Oleh : Ika Devi Silviana
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Pangan tentunya dihasilkan dari sektor pertanian yang handal dan memerlukan pembaruan teknologi untuk produksi tanaman pangan yang berkualitas unggul. Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu pernah menyandang julukan "Macan Asia" karena berhasil swasembada beras untuk kebutuhan pangan dalam negerinya sendiri. Pertanian yang berhasil memerlukan beberapa jenis faktor produksi yang mendukung satu sama lain. Dengan demikian ketahanan pangan untuk Indonesia akan tercapai dengan baik.
Pertama, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang ahli akan menciptakan hasil yang maksimal pula. Kita dapat mempelajari sejarah pada masa lalu, Indonesia pernah menerapkan "Zaken Kabinet", yaitu kabinet yang ahli dibidangnya masing-masing. Dalam konteks ini tentunya ahli pertanian hendaknya ikut serta membangun pertanian yang handal dan mandiri untuk Indonesia. Tapi senyatanya minat lulusan pertanian dari berbagai universitas di negeri ini belum memiliki minat yang besar untuk mengembangkan pertanian. Hal ini menjadi penghambat untuk memajukan pertanian Indonesia.
Kedua, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah lahan pertanian. Namun dapat kita lihat di daerah Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, tempat dimana ratusan universitas, akademi, sekolah tinggi berdiri, menjadikan lahan pertanian untuk kawasan ini akan semakin sempit. Ditambah lagi dengan pendirian berbagai macam mall yang "menyerobot" lahan pertanian kini kian pesat. Pemerintah telah mengatur plot daerah Yogyakarta untuk berbagai macam kepentingan. Misalkan daerah sebelah utara Yogyakarta digunakan untuk lahan pendidikan, yaitu dimana universitas-universitas besar berdiri, daerah sebelah timur Yogyakarta yang merupakan daerah tandus dikhususkan untuk lahan industri/usaha, daerah sebelah barat Yogyakarta sudah dikhususkan untuk produksi pangan. Namun apakah yang kini terjadi? Daerah barat yang seharusnya menjadi tempat produksi tanaman pangan lama kelamaan "kebobolan" digunakan untuk pembangunan industri mall. Faktor yang berpangaruh signifikan ini sudah tergadaikan, disinilah peran pemerintah untuk memainkan fungsi regulasinya.
Ketiga, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah modal kerja/kapital. Para petani merasa kesulitan jika mereka mengajukan pembiayaan modal usaha di bank, meskipun itu bank pemerintah sekalipun. Pihak bank akan berpikir dua kali untuk memberikan pinjaman, mereka akan cenderung berpikir uang yang mereka himpun akan lebih sedikit keuntungannya jika diberikan diberikan kepada mereka. Pihak bank tentunya juga akan memikirkan prinsip kelayakan pemberian pembiayaan modal usaha melalui prinsip 5C (Character, Capital, Capacity, Colateral, Condition). Para petani kebanyakan berasal dari kalangan menengah kebawah, sehingga dalam memperoleh modal relatif lebih sulit.
Keempat, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah kemajuan teknologi. Disinilah peran lulusan teknik untuk menciptakan teknologi mutakhir untuk pengembangan produksi pertanian. Apabila anak bangsa berhasil menciptakan teknologi yang handal, maka kuantitas produk pertanian yang dihasilkan akan semakin berlimpah pula. Namun masih terdapat masalah pada teknologi ini karena masalah pendidikan. Pendidikan yang ada di Indonesia belum fokus ke teknologi. Banyak universitas di Indonesia masih belum terbagi fokus penelitiannya kepada satu hal. Kebanyakan masih bersifat umum. Misalkan di negara maju seperti Belanda, mereka mempunyai sebuah universitas yang fokus meneliti tentang bunga tulip. Memang terlihat sepele, namun bunga tulip malah menjadikan Belanda menjadi ikon bunga cantik tersebut. Faktor-faktor diatas menjadikan terhambatnya perkembangan pertanian di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah pesat. Diprediksikan sekitar tahun 2040, Indonesia akan mengalami krisis pangan. Apabila pertanian terus diabaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami musibah besar itu. Kekurangan pangan akan menjadikan Indonesia terus mengimpor kebutuhan primer untuk rakyat itu. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan tanaman pangan sendiri, tapi belum dapat mengelola dengan baik.
Ditengah pahitnya sektor pertanian Indonesia, sektor industri di negara ini kian melaju pesat. dapat kita lihat pertumbuhan mall-mall di kota-kota besar yang kian "bejibun" jumlahnya. Industri memang penyumbang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun kita jangan lantas menutup mata, acuh dan tak acuh dengan pertanian Indonesia. Ratusan juta penduduk setiap harinya membutuhkan pangan dalam jumlah yang sangat besar. Hal itu bertolak belakang dengan ketersediaan lahan-lahan pertanian yang kian hari kian menyusut. Ditambah lagi dengan kualitas sumber daya manusia, modal kerja, dan teknologinya yang masih kurang mendukung. Bagaimanakah dengan keberadaan bangsa Indonesia dimasa mendatang?
Indonesia In Syaa Allah tidak akan mengalami krisis pangan jika pribadinya sadar melakukan perubahan. Sumber daya manusia yang ahli hendaknya mereka memang terjun menerapkan ilmunya untuk kemaslahatan masyarakat. Ketersediaan modal usaha memerlukan bantuan serta kerjasama antara pemerintah dan lembaga keuangan untuk lebih pro kepada masyarakat menengah kebawah, khususnya para petani. Teknologi juga memegang peranan penting, karena tanpa teknologi kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan akan kalah saing dengan negara lain. Keterbelakangan teknologi dapat diatasi dengan peran pendidikan. Apabila hal diatas dapat terwujud, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari krisis pangan, namun negeri ini akan memiliki peran kuat didunia ditahun 2040 nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar