Senin, 27 Oktober 2014

BERAPA IPK-MU?

Bismillaahirrahmaanirrahiim 
     Indeks Prestasi Kumulatif atau lebih kerennya digaungkan dengan sebutan IPK memang menjadi indikator menilai kejeniusan seseorang. Tak munafik, saat pola seleksi melamar pekerjaan paling tidak IPK menjadi senjata ampuh untuk lolos (paling tidak) seleksi administrasi. Tak hanya seleksi pekerjaan yang membutuhkan IPK yang tinggi, Allah juga memiliki standar IPK (Indeks Prestasi Ketakwaan). Jika kita menginginkan rahmat dan ridho Allah, maka kita akan dipermudah meniti jalan menuju surga-Nya kelak. Sekarang bagaimana meraih IPK tertinggi disisi Allah?
    Seorang mahasiswa apabila menginginkan IPK yang baik tentunya harus dengan usaha yang ekstra kuat. Mencari materi, bertanya dosen, mengerjakan tugas, atau dengan aktif dikelas. Sama halnya dengan meraih IPK sempurna disisi Allah, kita dapat mencari ilmu agama, bertanya seorang ulama atau guru agama kita, serta aktif dalam melakukan kebaikan ber(fastabiqul khoirat). Allah telah memberikan kita fasilitas yang sangat berlimpah untuk meraih semua itu. Mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, dan masih banyak lagi. Semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Allah berfirman dalam QS.Ar-Rahman:55, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?"
    Allah telah memberikan Al-Qur'an dan hadist untuk menjadi pedoman hidup umat manusia. Nabi berpesan jika kita berpegang kepada keduanya, maka tidak akan menemukan kesesatan didalam kehidupan. Perkara yang paling kecil mulai kita bangun dari tidur saja sudah diatur, dan tentu saja perkara yang besar juga tercakup didalamnya. Disini tugas kita sebagai hamba Allah, yaitu bersemangat dalam mencari ilmu, tidak untuk dunia saja, tapi utamanya adalah ilmu untuk kehidupan di akhirat kelak. Kehidupan dunia hanya sementara saja ibarat pergantian pagi dan siang, atau siang berganti malam. Kehidupan akhiratlah kehidupan kita yang sesungguhnya.
    Mempertahankan IPK yang sempurna dimata Allah tentunya bukan perkara mudah. Kita harus berjuang melawan hawa nafsu yang setiap saat mengintai di relung qalbu. Sabar adalah senjata ampuh, dengan sabar menjalankan perintah-Nya dan sabar didalam menjauhi larangan-Nya. Semua perkara untuk muslim itu baik, jika ia diberikan kesenangan ia bersyukur, dan jika ia ditimpa kesenangan maka ia bersabar. Keduanya sama-sama baik dan memberikan pahala, alangkah sempurnanya agama Islam dari Allah ini.
     Kita sungguh beruntung terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang Islam. Tapi tidak lantas kita merasa lebih baik daripada orang lain. Kita perlu mendalami dan mematangkan apakah Diinul Islaam itu, bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Akan terasa bahagia jika setiap langkah yang kita hentakkan di bumi Allah ini terniatkan untuk menggapai ridha Allah Ta'ala, tidak semata-mata hidup tanpa tujuan yang jelas kedepannya. Bukankah kehidupan akhirat adalah kehidupan yang pasti kita tempuh setelah kehidupan ini? Mari kita persiapkan dengan sebaik-baiknya.
    Allah memberikan begitu banyak nikmat, salah satunya adalah waktu. Disinilah letak kesulitan untuk mengelola waktu. Waktu ibarat bom atom yang terhitung mundur dan tinggal menunggu waktu kapan ia akan meledak. Waktu adalah kesempatan untuk beribadah, karena ibadah adalah nikmat yang sangat besar. Banyak orang yang telah meninggal ingin kembali ke dunia untuk kembali beribadah kepada Allah. Setiap tarikan nafas yang kita hirup mengandung oksigen yang apabila kita membelinya akan sangat mahal, tapi apakah Allah memerintahkan kita untuk membelinya? "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?"
    Malaikat maut senantiasa mengintai kita. Ia menunggu perintah Allah kapan ia akan merenggut nyawa kita. Tak ada yang bisa terlepas dari jeratan maut, sekalipun kita bersembunyi didalam lubang tikus sekalipun. Nabi Muhammad yang senantiasa terjaga dari perbuatan dosa sekalipun tetap merasakan bagaimana sakitnya maut. Lalu bagaimanakah kita yang masih tergoda dengan kenikmatan dunia yang begitu melenakan? semoga Allah selalu menjaga kita didalam meniti jalan kebenaran hingga kita menemukan indahnya khusnul khatimah.
    Kematian bukan akhir dari kehidupan, justru ia adalah permulaan kehidupan yang sesungguhnya. Kita masih menunggu di alam kubur, digiring ke padang mahsyar yang sangat panas, dihisab amal-amal kita, menyeberangi titian siratal mustaqim. Kita tahu surga tidak akan dibeli dengan harga yang murah, tiketnya pun sangat mahal. Kita harus diterpa badai cobaan di alam dunia, setelah kita lulus kemudian kita mengalami perjalanan sulit sebelum kita menapakkan kaki kita di tanah surga Allah yang telah Ia persiapkan bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Marilah mulai dari sekarang kita persiapkan IPK terbaik kita sebelum kita menemui Tuhan kita yang agung, Allah Subhanahuwata'ala.

    

Selasa, 21 Oktober 2014

A-Z MEMBENTUK DZURIYYAT RABBANI


Oleh : Ika Devi Silviana

            Allah memberikan kita begitu banyak rizki, salah satunya adalah dzuriyyat (keturunan). Kita patut bersyukur atas pemberian Allah tersebut. Wujud dari syukur kita adalah menjaga dzuriyyat yang telah dititipkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya. Menjaga dengan baik berarti kita memberikan yang terbaik kepada dzuriyyat, termasuk cara mendidik agar terbentuk dzuriyyat yang rabbani.
            Membentuk dzuriyyat yang rabbani maksudnya adalah membentuk dzuriyyat yang sesuai dengan nilai-nilai ke-ilahian (ketuhanan). Diperlukan perencanaan yang matang agar kedepannya lebih terarah. Pertama adalah memilih partner hidup (jodoh) yang baik. Hendaknya dalam memilih kita mempertimbangkan kualitas agamanya agar tidak menyesal dikemudian hari. Niatkan semata-mata untuk beribadah kepada Allah, sehingga rumah tangga akan terasa mudah dan penuh keberkahan. Untuk seorang laki-laki, maka ia harus memilih calon istri yang baik sebagai berikut :
1.      Beragama Islam (Muslimah). Ini adalah syarat yang pertama ketika para laki-laki menginginkan seorang wanita menjadi pencamping hidupnya. Dalil yang menegaskan akan hal ini adalah sebuah hadist dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia." (HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
  1. Mempunyai akhlak yang baik. Tentunya kita menginginkan bahwasannya sang ibu dari anak-anak kita adalah seorang ibu yang benar-benar menyayangi putra-putrinya, membimbing dalam agama, dan tentunya langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan memperhatikan akan akhlak budi pekerti calon istri kita dengan baik.
  2. Mempunyai dasar pendidikan agama yang baik. Lahirnya seorang istri yang sholehah adalah karena ilmu dan pendidikan agama yang baik, baik itu yang didapatkan dari keluarganya ataupun dari memperoleh ilmu dari majelis-majelis ilmu dan dzikir. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. hal ini berdasarkan atas hadist yang berbunyi :"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim).
  3. Lebih baik memilih calon istri yang masih gadis (perawan). Hal ini bertujuan untuk memelihara rumah tangga yang baru terbentuk dari permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan status. Mengenai memilih calon istri yang masih gadis hal ini dijelaskan dari sebuah hadist Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : "Apakah kamu sudah menikah ?" Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : "Perawan atau janda?" Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : "Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu."
  4. Subur (mampu menghasilkan keturunan).
Begitu pula sebaliknya, Untuk seorang perempuan, maka ia harus memilih calon suami yang baik sebagai berikut :
  1. Beragama Islam (Muslim). Karena suami adalah pemimpin keluarga, maka kaum wanita harus bisa menentukan calon suami adalah Islam. Karena salah satu kewajiban seorang suami adalah memimpin serta membimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak ada.
  2. Laki-laki yang sholih dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga, sehingga tingkah lakunya akan "menular" pada istri dan juga pada anak-anaknya.
  3. Memiliki ilmu agama Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
Untuk menjaga kesucian diri (pihak calon suami dan calon istri) alangkah baiknya segera dilangsungkan pernikahan. Pernikahan bertujuan untuk menciptakan rasa tentram, terciptanya rasa kasih sayang (sakinah, mawaddah, warahmah). Pernikahan menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban antara suami dan istri. Hendaknya sebelum melakukan kewajiban suami istri diawali dengan adab yang baik seperti berwudhu’, sholat sunnah, dan berdoa. Ketika istri telah menampakkan tanda-tanda kehamilan, maka suami istri mendo’akan janin, serta bisa diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an di dekat perut sang ibu agar calon bayi mendapatkan tarbiyyah lebih dini. Dengan demikian akan terlahir dzuriyyat yang baik dan akan mempererat kasih sayang didalam keluarga.
Setelah dzuriyyat terlahir ke maka orang tua menyerukan suara azan di telinga kanan si bayi. Ini dimaksudkan agar hal pertama yang didengar si bayi adalah seruan untuk beribadah dan berbakti kepada Allah. Setelah itu, orang tua wajib memberikan nama yang baik kepada anak. Bahkan, persoalan memberikan nama yang baik ini termasuk kewajiban orang tua, selain memberikan pengetahuan agama dan menikahkannya saat dewasa. Ini untuk memberikan kenyamanan kepada anak atas nama yang dia miliki. Bagi orang tua yang mampu, dianjurkan menyembelih hewan aqiqah pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Pada hari ketujuh itu pula orang tua disunnahkan mengkhitan anaknya.
Peran seorang ibu sangat penting, karena ia merupakan tarbiyyah pertama untuk anaknya. Diperlukan kesiapan mental dan kecukupan ilmu pengetehuan khususnya ilmu agama. Seorang pendidik, khususnya orang tua, hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan buah hati. Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6). Orang tua harus mengetahui apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak. Semakin dini anak belajar, maka daya ingatnya akan semakin kuat. Belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu. Orang-tua bisa mengambil tauladan Nabi Muhammad dalam mendidik putra-putrinya, sehingga akan memunculkan perilaku akhlaq mahmudah (terpuji).
Hal yang paling dasar dan harus diajarkan orang tua kepada dzuriyyatnya adalah perkara tauhid dan aqidah yang benar kepada anak. Tauhid adalah peng-esaan terhadap Allah, tidak ada sekutu yang patut disejajarkan dengan Ia. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48). Selanjutnya adalah akidah, akidah adalah hal yang sangat penting. Akidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
            Selanjutnya adalah mengajari anak untuk melaksanakan ibadah. Hendaknya sejak kecil dzuriyyat kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka semenjak dini, Insyaa Allah ketika dewasa mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
                    Tahap selanjutnya adalah memperkenalkan Al-Qur’an dan Hadist kepada buah hati. Al-Qur’an dan hadist adalah pedoman hidup bagi manusia. Segalanya telah diatur didalamnya.  Dimulai mengajarkan mengaji beriring mengajarkan mengenai hukum bacaan (tajwid) misalnya. Karena salah pengucapan (pelafadzan) maka akan memiliki arti yang berbeda. Orang tua juga hendaknya mengajarkan untuk menghafal surat-surat dalam Al-Qur’an, bisa dimulai dengan surat-surat pendek lebih dahulu. Kemudian orang tua dan buah hati bersama-sama mengkaji  kitab Riyadhush Shalihin atau Kitabut Tauhid. Selain itu juga diajarkan mengenai do’a-do’a sehari-hari seperti do’a makan, setelah makan, hendak tidur, bangun tidur, masuk WC, keluar WC, sesudah adzan, sesudah wudhu’, masuk masjid, keluar masjid dll.
            Kita perlu mengajarkan adab dan akhlak kepada dzuriyyat kita. Mengajarkan adab dan akhlak kepada buah hati dimulai dari orang tua terlebih dahulu untuk memberikan suri tauladan yang baik (uswatun khasanah). Adab adalah tatanan dalam melaksanakan sesuatu, kita bisa melatihnya dari hal-hal yang ringan dan mudah terlebih dahulu, seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak. .Akhlak adalah hal yang sangat penting. Akhlak adalah perilaku yang diluar kesadaran kita, sudah terpasang secara otomatis di memori otak kita. Agar anak memiliki akhlak yang baik maka ajarkan kebiasan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, sabar, ikhlas, pemaaf, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, tawadhu’, adil, malu, serta beragam akhlak lainnya.
            Hal terpenting selanjutnya adalah mengajarkan kepada anak untuk menjauhi hal-hal yang dilarang dalam agama. Tanamkan kepada anak bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak-gerik kita, walaupun tak seorang manusiapun tahu. Setiap detik akan menjadi saksi dihari pembalasan amal perbuatan kelak. Hendaknya sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya. Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Rasulullah bersabda,“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud). Hadist ini memiliki makna akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram. Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, Rasulullahpun telah bersabda,
كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.
            Menanamkan cinta jihad serta keberanian adalah hal yang penting. Kita bisa membacakan kepada mereka tentang kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri. Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah.
            Mendidik dzuriyyat yang diajarkan oleh Rasulullah selanjutnya adalah membiasakannya dengan menggunakan pakaian yang syar’i. Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
                Pergaulan yang baik akan membawa pelakunya menjadi baik pula. Sebagai orang tua, suatu hal yang penting pula adalah menempatkan dzuriyyat kita pada lingkungan yang rabbani. Kita bisa memilihkan teman-teman yang baik, seperti di lingkungan pengajian, pondok pesantren, atau sekolah-sekolah yang berlandas nilai-nilai keislaman. Rasulullah bersabda: “Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak
wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai orang tua yang baik, hendaknya kita memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada dzuriyyat kita. Orang tua tidak boleh membiarkan dzuriyyatnya masuk ke dalam lubang dosa. Walaupun kita tidak semulia nabi dan rasul, namun mengusahakan memberikan pendidikan yang baik kepada buah hati adalah kewajiban bagi setiap orang tua. Karena hakikatnya setiap orang adalah pendidik. Apapun pekerjaan dan kesibukannya, mendidik adalah kewajiban, karena hal tersebut telah diajarkan oleh rasulullah.
Ada sebuah kisah menarik. Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Al-Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Mengapa tidak yang lain? karena hidupnya penuh dengan hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.
"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:
1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.
               Untuk melatih ketajaman berpikir dzuriyyat kita bisa :

1.       Menghadiahkan untuknya sebuah buku tentang Islam dan hukum hukumnya serta mendiskusikan isi buku tersebut bersamanya.
2.       Menghadiahkan untuknya sebuah kaset dan meminta ia untuk meringkas materi yang dibawakan oleh penceramah.
3.       Membawanya untuk menghadiri pelajaran pelajaran dan ceramah.
4.       Mempelajari sebuah kitab bersamanya, seperti kitab "Riyadhush Shalihin" atau Kitabut Tauhid.
5.       Setiap Jum'at menyampaikan padanya materi khutbah Jum'at dan mendiskusikan dengannya.
6.       Membuat sebuah perpustakaan di dalam rumah dan membuat sekumpulan buku buku islami dan kita mendorongnya untuk menelaah/mempelajari dan membacanya.
7.       Mengkhususkan hadiah bulanan untuknya jika ia dapat menghapal beberapa surat atau ayat ayat Al Qur'an.
8.       Mendorongnya untuk mendengarkan siaran pembacaan Al quran

            Setelah dzuriyyat kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup, ajarkanlah ia untuk mendakwahkan  ilmu yang ia miliki untuk memberikan kemanfaatan untuk orang lain. Tidak harus menjadi seorang penceramah. Bisa melalui tulisan-tulisan atau dalam pergaulan sehari-hari dengan teman-temannya. Dzuriyyat yang baik akan membawa pencerahan kearah yang lebih baik untuk sekitarnya. Kita  boleh memberikan kebebasan kepada dzuriyyat kita untuk memilih masa depannya sendiri, selama tidak melanggar syari’at agama. Ia ingin jadi pilot, dosen, dokter, polisi, pengusaha, atau yang lainnya. Disaat ia jadi dosen ia bisa menyisipkan kuliah tujuh menit disela-sela kuliah. Disaat ia jadi polisi, bisa memberikan ceramah ketika sholat jum’at berlangsung. Disaat ia jadi pengusaha, maka jadilah ia pengusaha yang jujur, amanah, tidak menyembunyikan keburukan barang dagangan, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya.
            Kewajiban orang tua belum berakhir manakala dzuriyyatnya belum menginjak masa pernikahan. Orang tua masih memiliki kewajiban yaitu memilihkan calon istri atau calon suami untuk anaknya. Pilihkan calon istri atau calon suami berdasarkan syariat agama, sehingga akan terlahirlah generasi-generasi yang rabbani pula. Semoga bermanfaat..



Sumber :








           












Rabu, 15 Oktober 2014

JODOH DAN BERJODOH

 Oleh : Ika Devi Silviana
     Allah adalah pembuat "megaserver" yang sudah tercantum dalam kitab "Lauhil Mahfudz." Semuanya telah tersusun rapi disana, umur, rejeki, kematian, termasuk jodoh. Tentunya semua orang berharap jodoh yang terbaik untuk hidupnya. Ada berbagai kriteria yang diinginkan, entah karena rupanya, nasabnya, kekayaannya, atau agamanya. Entah siapa berjodoh dengan siapa, tak akan ada yang tahu, kecuali Allah Subhanahuwata'ala. Jodoh adalah rahasia Allah yang penuh tanda tanya.
       Terkadang, Allah menurunkan seseorang kepada kita untuk menguji kekuatan kita. Apakah kita kuat untuk tetap beriman kepada Allah atau bahkan terpuruk meninggalkan Allah. Inilah yang sulit. Terkadang Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan pada saat itu juga, karena Allah tahu ini belum saatnya. Mungkin menurut Allah kita perlu berbenah diri, sebelum Allah memberikan yang terbaik untuk kita. Memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh terbaik dari Allah adalah hal yang logis. Kalau kita mengupayakan hal-hal yang baik, maka Allah akan memberikan yang baik pula. Adil kan? Jika kita berjodoh dengan orang yang kita inginkan, maka Allah mengabulkan do'a kita. Jika Allah memberikan jodoh yang tidak sesuai dengan kriteria kita (dilihat dari segi rupa, harta, atau nasab) maka Allah memberikan yang terbaik untuk kita, karena dengan agamanya maka ia akan menuntun kita kepada jalan-Nya. Jika Allah memberikan jodoh yang keempat kriterianya kurang memenuhi, maka Allah sedang memberikan ujian untuk meningkatkan derajat kita disisi-Nya. Semua perkara itu baik.
     Kemungkinan itu selalu ada tentang bagaimana Allah akan memberikan jodoh untuk kita. Tentunya kita menginginkan jodoh yang keempatnya benar ada. It's so perfect, tapi apakah Allah akan memberikannya dengan cuma-cuma saja? Kita harus berusaha untuk mendapatkannya, terus melakukan pembenahan diri. Namun jika Allah tidak memberikannya, maka jangan lantas kita menghujat Allah. Mungkin Allah memberikan hikmah yang baik untuk kita. Allah Maha Pemberi kebaikan.
      Senjata paling ampuh setelah berusaha adalah dengan berdo'a. Allah adalah penguasa isi hati manusia, dengan mudahnya Allah dapat membolak balikkan isi hati manusia itu. Jika kita berdo'a maka tidak mungkin Allah mengacuhkannya. Allah akan tetap mengabulkannya, mau sekarang, nanti, atau bahkan kita akan mendapatkannya yang lebih indah karena Allah menangguhkannya di akhirat kelak. Tak ada perkara yang sia-sia bagi seorang muslim, semuanya baik.
     Masa panantian adalah masa sulit sebelum kita menemukan jodoh yang tepat untuk kita. Terkadang kita merasa sepi karena tidak ada tempat mencurahkan isi hati kita (konteks ini adalah manusia). Eits, tenang saja masih ada Allah tempat kita bersandar meluapkan isi hati. Allah akan menerima apapun keadaan Allah sehingga hati kita akan menjadi tenang. Jika kita menginginkan Allah berbicara kepada kita, maka bacalah Al-Qur'an. Jika kita ingin berbicara kepada Allah, menumpahkan segala perasaan yang ada didada maka shalatlah. Dengan demikian kita akan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Semoga bermanfaat..

KRISIS PANGAN DITENGAH PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA

Oleh : Ika Devi Silviana
      
     Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Pangan tentunya dihasilkan dari sektor pertanian yang handal dan memerlukan pembaruan teknologi untuk produksi tanaman pangan yang berkualitas unggul. Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu pernah menyandang julukan "Macan Asia" karena berhasil swasembada beras untuk kebutuhan pangan dalam negerinya sendiri. Pertanian yang berhasil memerlukan beberapa jenis faktor produksi yang mendukung satu sama lain. Dengan demikian ketahanan pangan untuk Indonesia akan tercapai dengan baik.
      Pertama, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang ahli akan menciptakan hasil yang maksimal pula. Kita dapat mempelajari sejarah pada masa lalu, Indonesia pernah menerapkan "Zaken Kabinet", yaitu kabinet yang ahli dibidangnya masing-masing. Dalam konteks ini tentunya ahli pertanian hendaknya ikut serta membangun pertanian yang handal dan mandiri untuk Indonesia. Tapi senyatanya minat lulusan pertanian dari berbagai universitas di negeri ini belum memiliki minat yang besar untuk mengembangkan pertanian. Hal ini menjadi penghambat untuk memajukan pertanian Indonesia.
      Kedua, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah lahan pertanian. Namun dapat kita lihat di daerah Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, tempat dimana ratusan universitas, akademi, sekolah tinggi berdiri, menjadikan lahan pertanian untuk kawasan ini akan semakin sempit. Ditambah lagi dengan pendirian berbagai macam mall yang "menyerobot" lahan pertanian kini kian pesat. Pemerintah telah mengatur plot daerah Yogyakarta untuk berbagai macam kepentingan. Misalkan daerah sebelah utara Yogyakarta digunakan untuk lahan pendidikan, yaitu dimana universitas-universitas besar berdiri, daerah sebelah timur Yogyakarta yang merupakan daerah tandus dikhususkan untuk lahan industri/usaha, daerah sebelah barat Yogyakarta sudah dikhususkan untuk produksi pangan. Namun apakah yang kini terjadi? Daerah barat yang seharusnya menjadi tempat produksi tanaman pangan lama kelamaan "kebobolan" digunakan untuk pembangunan industri mall. Faktor yang berpangaruh signifikan ini sudah tergadaikan, disinilah peran pemerintah untuk memainkan fungsi regulasinya.
     Ketiga, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah modal kerja/kapital. Para petani merasa kesulitan jika mereka mengajukan pembiayaan modal usaha di bank, meskipun itu bank pemerintah sekalipun. Pihak bank akan berpikir dua kali untuk memberikan pinjaman, mereka akan cenderung berpikir uang yang mereka himpun akan lebih sedikit keuntungannya jika diberikan diberikan kepada mereka. Pihak bank tentunya juga akan memikirkan prinsip kelayakan pemberian pembiayaan modal usaha melalui prinsip 5C (Character, Capital, Capacity, Colateral, Condition). Para petani kebanyakan berasal dari kalangan menengah kebawah, sehingga dalam memperoleh modal relatif lebih sulit.
     Keempat, faktor yang diperlukan untuk swasembada pangan adalah kemajuan teknologi. Disinilah peran lulusan teknik untuk menciptakan teknologi mutakhir untuk pengembangan produksi pertanian. Apabila anak bangsa berhasil menciptakan teknologi yang handal, maka kuantitas produk pertanian yang dihasilkan akan semakin berlimpah pula. Namun masih terdapat masalah pada teknologi ini karena masalah pendidikan. Pendidikan yang ada di Indonesia belum fokus ke teknologi. Banyak universitas di Indonesia masih belum terbagi fokus penelitiannya kepada satu hal. Kebanyakan masih bersifat umum. Misalkan di negara maju seperti Belanda, mereka mempunyai sebuah universitas yang fokus meneliti tentang bunga tulip. Memang terlihat sepele, namun bunga tulip malah menjadikan Belanda menjadi ikon bunga cantik tersebut. Faktor-faktor diatas menjadikan terhambatnya perkembangan pertanian di Indonesia.
      Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah pesat. Diprediksikan sekitar tahun 2040, Indonesia akan mengalami krisis pangan. Apabila pertanian terus diabaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami musibah besar itu. Kekurangan pangan akan menjadikan Indonesia terus mengimpor kebutuhan primer untuk rakyat itu. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan tanaman pangan sendiri, tapi belum dapat mengelola dengan baik. 
      Ditengah pahitnya sektor pertanian Indonesia, sektor industri di negara ini kian melaju pesat. dapat kita lihat pertumbuhan mall-mall di kota-kota besar yang kian "bejibun" jumlahnya. Industri memang penyumbang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun kita jangan lantas menutup mata, acuh dan tak acuh dengan pertanian Indonesia. Ratusan juta penduduk setiap harinya membutuhkan pangan dalam jumlah yang sangat besar. Hal itu bertolak belakang dengan ketersediaan lahan-lahan pertanian yang kian hari kian menyusut. Ditambah lagi dengan kualitas sumber daya manusia, modal kerja, dan teknologinya yang masih kurang mendukung. Bagaimanakah dengan keberadaan bangsa Indonesia dimasa mendatang?
       Indonesia In Syaa Allah tidak akan mengalami krisis pangan jika pribadinya sadar melakukan perubahan. Sumber daya manusia yang ahli hendaknya mereka memang terjun menerapkan ilmunya untuk kemaslahatan masyarakat. Ketersediaan modal usaha memerlukan bantuan serta kerjasama antara pemerintah dan lembaga keuangan untuk lebih pro kepada masyarakat menengah kebawah, khususnya para petani. Teknologi juga memegang peranan penting, karena tanpa teknologi kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan akan kalah saing dengan negara lain. Keterbelakangan teknologi dapat diatasi dengan peran pendidikan. Apabila hal diatas dapat terwujud, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari krisis pangan, namun negeri ini akan memiliki peran kuat didunia ditahun 2040 nanti.

Selasa, 14 Oktober 2014

SATRIA PININGIT DAN REALITA

Oleh : Ika Devi Silviana

    Indonesia adalah negara pluralis yang memiliki keanekaragaman yang terdiri dari berbagai macam budaya, suku, etnis, ras, agama, dll. Tentunya disetiap keanekaragaman tersebut mereka memiliki adat, nilai, kebiasaan yang berbeda-beda pula. Adat, nilai, kebiasaan yang mereka pegang dengan kokohnya tersebut merupakan warisan nenek moyang mereka sejak bertahun-tahun yang lalu. Hal itu menjadikan doktrin bagi mereka dalam hidup dan berkehidupan. Disinilah peran nilai untuk masyarakat, apakah mereka dapat lebih maju atau bahkan terkungkung dalam nilai-nilai yang mereka yakini itu.
     Tidak semua nilai yang kita yakini itu buruk. Namun dengan nilai itu pula hendaknya kita tidak pasrah dengan takdir, kita harus tetap melihat realita yang ada. Sekarang Indonesia tengah menghadapi persaingan global yang begitu ketat, jika kita masih meyakini adanya "Satria Piningit" yang akan menyelamatkan Indonesia tanpa melakukan usaha akan sia-sia saja. Indonesia perlu melakukan pembenahan mental untuk berpikir maju dan realistis. Sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran hendaknya kita secara cerdas menggunakan nilai-nilai yang kita yakini itu untuk meraih kehidupan gemilang dimasa depan.
   Ada keterkaitan nasib dengan usaha. Didalam Q.S.Ar-Ra'du ayat 11 Allah berfirman "...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri." Al-Qur'an menunjukkan keempirisan hubungan sebab akibat keduanya sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan usaha yang maksimal serta diiringi do'a maka Allah akan memberikan hasilnya. Kita dapat mengaplikasikan firman Allah ini untuk mengatasi permasalahan yang tengah mendera Indonesia sekarang.
      Indonesia tengah terjadi krisis mental. Hal ini dapat menghambat laju pembangunan di Indonesia karena mentalitas rakyatnya sendiri. Selama ia masih terdoktrin dengan adat, mitos, maka mereka akan sulit untuk menerima perubahan zaman yang telah memasuki era modernisasi ini. Adat yang berkembang dimasyarakat tersebut tidak dapat dihilangkan dengan instan, karena tentunya mereka akan tetap mempertahankan adat dan mitos yang mereka percayai itu. Masalah krisis mental ini menjadi masalah yang mendasar bagi keberhasilan sebuah bangsa.
      Keseimbangan antara nilai dengan intelektualitas itu sangat penting. Nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya akan menciptakan pola pikir untuk kita melangkah kedepan. Jika kita memiliki keyakinan yang kuat, maka kita akan meraihnya meski rintangan didepan mata menghadang. Dalam mengantisipasi adanya risiko yang ada, maka kita harus membekali diri kita dengan keilmuan (tentunya bukan ilmu hitam) salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan generasi yang handal, istilahnya "Otaknya Jerman, dan Hatinya Al-Qur'an."

Senin, 13 Oktober 2014

PUNDI-PUNDI RUPIAH HADAPI AEC 2015

Oleh : Ika Devi Silviana


      Tahun 2014 ini merupakan dilema dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC). Bagi mereka yang telah mempersiapkannya, AEC adalah kesempatan besar untuk meraih peluang. Namun bagi mereka yang belum bisa menangkap peluang itu, akan hancur tergilas persaingan. Memang tak dipungkiri, sebagian orang mulai risau terkait keberlangsungan hidup mereka. Mereka mulai memikirkan cara untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah diera revolusi ini. Hendaknya kita tidak stagnant diposisi sulit ini. Mengubah mindset merupakan salah satu solusi yang tepat. Setidaknya ada empat jenis Cashflow Quadran, yaitu dari kuadran mana kita akan mendapatkan penghasilan. Kita bisa memilih salah satunya, atau bahkan kita bisa mengkombinasikannya dengan cerdas.

Kuadran Pertama, Employ
Di kuadran ini adalah mereka yang usai menyelesaikan bangku pendidikannya, kemudian bekerja sebagai pegawai di sebuah instansi (perusahaan). Mereka bekerja diatur oleh system, tidak terlalu berkembang. Jika hanya mengandalkan kuadran ini, memang akan mendapatkan keamanan pekerjaan, namun kesempatan untuk saving akan tipis. Mereka harus menyusun skala prioritas kebutuhan untuk menghindari kebutuhan-kebutuhan tidak terduga yang membengkak.

Kuadran Kedua, Self Employ
            Di kuadran ini adalah mereka yang usai bangku pendidikannya bekerja untuk dirinya sendiri. Mereka tidak bekerja dengan system, sehingga bisa part time atau bahkan full time.  Kuadran jenis ini biasanya adalah mereka yang berprofesi sebagai dokter, psikolog, pengacara, dll.

Kuadran Ketiga, Business Owners
            Di kuadran ini adalah mereka yang berwirausaha dengan mendirikan lapangan pekerjaan sendiri. Sebagai pemilik bisnis mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktunya, cukup mengontrol bisnis saja. Dengan memiliki usaha, pendapatan bisa kita raih sesuai dengan target yang diinginkan. Dimungkinkan pula pendapatan akan surplus, sehingga kita bisa saving.
            Menjadi seorang pemilik bisnis hendaknya memiliki mental baja. Disaat kondisi usaha yang terpuruk, ia harus senantiasa memiliki semangat seperti diawal pendirian usaha. Pemilik bisnis juga dituntut memiliki kreativitas tinggi untuk mengembangkan produknya. Kreativitas harus diasah sedari muda, karena sewaktu-waktu mengalami kegagalan mereka akan lebih mudah bangkit. Namun, ketika memasuki usia senja mereka akan cenderung mengingikan keamanan (menjauhi kerugian).

Kuadran Keempat, Investor
            Di kuadran ini menjadi seorang investor adalah mereka yang sadar akan masa depan. Memang disaat muda kita masih bisa bekerja, namun ketika usia mulai senja kesempatan itu sangatlah tipis. Bagi mereka yang memiliki surplus dana akan memanfaatkannya pada pos-pos investasi. Tentunya dalam berinvestasi kita harus cerdas dalam memilih. Salah-salah menginginkan keuntungan, malah kerugian yang menghadang.  Kita bisa memanfaatkan jasa reksadana syariah untuk berinvestasi, selain aman menurut syariat agama kita juga tidak perlu membuang banyak waktu. Pilihlah reksadana syariah yang telah terdaftar di Bapepam. Dengan reksadana syariah, maka dana kita akan dikelola oleh manager investasi kedalam portofolio efek seperti saham dan sukuk (obligasi syariah).

Tingkatan Keamanan Ekonomi
            Hakikatnya kita adalah manager investasi bagi diri kita sendiri. Bagaimana cara kita mengatur waktu dan dana untuk meraih keamanan ekonomi (berkecukupan). Ada tiga tingkatan keamanan ekonomi  yaitu : (1) Keamanan Pekerjaan, (2) Keamanan Financial, (3) Kebebasan Financial. Keamanan pekerjaan adalah mereka yang berkutat sebagai pegawai, mereka merasa aman dengan gaji yang mereka terima. Namun jika mereka tidak mampu me manage dengan baik, maka akan terjadi krisis ekonomi. Kedua, keamanan financial adalah mereka yang mengkombinasikan kuadran, seperti menjadi seorang employ dan investor, employ dan business owners, self employ dan investor, atau self employ dan business owners. Pendapatan mereka tidak hanya didapat dari satu kuadran saja, tapi menggandeng kuadran lain untuk mendapatkan keamanan financial. Terakhir adalah Kebebasan Financial adalah mereka yang dikatakan sangat aman dalam financial. Kebebasan Financial adalah mereka yang mengkombinasikan business owner dan investor. Mereka pada mulanya menjalankan suatu bisnis dengan baik, kemudian mengalokasikan sebagian dananya untuk berinvestasi. Dengan demikian uang akan bekerja untuk mereka.