Minggu, 02 November 2014

ANDAI WAKTU MEMANGGIL

Oleh : Ika Devi Silviana
      Allah adalah Rabb tempat kita bergantung melebihi ketergantungan kita pada siapapun. Ia lebih dekat dari urat leher manusia. Itu berarti, jika tidak ada Allah didalam hidup kita, maka kita tidak akan hidup seperti saat ini. Sampai manusia akan diterjang kematian pun seharusnya yang kita ingat adalah Allah. Namun, Allah memegang seluruh kendali didalam hidup kita, termasuk keimanan di dalam hati. Hati dapat berbolak-balik, bisa saja saat ini hidup dalam keimanan namun pada akhirnya kita akan meninggalkan keimanan itu, atau bahkan sebaliknya sekarang kita hidup jauh dari keimanan namun pada akhirnya Allah memberikan khusnul khatimah yang begitu indah.
    Dunia ibarat fatamorgana, dilihat ada, namun jika ditangkap ia akan hilang. Sama seperti kehidupan kita sekarang yang penuh dengan kesenangan yang melenakan, tetapi jika kita telah meninggalkanya ia tidak akan menyertai kita, yang tersisa hanyalah amal-amal kita. Jika selama kita hidup senantiasa berbuat keshalihan, maka amal itu akan datang dengan wujud rupa yang elok. Jika selama kita hidup didominasi dengan perbuatan maksiat, maka ia akan mendatangi kita dengan rupa yang menyeramkan. Kita masih diberikan waktu oleh Allah untuk memperbaiki sebelum semuanya terlambat.
      Kematian akan memberikan efek yang bertolak belakang saat sakaratul maut menjemput. Disaat detik itu datang, kita akan diingatkan dengan masa lalu kita. Tak aneh jika saat menjelang kematian ada yang tersenyum dan bahkan sebaliknya. Kita perlu berdo'a kepada Allah, karena tidak ada satupun manusia yang dapat menjamin kita untuk mendapatkan khusnul khatimah itu. Nafsu jiwa yang membuncah, seringkali menutupi mata hati seperti akan terlupa bahwa nafas akan terhenti. Astaghfirullah..
     Kematian adalah permulaan kita menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Setelah kita meninggal, kita akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita selama di dunia. Setiap derap langkah, setiap gelak tawa, setiap ucapan, dan bahkan hal terkecil dalam kehidupan kita yaitu bernafas. Kita juga akan menunggu disuatu alam yaitu alam kubur. Di alam kubur ini kita juga akan diberikan "pelayanan" sesuai dengan amal kita. Ibarat sebuah hotel, jika hotel itu mahal maka pelayanannya akan "mahal", begitupula sebaliknya. Ada segala macam pelayanan dialam kubur, dari yang paling "memukau" nikmatnya, sampai pada "WOW" siksanya. Allah menyediakannya semua.
      Alam kubur adalah alam transisi sebelum alam yang sesungguhnya (surga dan neraka). Kita harus "mencicipi" panasnya alam mahsyar, tempat seluruh manusia dikumpulkan menunggu diadili perbuatannya. Ibarat seorang terdakwa pelaku kriminalitas, disana ada hakim agung, yaitu Allah Subhanahuwata'ala, lengkap dengan segala saksi yang entah akan meringankan atau memberatkan timbangan amal baik kita. Tak lupa kita juga akan menerima catatan "rapor" amal kita. Dengan tangan kanankah atau dengan tangan kiri kitakah akan diberikan rapor itu. Luka, sepi, air mata tidak akan berarti lagi. Tiada dusta diri yang tak terhakimi pada saat itu.
    Setelah di alam mahsyar, kita akan meniti jembatan siratalmustaqim. Jembatan itu sangat mengerikan, karena dibawah jembatan itu telah membentang neraka yang membuat tubuh kita meleleh karena panas yang begitu dahsyat. Meniti jembatan ini juga tergantung dengan amal perbuatan kita di dunia. Jika kita melakukan amal kebajikan, maka Allah akan memberikan "pelita"nya untuk menuntun jalan kita dengan lancar sampai ke surganya yang baunya sangat harum. Tetapi jika amal baik kita ringan, maka bersiap-siaplah untuk terjerembab dalam panasnya neraka.
      Rasa cita kita kepada Allah akan menjadi penolong bagi kita untuk melewati semua itu. Cinta kepada Allah menjadikan kita mudah disegala hal. Akan terasa indah jika segala hal yang kita lakukan itu didasari cinta kepada sang khalik. Tidak ada yang namanya "cinta bertepuk sebelah tangan". Allah akan mencintai hamba-hamba-Nya yang juga mencintainya. Dengan demikian kita tidak akan pernah merasa amal yang kita lakukan sia-sia dan tidak dihargai. Allah selalu menilai segala amal manusia, termasuk hal sangat kecil sekalipun seperti senyuman yang tulus kepada sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar