Kamis, 27 Agustus 2015

NIKAH DULU VS MAPAN DULU?

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
       Yang namanya hidup, jangan memakai rasio manusia. Selama kita bertakwa pada Allah maka kita akan diberikan kecukupan oleh Allah. Begitupula dengan nikah. Tak ada kewajiban nikah itu harus mapan, yang penting nikah untuk meraih ridha Allah. Allah akan memberikan rizki dari arah yang tak disaangka-sangka. Seperti firman Allah dalam QS.Huud:6 :
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)."
      Mapan memiliki banyak definisi yang relatif. Ada yang mengatakan mapan itu jika telah memiliki penghasilan 10 juta sebulan, punya mobil, rumah, motor, deposito, dsb. Memang tidak salah semua itu. Namun di dalam Islam mengajarkan bahwa jika seorang pria shalih mendatangi wali seorang perempuan, maka terimalah. Suatu saat Nabi Sulaiman ditanya oleh Allah hendak memilih diberi harta, tahta, atau ilmu. Maka Nabi Sulaiman lebih memilih diberikan ilmu, karena dengan ilmu akan lebih mudah untuk mendapatkan harta dan ilmu dapat menjaga semua itu.
          Suatu ketika ada orang yang menginginkan menikah jika sudah memiliki rumah, mobil. Kita misalkan saja harga rumah Rp 250 juta, harga mobil adalah Rp.150 juta, dengan penghasilan kita misalkan Rp 4 juta per bulan. Dengan demikian kita baru akan menikah setelah 100 bulan bekerja atau dengan kata lain 8 tahun tahun bekerja. Itupun dengan asumsi kita tidak makan, tidak sewa kos, tidak memberikan nafkah pada keluarga. Allah telah menjanjikan rizki bagi orang yang menikah jika ada satu orang yang memiliki satu rizki namun ia ingin menikah karena Allah, maka Allah akan memberikan rizki untuk dua orang (dirinya dan si istri). Jika ia memiliki anak, maka Allah akan memberikan rizkinya untuk tiga orang (dirinya, istri, dan anak).


         Nikah tak sekedar nikah. Pilihlah calon suami karena kita yakin bahwa surga akan mampu kita raih bersamanya. Memang terkadang kita tidak mudah untuk memutuskan ini semua. Bisa saja timbul ketidakcocokan antara pihak yang akan menikah meskipun ia merupakan orang shalih. Ada juga perbedaan pendapat antara orang tua yang menginginkan anaknya mendapat pribadi yang kaya daripada pria yang shalih, begitu pula sebaliknya. Namun, kita harus kembali kepada Allah untuk memutuskan semua itu. Kita memang memiliki rencana yang mungkin menurut kita sempurna, namun kita perlu mengingat ada Allah yang menguasai segalanya. Bisa saja Allah memiliki rencana lain yang awalnya menyakitkan untuk kita namun akan manis diakhirnya.
        Kesimpulannya nikah tak harus menunggu mapan dulu. Dengan menikah, Allah akan memberikan rizki yang tak disangka-sangka, sehingga kita mampu melakukan banyak kebaikan dengan rizki itu. Bukankah akan lebih manis jika kita meraih kesuksesan dengan pasangan dari nol bukan? Wallahu a'lam..

         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar