Senin, 10 Oktober 2016

Tunggulah Kedudukan Itu

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain sampai engkau mengetahui kedudukanmu di akhirat.”
--------------------------------
“Hai orang-orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS.Al-Munafiqun:9)

Manusia berasal dari tanah, namun terkadang memiliki sifat langit. Tinggi, tak terjangkau. Godaan dapat timbul dari arah manapun.

Anda pernah bertemu dengan seorang tua, dengan peluh, kotor, mengayuh becak tuanya? Atau seorang “kuli” pasar tua dengan menggendong berpuluh kilo bahkan berkuintal barang dagangan para saudagar?

Pernahkah anda bertemu dengan seorang tua pengangkut sampah, mendorong gerobaknya, dengan aroma yang hidung saja “enggan” bertahan lama?

Ada lagi seorang bapak yang berkendara dengan sepedanya, dengan menggendong bekal perkakas tukang, penuh semangat, membawa sebungkus plastik putih di pengemudi depan sepeda berisi makanan dengan raut muka lelahnya?

Satu lagi pernahkah anda melihat seorang nenek tua, berjualan kacang, namun ternyata Ia sepi pengunjung. Ia menahan dirinya untuk meminta-minta, dan mengisi sela-sela waktunya dengan alunan Al-Qur’an?

Apa yang kan kita pikir? Mereka menjijikkan? Mereka kotor? Mereka tak berpendidikan? Mereka tak berharta, mereka ini.. mereka itu..?

Baik, mari sejenak kita berpikir.. terkadang mata manusia memang hanya melihat secara objektif kala itu. Memang benar, namun siapa yang menyangka kedudukan mereka akan jauh lebih tinggi dan mulia dibandingkan kita? Mereka bisa saja lebih mudah bersabar dibanding kita, lebih mudah mensyukuri sebutir nasi yang mereka dapatkan, lebih menghargai setiap rupiah yang mereka usahakan?

Bandingkan dengan kita..

Manusia akan diuji dengan beragam cobaan.. Perhatikan hikmah QS.Al-Kahfi. Manusia akan diuji dengan beberapa arah..

Pertama, manusia akan diuji dengan keyakinannya (iman), seberapa kuat dan tahannya ia pada Allah, sebagaimana kuatnya keyakinan para pemuda Ashabul Kahfi yang berpasrah dari kejaran raja yang dzalim kala itu.. Disini akan kita ambil hikmah, akan timbul titik remeh manusia satu kepada manusia yang lainnya. Mereka akan beranggapan imannya lebih sempurna dari yang lainnya, tak sadar ia terjangkiti virus takabbur. Iman kita belum tentu menjamin kemuliaan kita di hadapan Allah. Hayati betul sudah benar atau belum? Ini sangatlah sulit, sangat sulit..

Kedua, manusia akan diuji dengan hartanya, sebagaimana kisah pemilik kebun yang kafir dan sombong. Ia menafikkan karunia Tuhannya. Kemudian Allah membinasakan hartanya. Kita terlalu takabbur, rizki yang sudah ada didepan kita sudah pasti menjadi milik kita, kata siapa? Jikalau Allah tak menghendaki kita mau apa? Pernahkah anda makan, suapan sudah sampai tepat di depan mulut kita, lalu terjatuh.. Itulah rizki yang belum ditakdirkan menjadi rizki kita. Kuasa Allah jauh diatas segalanya. Sadarlah hal itu.. Kekayaan tak menjamin kemulian wajah kita di hadapan Allah..

Ketiga, manusia akan diuji dengan ilmunya, sebagaimana kisah Nabi Musa yang tidak bersabar atas hikmah yang akan diajarkan Allah melalui Nabi Khidr. Nabi Khidr melubangi perahu, membunuh seseorang, kemudian membetulkan dinding yang roboh. Tahukah apa hikmahnya? Ketika nabi Khidr melubangi perahu, ia telah mengetahui bahwa akan ada perampok yang akan merampas harta. Kedua, Nabi Khidr membunuh seseorang? Tahukah apa hikmahnya? Ketika Nabi Khidr membunuh seseorang itu dikarenakan ia adalah seorang kafir, dan Nabi Khidr khawatir pemuda tersebut akan memaksa orang tuanya untuk murtad. Nabi Khidr menginginkan Allah akan menggantinya dengan anak yang sholeh. Terakhir, Nabi Khidr membetulkan dinding yang roboh, apa hikmahnya? Di dalam bangunan yang roboh itu tinggallah anak yang ditinggal mati orang tuanya, dan Allah menginginkan anak tersebut  mengeluarkan harta yang tersimpan yang ditinggalkan oleh orang tuanya kelak jika mereka dewasa. Disini kita petik hikmah pengetahuan juga dapat membinasakan jika kita meninggi, takabbur. Kebanyakan manusia tertipu dengan ilmunya, apa yang mereka ketahui adalah lebih sedikit dibandingkan apa yang mereka tidak tahu. Ilmu Allah sangat luas. Jangan sampai jenjang pendidikan kita memang tinggi, S1, S2, bahkan S3 tapi menutup diri kepada tanda kekuasaan Allah. Ilmu (dunia) tak akan menjamin kemuliaan wajah kita di hadapan Allah jika penggunaannya salah.

Keempat, manusia akan diuji dengan kedudukannya. Didalam QS.Al-Kahfi disebutkan bahwa Raja Zulkarnain menggunakan kekuasaannya untuk melindungi penduduk dari serangan Ya’juj dan Ma’juj, ia membuat pagar pembatas diantara bukit. Raja Zulkarnain mempergunakan kekuasaannya di jalan Allah. Ingatkah kisah Fir’aun, ia beranggapan berkuasa atas manusia, bisa mematikan dan menghidupkan. Ia tidak menggunakan tampuk kekuasaannya di jalan Allah.

“Jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain sampai engkau mengetahui kedudukanmu di akhirat.”

Sebanyak apapun hartamu, setinggi apapun ilmumu, dan seluas apapun kekuasaanmu

It’s so difficult, but we must try..

“Whoever turns away from the remembrance of the Most Merciful, We will appoint for him a devil as his companion”


(QS.[43]:36)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar