Bismillaahirrahmaanirrahiim..
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)….”
QS.Annisa:34
Kriteria
suami yang ideal itu seperti apa sih?
Yang Islami yang bagaimana? Mana kriteria yang berdasar iman dan yang mana yang
berdasar syahwat. Ada seorang pemuda yang mengajukan biodata ta’aruf “Yang putih, cantik, tinggi, syukur-syukur
sholihah” kriteria bukan agama tapi utama, misalnya lagi, “Yang S1” D1, D2, D3”, lewat.. ada yang
SMA tapi hafidz Qur’an.. Ditolak…! Ada yang “harus mapan” kita harus open
mindset. Dia mikirnya nikah itu bayangannya susah, maka dijadikan Allah
susah. “Ukhti, nanti kalo sudah nikah,
mungkin kita harus hidup susah dulu.” Kita menikahi seseorang karena
kecantikannya, hartanya, nasabnya, atau karena agamanya. Maka yang kamu pilih
adalah agamanya. Lainnya kalau perlu, kalau ada. Pernyataan diatas bukan berarti
harus ada empat-empatnya, yang utama adalah agamanya.
Ada yang di biodata ta’aruf “Yang sholeh, tawadhu’, jujur, sabar, cantik…..” itu bukan kriteria prinsipal..
contoh kriteria prinsipal adalah ”Mau
ikut suami, mau tinggal di Yogyakarta, tidak mau dipoligami..dsb” boleh boleh
saja. Kalo di CV ta’aruf “Sholeh, jujur,
cantik, sabar” itu sudah pasti setiap orang menginginkannya.
Syarat ideal bagi laki-laki sesuai dengan
QS.Annisa:34
Tafsir dari kata Qawwum
adalah pemimpin, yang bisa memimpin, ini adalah syarat agama. Suami jangan
sampai menikmati ke-plegmatis-annya.
Ada yang koleris adalah tipe yang
semangat, grusa-grusu, ambisius,
bawaannya tegang. Kalo sanguinis itu
santai, ramaikan suasana, tapi ia pelupa, ia selalu dirindukan teman-temannya.
Ada yang melankolis, ia perfeksionis,
suka di perhatikan, orangnya sulit melupakan. Yang terakhir ini adalah plegmatis adalah yang cinta damai, ga pernah rebut, jadi tempat curhatan,
ia pendengar setia yang baik. Nah kalo laki-laki jangan sampai seperti ini.
Umar bin Khaththab bisa berubah, agama itu bisa merubah sifat. Umar adalah
seorang koleris, tapi karena
agamanya, terbimbing, setiap ia dengar ada yang menangis, ia ikut menangis.
Ketika ada yang ingin curhat kepada Umar mengadukan istrinya yang sangat “crigis” ia malah terkaget-kaget, mengapa
Umar di lur tampak berkuasa, kuat, tapi jika dirumah ia hanya diam saja ketika
dimarahi istrinya. Umar diam karena istrinya telah menjaga hartanya, membutkannya
makanan, susah payah menjaga anaknya, tidak tuntut apapun, juga telah menjaga keimanan
Umar
Koleris ketemu koleris akan hancur. Ada yang
suaminya Plegmatis, istrinya koleris, “Apa-apa
kok aku terus.” ia menikmati,
masalah ekonomi kok juga biasa aja. Si istri juga mengingikan suami yang dapat
memimpin, entah keputusan, ekonomi, dll
Yang kedua adalah suami dapat memberikan nafkah.
Nafkah iman yang utama, yang kedua baru nafkah lahir. Suami di Kalimantan,
istri di Surabaya, itu tidak akan berkah, suami-istri harus tinggal satu
domisili. Ada yang mengatakan “Saya bahagia kok walaupun kami terpisah, soalnya
kita malah damai, ga bertengkar.” Pilih mana pisah bahagia ataupun campur
bahagia? Tentunya memilih campur bahagia. Diluar sana ada banyak godaan
syaitan. Kita ga boleh sombong. Syaitan ahli neraka itu bisa ngalahin kita.
Lalu dimana kita? Kita akan ada di kerak neraka…
Lalu bagaimana perempuan yang sholeh? Yaitu
perempuan yang taat pada Allah, dan menjaga ketika suaminya tidak ada. Hanya
taat kepada Allah. Berarti istri sholehah tidak harus taat pada suami, dengan
catatan perintah suami menyimpang dari perintah Allah.
Dulu yang mengejar-ngejar Nabi Yusuf adalah
Yulaikha. Namun setelah Yulaikha mendapat hidayah dari Allah berganti Yusuf
yang mengejar Yulaikha. Sampai suatu saat Nabi Yusuf meminta untuk dilayani,
namun Yulaikha tidak mau, akhirnya turunlah firman Allah, bahwa Yulaikha harus
melayaninya. Yulaikha berkata, “Apakah itu benar perintah dari Allah?” Maka barulah
Yulaikha melayaninya. Namun hal itu tidak berlaku untuk sekarang lho yaa..
ketika suami meminta dilayani, ya kita harus taat.
Yulaikha sangat mencintai Allah, ia tidak ngeh lagi dengan ketampanan Nabi Yusuf, karena
ia sudah memiliki keimanan yang sempurna…
Contoh menjaga kehormatan dirinya (si istri). Ada
sepasang suami istri, si istri bertanya, “Siapa orang yang engkau benci dan
apa-apa saja yang tidak disukai?” Si suami menyampaikan “saya tidak suka si
fulan, dan saya tidak menyukai hal ini… ini… dan ini…” Selama si suami menikah
ia tak pernah mendapati bahwa istrinya memasukkan orang yang dibenci ke dalam
rumah, dan tidak pernah melakukan sesuatu yang dibenci. Rumah tangga menjadi
harmonis.. Wallahu ‘alam
Kajian Ust. Awan Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar