Jumat, 24 Juni 2016

Aku, Kamu, dan 1,5 Jam


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

(QS.Al-Hajj:47)

Waktu.. adalah kesempatan yang tak terulang lagi, mahal, unik, dan tentunya satu yang harus diingat tanggung jawab. Mengapa seperti itu? Waktu itu tak bisa terulang kembali, dapatkah anda mengulang peristiwa sepuluh tahun lalu? Lima tahun lalu? Kemarin? Oh tidak usah jauh-jauh.. satu menit yang lalu.. saja? Bisa? Kita tidak bisa mengulangnya lagi. Lalu, mahal? Kenapa mahal? Karena waktu itu tak terkira harganya.. coba anda bayangkan ketika orang tua anda meninggal, tetapi saat itu anda tengah ada di luar kota, tempat yang berbeda.. Disaat sakaratul maut anda tidak bisa menemaninya, jika anda bisa, mungkin anda akan membayar beberapa puluh juta, bahkan ratus juta untuk waktu yang sangat singkat. Unik? Kenapa unik? Disetiap detik waktu memiliki momennya sendiri, tidak akan sama, mungkin bisa berkisah bahagia atau penuh air mata. Dan, terakhir penuh tanggung jawab, ini yang berat! Waktu yang diberikan kita tidak cuma-cuma, Allah akan meminta pertanggungjawabannya. Miris ya kawan, mungkin menurut saya, mengelola waktu bukan perkara mudah, terlebih lagi banyak godaan-godaan di luar sana yang sangat WOW, tapi marilah kita ingat sejenak 1,5 jam kawan, meski “aku dan kamu” bukanlah yang sempurna. Let’s check it out...!

“Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” Trus kok bisa 1,5 jam ya mbak? Mungkin ada sebagian orang yang sudah tahu asal 1,5 jam ini, tapi saya akan coba paparkan 1,5 jam ini seperti apa. Oke..

Asumsi kita mulai..

Satu hari akhirat = 1000 tahun dunia
24 jam akhirat = 1000 tahun dunia
Tiga jam akhirat = 125 tahun dunia
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun dunia

Begitulah asumsinya kawan.. Umat Nabi Muhammad di prediksikan masa hidupnya hanya sekitar 63 tahun, seperti usia wafat Rasulullah. Terasa lama jika hidup selama 63 tahun di dunia ini. Tapi realitanya jika memakai perhitungan akhirat masa hidup kita hanya 1,5 jam saja. Kalau di dunia mungkin waktu 1,5 jam itu jika kita gunakan untuk reuni dengan teman-teman akan terasa cepat, pergi bersama, minum bersama, dan pulang lagi. Yah hidup kita juga seperti itu. Ibarat kata, kita ini musafir di padang pasir, hauuusss banget, terus nemu sumur di tengah Sahara, seneng? Ya tentu seneng dong? Sama! Kemudian musafir tersebut lanjut perjalanan. Kita menemukan dunia ini, mencari dunia ini penuh dengan kesenangan, tapi ujungnya kita akan kembali pada Allah...

Waktu yang kita peroleh dari Allah merupakan rizki juga. Jangan terus kita asumsikan RIZKI = UANG. Boleh seperti itu, tapi hendaknya kita harus jeli terhadap nikmat Allah. Jika kita tidak punya uang, Allah berikan gantinya waktu luang. Eeehh jangan salah ya kawan, waktu luang itu kalo kita cerdas manfaatin bisa jadi ladang amal buat kita lhoo. Kita bisa belajar, berdzikir, mengaji, menulis, dan membaca, asal tepat apa yang di belajarin, dzikirin, ngajiin, tulisin, dan yang di baca hehehe.. Daaan pahala akan mengalir dengan derasnya.. Kayak lautan aja mbak..

Ada satu lagi yang membuat saya khususnya takut.. mungkin anda juga ya? Bisa jadi.. “Kenapa takut mbak? Kayak ketemu Valak The Conjuring aja?” Begini kawan, maksiat kita definisikan sebagai perbuatan yang menjerumuskan pelakunya ke perbuatan dosa, meninggalkan yang wajib, dan melakukan yang haram, serem kan? Apa akibatnya? Tentu tak tanggung-tanggung lagi adalah Naar nya Allah, dijeburin, ditanyain, disiksa, balik lagi keawal, disiksa, balik lagi ke awal, disiksa lagi, begitu seterusnya..

Melakukan kemaksiatan adalah suatu kebodohan. Mengapa demikian? Karena orang yang melakukan maksiat ia tak sadar dilihat oleh Allah, berkurangnya kadar keimanan kita, mendapat kemurkaan Allah, dan satu hal yang penting lagi, yaitu terhambatnya rizki. Rizki itu banyak macamnya, kalo kita hitung rizki Allah susaaah banget. Bayangkan saja, Oksigen, jika Allah tidak menciptakan Oksigen (O2) lalu bagaimana air (H2O) akan diikat? Jika dalam suatu wadah (bayangkan saja Bumi), Hidrogen yang terlalu banyak bisa menyebabkan ledakan atau kehancuran.

Maksiat beragam macamnya seperti syirik/meragukan keesaan Allah, seperti percaya primbon, ramalan bintang, Capricorn, Aquarius, Pisces, Aries, dan teman-temannya, hari lahir, arah rumah, meski hanya iseng-iseng aja nih.. konsekuensinya sholat kita tidak diterima selama 40 hari. Sepele kan sepertinya? Tapi dampaknya luar biasa!

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS.Al-Bayyinah:5)

Lalu maksiat lain seperti mempermainkan hukum Allah. Ini juga sulit, sangat sulit. Berjalan di jalan kebenaran sangat banyak onak dan durinya, Misal kita ingin istiqomah di jalan Allah dengan memakai hijab, namun lingkungan sekitar tidak mendukung seperti keluarga, teman, lingkungan sekolah, akhirnya buka tutup hijab, nah disini pentingnya lingkungan yang baik untuk memantapkan iman kita, bergaullah dengan orang sholeh-sholehah supaya terjaga pula iman kita.


Jenis maksiat lainnya adalah seperti durhaka pada orang tua, membunuh muslim tanpa alasan yang jelas (alasan agama), berzina, berzina jangan diartikan hanya hubungan pasutri saja lho, zina juga ada banyak jenisnya seperti zina mata, tangan, jari, telinga, kaki, hati, dan banyak lagi. Zina hati (qolbi) yaitu dengan memikirkan lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina lisan (ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina Zadin (tangan) yaitu dengan memegang tubuh lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina mata dengan memandang, zina hidung dengan mencium, zina telinga dengan mendengarnya, zina kaki dengan melangkah ke tempat maksiat.. Banyak kan kawan? Saya pribadi juga belum bisa untuk total terbebas dari maksiat, tapi setidaknya kita berusaha, dan saling nasihat-menasihati dalam kebaikan. Saya berharap jika kelak kalian di surga, maka ingatlah aku, ajaklah aku bersamamu ya kawan, tak peduli siapapun kamu, apa latar belakangmu, yang terpenting adalah iman dan takwamu pada Allah. Peganglah tauhid dengan kuat, gigitlah dengan gigi gerahammu, karena sekarang perpecahan umat telah nampak adanya, Semoga bermanfaat... J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar