Sabtu, 14 Mei 2016

Kriteria Jodoh Ideal

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)….”
QS.Annisa:34

            Kriteria suami yang ideal itu seperti apa sih? Yang Islami yang bagaimana? Mana kriteria yang berdasar iman dan yang mana yang berdasar syahwat. Ada seorang pemuda yang mengajukan biodata ta’aruf “Yang putih, cantik, tinggi, syukur-syukur sholihah” kriteria bukan agama tapi utama, misalnya lagi, “Yang S1” D1, D2, D3”, lewat.. ada yang SMA tapi hafidz Qur’an.. Ditolak…! Ada yang “harus mapan” kita harus open mindset. Dia mikirnya nikah itu bayangannya susah, maka dijadikan Allah susah. “Ukhti, nanti kalo sudah nikah, mungkin kita harus hidup susah dulu.” Kita menikahi seseorang karena kecantikannya, hartanya, nasabnya, atau karena agamanya. Maka yang kamu pilih adalah agamanya. Lainnya kalau perlu, kalau ada. Pernyataan diatas bukan berarti harus ada empat-empatnya, yang utama adalah agamanya.

Ada yang di biodata ta’aruf “Yang sholeh, tawadhu’, jujur, sabar, cantik…..” itu bukan kriteria prinsipal.. contoh kriteria prinsipal adalah ”Mau ikut suami, mau tinggal di Yogyakarta, tidak mau dipoligami..dsb” boleh boleh saja. Kalo di CV ta’aruf “Sholeh, jujur, cantik, sabar” itu sudah pasti setiap orang menginginkannya.

Syarat ideal bagi laki-laki sesuai dengan QS.Annisa:34

Tafsir dari kata Qawwum adalah pemimpin, yang bisa memimpin, ini adalah syarat agama. Suami jangan sampai menikmati ke-plegmatis-annya. Ada yang koleris adalah tipe yang semangat, grusa-grusu, ambisius, bawaannya tegang. Kalo sanguinis itu santai, ramaikan suasana, tapi ia pelupa, ia selalu dirindukan teman-temannya. Ada yang melankolis, ia perfeksionis, suka di perhatikan, orangnya sulit melupakan. Yang terakhir ini adalah plegmatis adalah yang cinta damai, ga pernah rebut, jadi tempat curhatan, ia pendengar setia yang baik. Nah kalo laki-laki jangan sampai seperti ini. Umar bin Khaththab bisa berubah, agama itu bisa merubah sifat. Umar adalah seorang koleris, tapi karena agamanya, terbimbing, setiap ia dengar ada yang menangis, ia ikut menangis.

Ketika ada yang ingin curhat  kepada Umar mengadukan istrinya yang sangat “crigis” ia malah terkaget-kaget, mengapa Umar di lur tampak berkuasa, kuat, tapi jika dirumah ia hanya diam saja ketika dimarahi istrinya. Umar diam karena istrinya telah menjaga hartanya, membutkannya makanan, susah payah menjaga anaknya, tidak tuntut apapun, juga telah menjaga keimanan Umar

Koleris ketemu koleris akan hancur. Ada yang suaminya Plegmatis, istrinya koleris, “Apa-apa kok aku terus.”  ia menikmati, masalah ekonomi kok juga biasa aja. Si istri juga mengingikan suami yang dapat memimpin, entah keputusan, ekonomi, dll

Yang kedua adalah suami dapat memberikan nafkah. Nafkah iman yang utama, yang kedua baru nafkah lahir. Suami di Kalimantan, istri di Surabaya, itu tidak akan berkah, suami-istri harus tinggal satu domisili. Ada yang mengatakan “Saya bahagia kok walaupun kami terpisah, soalnya kita malah damai, ga bertengkar.” Pilih mana pisah bahagia ataupun campur bahagia? Tentunya memilih campur bahagia. Diluar sana ada banyak godaan syaitan. Kita ga boleh sombong. Syaitan ahli neraka itu bisa ngalahin kita. Lalu dimana kita? Kita akan ada di kerak neraka…

Lalu bagaimana perempuan yang sholeh? Yaitu perempuan yang taat pada Allah, dan menjaga ketika suaminya tidak ada. Hanya taat kepada Allah. Berarti istri sholehah tidak harus taat pada suami, dengan catatan perintah suami menyimpang dari perintah Allah.

Dulu yang mengejar-ngejar Nabi Yusuf adalah Yulaikha. Namun setelah Yulaikha mendapat hidayah dari Allah berganti Yusuf yang mengejar Yulaikha. Sampai suatu saat Nabi Yusuf meminta untuk dilayani, namun Yulaikha tidak mau, akhirnya turunlah firman Allah, bahwa Yulaikha harus melayaninya. Yulaikha berkata, “Apakah itu benar perintah dari Allah?” Maka barulah Yulaikha melayaninya. Namun hal itu tidak berlaku untuk sekarang lho yaa.. ketika suami meminta dilayani, ya kita harus taat.

Yulaikha sangat mencintai Allah, ia tidak ngeh lagi dengan ketampanan Nabi Yusuf, karena ia sudah memiliki keimanan yang sempurna…

Contoh menjaga kehormatan dirinya (si istri). Ada sepasang suami istri, si istri bertanya, “Siapa orang yang engkau benci dan apa-apa saja yang tidak disukai?” Si suami menyampaikan “saya tidak suka si fulan, dan saya tidak menyukai hal ini… ini… dan ini…” Selama si suami menikah ia tak pernah mendapati bahwa istrinya memasukkan orang yang dibenci ke dalam rumah, dan tidak pernah melakukan sesuatu yang dibenci. Rumah tangga menjadi harmonis.. Wallahu ‘alam

Kajian Ust. Awan Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar