tersusun rapi disana, umur, rejeki, kematian, termasuk jodoh. Tentunya semua orang berharap jodoh yang terbaik untuk hidupnya. Ada berbagai kriteria yang diinginkan, entah karena rupanya, nasabnya, kekayaannya, atau agamanya. Entah siapa berjodoh dengan siapa, tak akan ada yang tahu, kecuali Allah Subhanahuwata'ala. Jodoh adalah rahasia Allah yang penuh tanda tanya.
       Terkadang, Allah menurunkan seseorang kepada kita untuk menguji kekuatan kita. Apakah kita kuat untuk tetap beriman kepada Allah atau bahkan terpuruk meninggalkan Allah. Inilah yang sulit. Terkadang Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan pada saat itu juga, karena Allah tahu ini belum saatnya. Mungkin menurut Allah kita perlu berbenah diri, sebelum Allah memberikan yang terbaik untuk kita. Memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh terbaik dari Allah adalah hal yang logis. Kalau kita mengupayakan hal-hal yang baik, maka Allah akan memberikan yang baik pula. Adil kan? Jika kita berjodoh dengan orang yang kita inginkan, maka Allah mengabulkan do'a kita. Jika Allah memberikan jodoh yang tidak sesuai dengan kriteria kita (dilihat dari segi rupa, harta, atau nasab) maka Allah memberikan yang terbaik untuk kita, karena dengan agamanya maka ia akan menuntun kita kepada jalan-Nya. Jika Allah memberikan jodoh yang keempat kriterianya kurang memenuhi, maka Allah sedang memberikan ujian untuk meningkatkan derajat kita disisi-Nya. Semua perkara itu baik.
     Kemungkinan itu selalu ada tentang bagaimana Allah akan memberikan jodoh untuk kita. Tentunya kita menginginkan jodoh yang keempatnya benar ada. It's so perfect, tapi apakah Allah akan memberikannya dengan cuma-cuma saja? Kita harus berusaha untuk mendapatkannya, terus melakukan pembenahan diri. Namun jika Allah tidak memberikannya, maka jangan lantas kita menghujat Allah. Mungkin Allah memberikan hikmah yang baik untuk kita. Allah Maha Pemberi kebaikan.
      Senjata paling ampuh setelah berusaha adalah dengan berdo'a. Allah adalah penguasa isi hati manusia, dengan mudahnya Allah dapat membolak balikkan isi hati manusia itu. Jika kita berdo'a maka tidak mungkin Allah mengacuhkannya. Allah akan tetap mengabulkannya, mau sekarang, nanti, atau bahkan kita akan mendapatkannya yang lebih indah karena Allah menangguhkannya di akhirat kelak. Tak ada perkara yang sia-sia bagi seorang muslim, semuanya baik.
     Masa panantian adalah masa sulit sebelum kita menemukan jodoh yang tepat untuk kita. Terkadang kita merasa sepi karena tidak ada tempat mencurahkan isi hati kita (konteks ini adalah manusia). Eits, tenang saja masih ada Allah tempat kita bersandar meluapkan isi hati. Allah akan menerima apapun keadaan Allah sehingga hati kita akan menjadi tenang. Jika kita menginginkan Allah berbicara kepada kita, maka bacalah Al-Qur'an. Jika kita ingin berbicara kepada Allah, menumpahkan segala perasaan yang ada didada maka shalatlah. Dengan demikian kita akan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Semoga bermanfaat..

KRISIS PANGAN DITENGAH PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA

Oleh : Ika Devi Silviana
      
     Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Pangan tentunya dihasilkan dari sektor pertanian yang handal dan memerlukan pembaruan teknologi untuk produksi tanaman pangan yang berkualitas unggul. Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu pernah menyandang julukan "Macan Asia" karena berhasil swasembada beras untuk kebutuhan pangan dalam negerinya sendiri. Pertanian yang berhasil memerlukan beberapa jenis faktor produksi yang mendukung satu sama lain. Dengan demikian ketahanan pangan untuk Indonesia akan tercapai dengan baik.
      Pertama, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang ahli akan menciptakan hasil yang maksimal pula. Kita dapat mempelajari sejarah pada masa lalu, Indonesia pernah menerapkan "Zaken Kabinet", yaitu kabinet yang ahli dibidangnya masing-masing. Dalam konteks ini tentunya ahli pertanian hendaknya ikut serta membangun pertanian yang handal dan mandiri untuk Indonesia. Tapi senyatanya minat lulusan pertanian dari berbagai universitas di negeri ini belum memiliki minat yang besar untuk mengembangkan pertanian. Hal ini menjadi penghambat untuk memajukan pertanian Indonesia.
      Kedua, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah lahan pertanian. Namun dapat kita lihat di daerah Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, tempat dimana ratusan universitas, akademi, sekolah tinggi berdiri, menjadikan lahan pertanian untuk kawasan ini akan semakin sempit. Ditambah lagi dengan pendirian berbagai macam mall yang "menyerobot" lahan pertanian kini kian pesat. Pemerintah telah mengatur plot daerah Yogyakarta untuk berbagai macam kepentingan. Misalkan daerah sebelah utara Yogyakarta digunakan untuk lahan pendidikan, yaitu dimana universitas-universitas besar berdiri, daerah sebelah timur Yogyakarta yang merupakan daerah tandus dikhususkan untuk lahan industri/usaha, daerah sebelah barat Yogyakarta sudah dikhususkan untuk produksi pangan. Namun apakah yang kini terjadi? Daerah barat yang seharusnya menjadi tempat produksi tanaman pangan lama kelamaan "kebobolan" digunakan untuk pembangunan industri mall. Faktor yang berpangaruh signifikan ini sudah tergadaikan, disinilah peran pemerintah untuk memainkan fungsi regulasinya.
     Ketiga, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah modal kerja/kapital. Para petani merasa kesulitan jika mereka mengajukan pembiayaan modal usaha di bank, meskipun itu bank pemerintah sekalipun. Pihak bank akan berpikir dua kali untuk memberikan pinjaman, mereka akan cenderung berpikir uang yang mereka himpun akan lebih sedikit keuntungannya jika diberikan diberikan kepada mereka. Pihak bank tentunya juga akan memikirkan prinsip kelayakan pemberian pembiayaan modal usaha melalui prinsip 5C (Character, Capital, Capacity, Colateral, Condition). Para petani kebanyakan berasal dari kalangan menengah kebawah, sehingga dalam memperoleh modal relatif lebih sulit.
     Keempat, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah kemajuan teknologi. Disinilah peran lulusan teknik untuk menciptakan teknologi mutakhir untuk pengembangan produksi pertanian. Apabila anak bangsa berhasil menciptakan teknologi yang handal, maka kuantitas produk pertanian yang dihasilkan akan semakin berlimpah pula. Namun masih terdapat masalah pada teknologi ini karena masalah pendidikan. Pendidikan yang ada di Indonesia belum fokus ke teknologi. Banyak universitas di Indonesia masih belum terbagi fokus penelitiannya kepada satu hal. Kebanyakan masih bersifat umum. Misalkan di negara maju seperti Belanda, mereka mempunyai sebuah universitas yang fokus meneliti tentang bunga tulip. Memang terlihat sepele, namun bunga tulip malah menjadikan Belanda menjadi ikon bunga cantik tersebut. Faktor-faktor diatas menjadikan terhambatnya perkembangan pertanian di Indonesia.
      Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah pesat. Diprediksikan sekitar tahun 2040, Indonesia akan mengalami krisis pangan. Apabila pertanian terus diabaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami musibah besar itu. Kekurangan pangan akan menjadikan Indonesia terus mengimpor kebutuhan primer untuk rakyat itu. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan tanaman pangan sendiri, tapi belum dapat mengelola dengan baik. 
      Ditengah pahitnya sektor pertanian Indonesia, sektor industri di negara ini kian melaju pesat. dapat kita lihat pertumbuhan mall-mall di kota-kota besar yang kian "bejibun" jumlahnya. Industri memang penyumbang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun kita jangan lantas menutup mata, acuh dan tak acuh dengan pertanian Indonesia. Ratusan juta penduduk setiap harinya membutuhkan pangan dalam jumlah yang sangat besar. Hal itu bertolak belakang dengan ketersediaan lahan-lahan pertanian yang kian hari kian menyusut. Ditambah lagi dengan kualitas sumber daya manusia, modal kerja, dan teknologinya yang masih kurang mendukung. Bagaimanakah dengan keberadaan bangsa Indonesia dimasa mendatang?
       Indonesia In Syaa Allah tidak akan mengalami krisis pangan jika pribadinya sadar melakukan perubahan. Sumber daya manusia yang ahli hendaknya mereka memang terjun menerapkan ilmunya untuk kemaslahatan masyarakat. Ketersediaan modal usaha memerlukan bantuan serta kerjasama antara pemerintah dan lembaga keuangan untuk lebih pro kepada masyarakat menengah kebawah, khususnya para petani. Teknologi juga memegang peranan penting, karena tanpa teknologi kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan akan kalah saing dengan negara lain. Keterbelakangan teknologi dapat diatasi dengan peran pendidikan. Apabila hal diatas dapat terwujud, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari krisis pangan, namun negeri ini akan memiliki peran kuat didunia ditahun 2040 nanti.