Selasa, 14 Oktober 2014

SATRIA PININGIT DAN REALITA

Oleh : Ika Devi Silviana

    Indonesia adalah negara pluralis yang memiliki keanekaragaman yang terdiri dari berbagai macam budaya, suku, etnis, ras, agama, dll. Tentunya disetiap keanekaragaman tersebut mereka memiliki adat, nilai, kebiasaan yang berbeda-beda pula. Adat, nilai, kebiasaan yang mereka pegang dengan kokohnya tersebut merupakan warisan nenek moyang mereka sejak bertahun-tahun yang lalu. Hal itu menjadikan doktrin bagi mereka dalam hidup dan berkehidupan. Disinilah peran nilai untuk masyarakat, apakah mereka dapat lebih maju atau bahkan terkungkung dalam nilai-nilai yang mereka yakini itu.
     Tidak semua nilai yang kita yakini itu buruk. Namun dengan nilai itu pula hendaknya kita tidak pasrah dengan takdir, kita harus tetap melihat realita yang ada. Sekarang Indonesia tengah menghadapi persaingan global yang begitu ketat, jika kita masih meyakini adanya "Satria Piningit" yang akan menyelamatkan Indonesia tanpa melakukan usaha akan sia-sia saja. Indonesia perlu melakukan pembenahan mental untuk berpikir maju dan realistis. Sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran hendaknya kita secara cerdas menggunakan nilai-nilai yang kita yakini itu untuk meraih kehidupan gemilang dimasa depan.
   Ada keterkaitan nasib dengan usaha. Didalam Q.S.Ar-Ra'du ayat 11 Allah berfirman "...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri." Al-Qur'an menunjukkan keempirisan hubungan sebab akibat keduanya sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan usaha yang maksimal serta diiringi do'a maka Allah akan memberikan hasilnya. Kita dapat mengaplikasikan firman Allah ini untuk mengatasi permasalahan yang tengah mendera Indonesia sekarang.
      Indonesia tengah terjadi krisis mental. Hal ini dapat menghambat laju pembangunan di Indonesia karena mentalitas rakyatnya sendiri. Selama ia masih terdoktrin dengan adat, mitos, maka mereka akan sulit untuk menerima perubahan zaman yang telah memasuki era modernisasi ini. Adat yang berkembang dimasyarakat tersebut tidak dapat dihilangkan dengan instan, karena tentunya mereka akan tetap mempertahankan adat dan mitos yang mereka percayai itu. Masalah krisis mental ini menjadi masalah yang mendasar bagi keberhasilan sebuah bangsa.
      Keseimbangan antara nilai dengan intelektualitas itu sangat penting. Nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya akan menciptakan pola pikir untuk kita melangkah kedepan. Jika kita memiliki keyakinan yang kuat, maka kita akan meraihnya meski rintangan didepan mata menghadang. Dalam mengantisipasi adanya risiko yang ada, maka kita harus membekali diri kita dengan keilmuan (tentunya bukan ilmu hitam) salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan generasi yang handal, istilahnya "Otaknya Jerman, dan Hatinya Al-Qur'an."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar