Minggu, 20 Mei 2018

Rahasia itu Bernama Taqwa

Maksiat itu berat.. Kamu ga akan kuat, aku sudah pasti jugaaaa.. (Kata Dilaaaan….jut yang baik-baik aja yaa.. wkwk ga jelas amaat nih orang :P)

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Pada tulisan ayee sebelumnya, ada pertanyaan besar, tentang bagaimana cara keluar dari jurang kemaksiatan yang saaangaaat tidak enak. Nah, ada nasihat super buaaaguss yang sayang kalo ga ditulis wkwk..  ini saya ambil dari Ustadz Syafiq Riza Basalamah dan juga Ustadz Khalid Zeed Abdullah Basalamah.. mereka bukan saudara kandung, bukan juga kembar identique yee wkwk

Yuh langsuung ja yaa..

Maksiat membutuhkan taubat. Artinya kembali pada Allah. Dengan apa? Jawabannya adalah dengan Taqwa. Kalau itu perintah, maka lakukan. Namun jika itu larangan, maka tinggalkan. Kan enak sebenarnya yaa.. Jika Nabi memerintahkan, maka lakukan sesuai kemampuan kita, selama tidak memberatkan. Tapi jika nabi melarang, maka tinggalkan. Kenapa larangan harus ditinggalkan? Karena meninggalkan larangan itu tidak membutuhkan energi. Yang pertama, larangan itu sedikit, dan kedua, sebenernya meninggalkan larangan itu juga tidak membutuhkan energi. Iya sih yaa :P (lha ngopo wingi aku galaau ga jelas yak wkwk)

Misalkan kita ingin meninggalkan maksiat zina (hati, mata, hidung, tangan, kuping, kaki, pokoke all in one :P), apakah butuh energi? kalo kita dieem aja, kan selesai kan yaa sebenernya hehe.. (irit energi lagi puasaa neeng, iyaa babequeee :D)

Tapi kalau kita diperintahkan shalat di masjid, ini kan butuh energi, ada orang yang tidak mampu, “Kaki ana sakit, Ya Allah, ndak bisa jalan..” silakan kita bisa shalat di rumah.. Tapi untuk meninggalkan yang haram.. apa sih beratnya? Meninggalkan yang haram kan sebenarnya kita ndak perlu bekerja (super setuju aku sekaraaang). Tinggalkan khamr udah, tinggalkan riba ya udah, kan selesai.. Tapi kalau sudah menyangkut amal, maka sesuaikan dengan kemampuan yaa.. :)

Jauhi semua fasilitas maksiat, karena semua hal yang membuat malas ibadah karena adanya dosa. Selama kita masih terlibat dosa sekecil apapun, maka akan mudah sekali tergelincir untuk malas ibadah. Ibadah punya kenikmatan, dosa punya kenikmatan. Tapi ga bisa disatukan, ga bisa disatukan. Harus pilih salah satunya.. Kira-kira kalau kita sudah rutin shalat lima waktu, sudah tahu fadhilahnya dan ancamannya kalau ditinggalkan, apakah kita masih mau meninggalkan? Ga mungkin..!!, karena kenikmatan ibadah ini sudah ada.

Tapi kalau kita balik, ada orang yang nikmat dengan maksiatnya,  nikmat dengan telanjang di depan orang, nikmat dengan harta rampasannya, riba haram, kedzaliman, nikmat dengan zinanya. Pasti kenikmatan ibadahnya hilang, mustahil bisa khusyuk!

Makin kita menjaga hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, makin kental kita mendekatkan diri dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, makin kita paksakan, maka makin dekat Allah dengan kita.. Seperti kita waktu lapar, maka kita ga peduli mau apa, yang penting makan dulu kan ya? (itu aaaaakuuu :P) Hehe..

Lapar itu berbahaya.. seperti itu kita beribadah, lebih penting tingkatannya dari haus dan lapar lhooh :D Buat jadwal,  misal sholat lima waktu.. harus ontime! Jadwalkan! Terus, 40 hari, karena mendapat jaminan selamat dari sifat munafik, tidak akan pernah dusta seumur hidup, tidak akan pernah ingkar janji, tidak akan khianati amanah, tidak akan curang, jaminan dari Baginda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam, dan tidak mungkin Allah salah!

Ingat, tak mungkin Allah salah, tak akan pernah mungkin Allah salah!

Ada sahabat adik kakak, kakaknya sakit perut, adiknya datang ke Rasulullah..

“Ya Rasulullah, kakak saya sakit perut.” kata sang adik.

“Minumkan madu, kasih madu!..” kata Rasulullah.

Dia kasihkan madu ke kakaknya, dan dengan buru-buru datang ke Rasulullah lagi,

“Ya Rasulullah, kakak saya belum sembuh..”

lalu apakah ia disuruh cari obat lain? Jawabannya adalah tidak!

Rasulullah ajarkan konsep dasar, “Allah pasti benar, dan perut kakakmu yang bohong..”  (woooh big knowledge nih mah, ga ada kata option buat akidah yaaah, kalo udah Allah ya kudu wajib!!!!!!) ga mungkin Allah salah, sabar, minum, yakin pasti.. penanaman akidah yang luar biasa! Harus difahami ini!

Begitu pula dengan baca Al-Qur’an rutin, dzikir pagi dan petang, jadwalkan.. ingatlah syaitan memiliki standart godaan, “Nanti saja kalo di jalan, nanti saja kalo di rumah..” Ingat, ibadah itu perlu dipaksakan!

Jika kita sudah terbiasa dengan ibadah, maka akan seperti roda, ga enak kalo kita ga jalankan! Orang yang biasa puasa Senin-Kamis, tidak akan enak kalo ga dilaksanakan.. shalat, ga ontime dikit, rasanya beban! Terus begitu.. dan kalau kita sibuk dengan ibadah seperti ini, maka dosa akan otomatis kita tinggalkan, ga ada waktu buat dosa, "Udaaah! Sibukkan diri dengan amal shalih sajaa :D :D", maka kita akan meninggalkan maksiat.. (T.O.P.B.G.T)

Kalau ini terjadi akan datang banyak karamah. Sebagian ulama menyusun ada beberapa tingkatan karamah itu..

Yang pertama, akan datang kalau orang itu memaksakan ibadah, mengerjakan yang wajib dan sunnah, meninggalkan haram dan makruh, maka ia akan sering merasakan firasatul mukmin, yang kata Nabi firasatul mukmin adalah benar. Ada sebuah perasaan yang kita rasakan orang ini baik, atau tidak baik, ini bisa dibedain kalau kita belum dekat dengan Allah, belum tentu benar, bisa dari syaitan, persangka buruk.. tapi kalau kita sudah paksakan ibadah, maka orang ini akan bisa merasakan apakah orang itu jahat atau baik sama kita..

Yang kedua, kalau kita sudah paksakan ibadah, maka kita akan memperoleh Rukyashshodiqoh yaitu mimpi benar dari orang mukmin. Misal kita ingin Umrah, sebelumnya kita sudah bermimpi mengunjungi Mekkah, banyak hal yang diperlihatkan oleh Allah, mimpi! Dan mimpi itu berita gembira, membuat orang mukmin ini senang.. tapi kalau kita masih belum meninggalkan maksiat, belum melakukan yang wajib dan sunnah, meninggalkan yang haram dan makruh, maka mimpinya akan disebut hilm, yang bercampur baur antara yang baik dan yang buruk. Hilm ini lawannya Rukyashshodiqoh (mimpi yang benar dari Allah), sementara hilm datangnya dari syaitan.

Yang ketiga, hal-hal yang terjadi yang memang Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuaikan dengan keadaan orang itu. Bisa saja lisannya menjadi petunjuk bagi orang, seperti misal Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu di zaman khilafahnya beliau, beliau pernah tiba-tiba naik mimbar, kumpulin orang di masjid, lalu mengatakan, “Hai pasukanku, ke gununglah kalian, ke gununglah kalian..”

Orang yang lagi di masjid, “Amirul Mukminin sedang apa ini? Ga ada pasukan di masjid..”

Orang yang di masjid belum mengerti , lalu Umar bin Khaththab turun dari mimbarnya..

Ternyata Umar bin Khaththab baru mengirim pasukan ke perbatasan wilayah Persia, datang pasukan tersebut, lalu mereka memberikan kesaksian..

“Ya Amirul Mukminin, Allah telah berikan kami kemenangan..”

“Lalu bagaimana kalian menang?” kata Umar.

“Kami pada saat terdesak, didesak oleh musuh, dan kami yakin kami akan kalah, tiba-tiba kami mendengar suara anda yang mengatakan, “Wahai pasukanku, ke gununglah, ke gununglah..” kata mereka..

Dan kami lihat di belakang kami ada gunung, kami naik ke gunung, atur strategi, lemparkan anak panah, dan kami menang.”

Umar bin Khaththab yang muncul waktu itu adalah perasaan beliau, tidak bisa lihat, ghaib, tapi ada feeling yang sangat kuat disana, kalau beliau harus ucapkan itu. Maka ia ucapkan, dan dibuktikan di lapangan dengan kemenangan pasukan.

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan kita dijauhkan Allah dari segala maksiat yang merugikan diri kita, serta mampu untuk beribadah pada Allah yang lebih baik di garis keistiqomahan.. Aamiin..

Say Alhamdulillaah :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar