Jumat, 24 Juni 2016

High Class Love


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Salah satu diantara mereka yang mendapatkan naungan Allah Subhanahuwata’ala di hari kiamat adalah orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul karena Allah, berpisahpun karena Allah.”

Let’s check it out!

Hari kiamat. Hari kiamat, Ya! Hari kiamat. Penjelasan mengenai hari kiamat sudah sangat sering kita dengar. Ingatkah anda di tahun 2012 lalu? Sebuah ramalan yang menggemparkan Indonesia, bahkan sampai “melancong” ke luar negeri. Filmnya pun sangat ngeri terasa, ya! “2012” Tentang terjadinya kiamat,  tergulungnya lautan, hancurnya alam semesta, runtuhnya jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Semua orang berlari kencang, ada yang pakai mobil juga, berharap mereka mampu menyelamatkan diri dari kekacauan kiamat. Namun yang tersebut adalah versi film, versi aslinya tak ada yang mengetahui kapan pastinya, termasuk orang terkasih Allah Subhanahuwata’ala yaitu Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam sendiri..

Yuk mari saya mengajak pembaca memaknai arti “High Class Love” bagaimana anda sekalian memaknai istilah ini? Maknanya bermacam-macam, mungkin ada yang mengartikan cinta sejati,... yaaa, bolehlah J atau mencintai orang yang high/tinggi? Kalo itu kriteria mungkin iya.. apalagi ditambah putih, elok paras, berada, strata sosial yang wow.. siapa yang tak tertarik? Tapi kita tepiskan dulu pandangan itu ya...

High Class Love disini berarti cinta tingkat tinggi, cinta yang mana itu mah, Mbak? Cinta tingkat tinggi yaitu dimana dua orang/lebih yang saling mencintai karena Allah, mereka berpisahpun karena Allah juga.. So sweet kan? Misalnya begini, Abu Bakar dan Rasulullah adalah contoh simpelnya. Beliau berdua ibarat surat dan perangkonya, amplop dan lemnya, gelas dan tutupnya, yap tak terpisahkan. Sahabat tingkat tinggi, cintanya juga tingkat tinggi. Jika Abu Bakar melakukan suatu kesalahan, maka Rasulullah menasihatinya, Rasulullah melakukan ini, Abu Bakar juga ayuk, ketika Abu Bakar khawatir dalam kejaran kaum kafir ketika berada di gua, Rasulullah pun menenangkannya, “Innallaha ma’ana..” Sesungguhnya Allah bersama kita.. Do’anya untuk dua orang lho.. Bahkan anda pasti tahu Aisyah putri Abu Bakar, beliau dinikahkan dengan Rasulullah ketika usianya sangat belia.. Bukan main tingkat tingginya (persahabatannya)..

Dari kisah Rasulullah dan Abu Bakar kita dapat menarik kesimpulan, high class love adalah ketika kamu mencintai Allah, aku juga mencintaimu. Ketika kamu masih di koridor/ jalan Islam aku “yuk mari” sama kamu (akidah), kita adalah satu. Jika kamu salah, aku bertugas meluruskanmu. Jika aku salah, maka tolong luruskan aku. Jika kamu butuh bantuan, In Syaa Allah aku menolongmu selama dalam kebaikan dan untuk kepentingan Islam. Kita kuat karena Islam.. Terkadang ada kebingungan yang mengganjal antara meluruskan dan “kekuatan” untuk men-judge.

“Kamu itu gini ya ternyata, ga nyangka aku.”

“Kamu..! Yang kamu lakukan itu..*****! Pasti kamu ikut aliran ini kan?”

Kalimat itu hal sepele, tapi dalam maknanya. Terkadang untuk mengungkapkan sesuatu, namun jika salah bahasa/ penggunaan kalimat bisa jadi negative effect buat diri sendiri.

Alangkah lebih bagus jika kita menggunakan tutur kata yang lebih sopan dan ramah untuk meluruskan sesuatu. Misal, ada dua orang sahabat Adam dan Muhammad. Kisahnya begini. Adam adalah seorang yang berisbal (belum bercelana diatas mata kaki), nah sebagai sahabat yang baik Muhammad menyeru kepada yang haq (benar) untuk mengajak Adam mulai tidak berisbal (bercelana sedikit atas dari mata kaki).

Akhi Adam, oh ya kemarin saya dapat info dari ustadz saya ada kajian menarik di Masjid Sakinah lho..”

“Wah iya kah? Temanya tentang apa ya akhi Muhammad?”

“Wah itu rahasia, nanti ndak surprise lagi dong, In Syaa Allah kajiannya bermanfaat dan menarik. Ikut ya akhi, temani saya hehe, besok saya jemput dehh..” (kalimat ini menasihati secara tidak langsung (lewat kajian), tidak menjudge secara langsung, ada akhlaknya (tolong menolong)..

Teman mana yang tidak melting coba? Sudah diajak, dijemput, tambah di traktir lagi hehe.. berlapis-lapis berkahnya J Daaaaann keesokan harinya.. Taraaa...

“Akhi Adam, Alhamdulillaah antum semakin handsome sekarang, saya senang dengan perubahan akhi sekarang, In Syaa Allah akan berkah, saling mendo’akan ya Akhi..”

“Syukron ya akhi Muhammad, kajian kemarin sangat membekas di hati saya, do’akan saya istiqomah seperti ini ya Akhi..”

“Waiyyaka akhi Adam, semoga kita selalu diberi rahmat, ilmu, dan hikmah selalu Aamiin..”

“Wah, akhi Muhammad kapan-kapan saya mau dong diajak kajian lagi hehe..”

“In Syaa Allah, In Syaa Allah akhi.. saya sangat senang sekali.. Semoga Allah mempertemukan kita di hari kiamat, di naungan arsy Allah, dimana dua orang yang saling mencintai dan berpisah karena Allah. Aamiin, Aamiin, Aamiin..”

“In Syaa Allah akhi...” (ditambah jabat tangan, peluk, salam, daaaannn dobel dobel berkahnya) hehe
Semoga bermanfaat...

 “Change your word Friends J


Aku, Kamu, dan 1,5 Jam


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

(QS.Al-Hajj:47)

Waktu.. adalah kesempatan yang tak terulang lagi, mahal, unik, dan tentunya satu yang harus diingat tanggung jawab. Mengapa seperti itu? Waktu itu tak bisa terulang kembali, dapatkah anda mengulang peristiwa sepuluh tahun lalu? Lima tahun lalu? Kemarin? Oh tidak usah jauh-jauh.. satu menit yang lalu.. saja? Bisa? Kita tidak bisa mengulangnya lagi. Lalu, mahal? Kenapa mahal? Karena waktu itu tak terkira harganya.. coba anda bayangkan ketika orang tua anda meninggal, tetapi saat itu anda tengah ada di luar kota, tempat yang berbeda.. Disaat sakaratul maut anda tidak bisa menemaninya, jika anda bisa, mungkin anda akan membayar beberapa puluh juta, bahkan ratus juta untuk waktu yang sangat singkat. Unik? Kenapa unik? Disetiap detik waktu memiliki momennya sendiri, tidak akan sama, mungkin bisa berkisah bahagia atau penuh air mata. Dan, terakhir penuh tanggung jawab, ini yang berat! Waktu yang diberikan kita tidak cuma-cuma, Allah akan meminta pertanggungjawabannya. Miris ya kawan, mungkin menurut saya, mengelola waktu bukan perkara mudah, terlebih lagi banyak godaan-godaan di luar sana yang sangat WOW, tapi marilah kita ingat sejenak 1,5 jam kawan, meski “aku dan kamu” bukanlah yang sempurna. Let’s check it out...!

“Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” Trus kok bisa 1,5 jam ya mbak? Mungkin ada sebagian orang yang sudah tahu asal 1,5 jam ini, tapi saya akan coba paparkan 1,5 jam ini seperti apa. Oke..

Asumsi kita mulai..

Satu hari akhirat = 1000 tahun dunia
24 jam akhirat = 1000 tahun dunia
Tiga jam akhirat = 125 tahun dunia
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun dunia

Begitulah asumsinya kawan.. Umat Nabi Muhammad di prediksikan masa hidupnya hanya sekitar 63 tahun, seperti usia wafat Rasulullah. Terasa lama jika hidup selama 63 tahun di dunia ini. Tapi realitanya jika memakai perhitungan akhirat masa hidup kita hanya 1,5 jam saja. Kalau di dunia mungkin waktu 1,5 jam itu jika kita gunakan untuk reuni dengan teman-teman akan terasa cepat, pergi bersama, minum bersama, dan pulang lagi. Yah hidup kita juga seperti itu. Ibarat kata, kita ini musafir di padang pasir, hauuusss banget, terus nemu sumur di tengah Sahara, seneng? Ya tentu seneng dong? Sama! Kemudian musafir tersebut lanjut perjalanan. Kita menemukan dunia ini, mencari dunia ini penuh dengan kesenangan, tapi ujungnya kita akan kembali pada Allah...

Waktu yang kita peroleh dari Allah merupakan rizki juga. Jangan terus kita asumsikan RIZKI = UANG. Boleh seperti itu, tapi hendaknya kita harus jeli terhadap nikmat Allah. Jika kita tidak punya uang, Allah berikan gantinya waktu luang. Eeehh jangan salah ya kawan, waktu luang itu kalo kita cerdas manfaatin bisa jadi ladang amal buat kita lhoo. Kita bisa belajar, berdzikir, mengaji, menulis, dan membaca, asal tepat apa yang di belajarin, dzikirin, ngajiin, tulisin, dan yang di baca hehehe.. Daaan pahala akan mengalir dengan derasnya.. Kayak lautan aja mbak..

Ada satu lagi yang membuat saya khususnya takut.. mungkin anda juga ya? Bisa jadi.. “Kenapa takut mbak? Kayak ketemu Valak The Conjuring aja?” Begini kawan, maksiat kita definisikan sebagai perbuatan yang menjerumuskan pelakunya ke perbuatan dosa, meninggalkan yang wajib, dan melakukan yang haram, serem kan? Apa akibatnya? Tentu tak tanggung-tanggung lagi adalah Naar nya Allah, dijeburin, ditanyain, disiksa, balik lagi keawal, disiksa, balik lagi ke awal, disiksa lagi, begitu seterusnya..

Melakukan kemaksiatan adalah suatu kebodohan. Mengapa demikian? Karena orang yang melakukan maksiat ia tak sadar dilihat oleh Allah, berkurangnya kadar keimanan kita, mendapat kemurkaan Allah, dan satu hal yang penting lagi, yaitu terhambatnya rizki. Rizki itu banyak macamnya, kalo kita hitung rizki Allah susaaah banget. Bayangkan saja, Oksigen, jika Allah tidak menciptakan Oksigen (O2) lalu bagaimana air (H2O) akan diikat? Jika dalam suatu wadah (bayangkan saja Bumi), Hidrogen yang terlalu banyak bisa menyebabkan ledakan atau kehancuran.

Maksiat beragam macamnya seperti syirik/meragukan keesaan Allah, seperti percaya primbon, ramalan bintang, Capricorn, Aquarius, Pisces, Aries, dan teman-temannya, hari lahir, arah rumah, meski hanya iseng-iseng aja nih.. konsekuensinya sholat kita tidak diterima selama 40 hari. Sepele kan sepertinya? Tapi dampaknya luar biasa!

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS.Al-Bayyinah:5)

Lalu maksiat lain seperti mempermainkan hukum Allah. Ini juga sulit, sangat sulit. Berjalan di jalan kebenaran sangat banyak onak dan durinya, Misal kita ingin istiqomah di jalan Allah dengan memakai hijab, namun lingkungan sekitar tidak mendukung seperti keluarga, teman, lingkungan sekolah, akhirnya buka tutup hijab, nah disini pentingnya lingkungan yang baik untuk memantapkan iman kita, bergaullah dengan orang sholeh-sholehah supaya terjaga pula iman kita.


Jenis maksiat lainnya adalah seperti durhaka pada orang tua, membunuh muslim tanpa alasan yang jelas (alasan agama), berzina, berzina jangan diartikan hanya hubungan pasutri saja lho, zina juga ada banyak jenisnya seperti zina mata, tangan, jari, telinga, kaki, hati, dan banyak lagi. Zina hati (qolbi) yaitu dengan memikirkan lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina lisan (ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina Zadin (tangan) yaitu dengan memegang tubuh lawan jenis dengan perasaan senang terhadapnya. Zina mata dengan memandang, zina hidung dengan mencium, zina telinga dengan mendengarnya, zina kaki dengan melangkah ke tempat maksiat.. Banyak kan kawan? Saya pribadi juga belum bisa untuk total terbebas dari maksiat, tapi setidaknya kita berusaha, dan saling nasihat-menasihati dalam kebaikan. Saya berharap jika kelak kalian di surga, maka ingatlah aku, ajaklah aku bersamamu ya kawan, tak peduli siapapun kamu, apa latar belakangmu, yang terpenting adalah iman dan takwamu pada Allah. Peganglah tauhid dengan kuat, gigitlah dengan gigi gerahammu, karena sekarang perpecahan umat telah nampak adanya, Semoga bermanfaat... J

Minggu, 12 Juni 2016

Hijrah? Why Not?

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allah akan memberikan kepada mereka rizki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi rizki yang terbaik.”
(QS.Al-Hajj:58)

Apa sih hijrah itu? “Eh gue pingin hijrah nih..”; “Aku harus hijrah!”; Lalu apakah hijrah itu? Hijrah dapat kita maknai perpindahan, meninggalkan, menjauhi. Hijrah dapat dimaknai secara fisik dan psikis (batin). Di zaman Rasulullah telah ada perintah hijrah, hijrah Rasulullah ini bermakna hijrah secara fisik dan psikis. Hijrah fisik kaum muhajirin dengan perpindahan dari Mekkah menuju Madinah. Sedangkan hijrah psikis kaum muhajirin dikarenakan keinginan untuk melepaskan diri dari nilai-nilai yang dianut kebanyakan kaum kafir di Mekkah.

Kawanku, disini kita akan membahas hijrah, hijrah disini adalah hijrah secara psikis (batin). Kehidupan juga mesti mengalami perpindahan, tentunya perpindahan ke arah yang lebih baik. Misal, dulunya preman , sekarang bertaubat. Ada lagi dulunya seorang jahiil, sekarang berkat semangat belajar menjadi seorang alim yang dapat mengeluarkan dirinya dan orang lain dari permasalahan. Dulunya tidak berhijab, sekarang menjadi berhijab syar’i. Dulu bekerja di dunia hiburan, sekarang sukses berwirausaha, dsb.

Kehidupan yang telah kita capai sekarang bukanlah perkara instan. Ibarat besi atau baja, mereka mengalami proses penyepuhan terlebih dahulu dengan api yang sangat panas untuk mendapatkan baju besi yang kokoh, keras, dan indah. Ibarat pelangi, pelangi muncul setelah adanya hujan atau bahkan ditambah badai. Ibarat bawang merah, untuk mendapat bawang merah yang bersih, ia harus merasakan sakit ketika dikuliti, pedih di mata ketika di kupas. Sama… hijrah juga demikian… terkadang seorang muallaf harus rela berpisah dengan keluarganya untuk mencicipi, menelan, mencerna, dan akhirnya mengalir di aliran darahnya dengan Islam. Seseorang yang memutuskan mengikuti sunnah nabinya, tak jarang mendapatkan judge fanatic, ekstrimis, dan bahkan aliran sesat.

Dapat kita simak perjalanan hijrah para sahabat nabi seperti Hamza Radhiyallahu’anhu. Di awal beliau memeluk Islam begitu mengejutkan. Siapa sangka beliau dulunya adalah seorang pemburu singa di padang pasir, beralih gelar menjadi singa Allah. Siapa sangka Khalid bin Walid yang dulunya pembenci Islam, beralih gelar menjadi pedangnya Allah. Bahkan Hindun dan Abu Sufyan yang dulunya musuh besar Islam berbalik menjadi memeluk Islam. Sungguh Allah benar-benar Maha Pembolak-balik hati. Terkadang kita berpikir apakah kita layak diterima oleh Allah, mengingat dosa-dosa kita yang mengucur begitu derasnya dari sela-sela jari tangan, kaki, hati, kerlingan mata, gerakan lidah, dan telingapun tak luput darinya.

Ada sajak menarik saya pikir, bunyinya sebagai berikut, “Meskipun kita tak sekaya Abu Bakar, seberani Umar bin Khaththab, setampan Utsman bin Affan, sebijaksana Ali bin Abi Thalib, apakah lantas kita berhenti menjadi hamba Allah yang terbaik? Bukankah status yang membuat kita bangga adalah ketika kita menyandang status hamba Allah, apapun latar belakangnya, apapun pekerjaannya, dan apapun-apapun lainnya.

Begitupula jika kita seorang wanita, tak ada batasan untuk menjadi Abdullah yang terbaik, meskipun kita tak sekaya Siti Khadijah, sejelita Siti Yulaikha, sekuat Siti Fatimah, secerdas Siti Aisyah, apapun gelarnya, apapun pekerjaannya, apapun latar belakangnya.

Pernah dahulu ada seorang akhwat berhijrah menjadi seorang muslimah, In Syaa Allah.. Ketika itu Allah pertemukan keduanya disebuah acara dakwah kampus. Si akhwat dan si ikhwan. Ikhwan tersebut menjadi pembicara. Si Ikhwan memiliki tutur bahasa yang sopan, terstruktur. It’s so perfect. Apalagi menurut informasi si ikhwan adalah seorang yang berprestasi, relatif baik parasnya, keturunan agamis. Saat itu dalam pandangan sang akhwat, “wah ini mungkin yang dikirim untuk saya dari Allah.”

Usut punya usut, ternyata si akhwat tadi satu kos dengan adik si ikhwan. Si akhwat pun baru dipertemukan dengan adik si ikhwan secara tidak sengaja di sebuah masjid. Beberapa bulan kemudian, si akhwat menyampaikan maksud hatinya untuk ta’aruf dengan ikhwan tersebut dengan perantara adik perempuan si ikhwan. Si akhwat mulai memantaskan diri untuk menjadi gadis shalihah seutuhnya. Memang diawal proses hijrah sangatlah tidak mudah, yang awalnya berbusana belum seutuhnya syar’i berusaha untuk lebih baik, mulai membiasakan dengan sapaan hangat pada teman sekitar, dan terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan lainnya.. Namun kuasa Allah, si ikhwan dan si akhwat belum berjodoh..

Suatu saat, si akhwat membaca sebuah hadits Rasulullah yang berbunyi sebagai berikut:

“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).


Si akhwat mulai berpikir, apakah niat saya salah? apakah niat saya karena ingin ta’aruf saja? mengapa saya kesampingkan Allah? Seiring berjalannya waktu, si akhwat mulai memperbaiki niatnya, meluruskan semuanya, lama-kelamaan ia menikmati proses hijrahnya. Mungkin Allah memberikan hidayah kepada si akhwat melalui perantara si ikhwan tadi. Kesimpulannya jangan men-judge seseorang itu lebih buruk daripada kita, karena kita tak pernah tahu bagaimana usahanya untuk merubah dirinya menjadi lebih baik, tentunya dengan mengalahkan ego dirinya sendiri. Semoga bermanfaat..

Sabtu, 11 Juni 2016

Fase Tenar Uang Palsu

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Uang merupakan alat penukar yang dapat diterima secara umum. Mengapa kita menggunakan uang? Selain dapat diterima secara umum, uang juga lebih mudah dibawa, dan tahan lama. Untuk mencetak uang, Perum Peruri menggunakan kertas khusus yang harganya tak biasa (baca cukup mahal). Dalam peng-katagori-an uang, tentunya memiliki beberapa syarat yaitu:

1.      Acceptability (dapat diterima)
2.      Durability (tahan lama)
3.      Uniformity (kesamaan kualitas)
4.      Portable (mudah dibawa)
5.      Divisibility (mudah dibagi)
6.      Stability of value (stabil)
7.      Mendapat jaminan pemerintah
8.      Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
9.      Dan, terakhir Scarcity (tidak mudah dipalsukan)

Tapi mengapakah uang mudah dipalsukan? Tentunya dikarenakan kebutuhan yang sangat tinggi. Selain itu oknum-oknum pengedar uang palsu didasari faktor unemployment (pengangguran), inflasi (kenaikan harga barang), spekulasi (keuntungan, untuk dijual belikan), dsb. Uang palsu biasanya “tenar” di bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri seperti sekarang ini, tapi tidak menutup kemungkinan di hari-hari lain. Deputi Gubernur BI Ronald Waas, mengemukakan telah ditemukan 18.000 lembar uang palsu, yang mayoritas beredar di Pulau Jawa. (sumber:Tempo).

Untuk mengelabui korbannya agar tidak kentara salah satunya dilakukan dengan mengoplos uang asli dengan uang palsu di selang-seling. Biasanya di tempat-tempat penukaran uang,  masyarakat tidak mau mengantri, buru-buru, disanalah sasaran empuk oknum pengedar uang palsu. Untuk THR, silaturahim, anak-anak, pemilihan jabatan tertentu, dll

Ada dua kelompok masyarakat pencetak uang palsu:

Kelompok oknum, mereka adalah masyarakat pencetak uang palsu. Kedua adalah kalangan pejabat. Di Amerika latin, untuk membeli senjata, maka bisa menggelontorkan uang yang sangat besar, disana rawan pencucian uang, uang palsu, karena jumlah uang yang beredar sangat sedikit. Namun apabila jumlah uang beredar  sangat besar juga akan menghancurkan sistem perekonomian, apalagi uang itu uang palsu. Security untuk sistem uang palsu ini harus sangat kuat.

Mekanisme hubungan melambungnya jumlah uang beredar (JUB) terhadap kehancuran sistim perekonomian adalah sebagai berikut:

Harga barang akan dipengaruhi oleh perbandingan jumlah uang dan ketersediaan barang. Jika barang yang tersedia lebih besar daripada JUB, maka harga akan cenderung turun. Begitu pula sebaliknya, jika barang yang tersedia lebih sedikit dari JUB, maka harga akan cenderung naik (inflasi).

Lalu bagaimanakah jika suatu Negara terus-menerus mencetak uang? Meski terus mencetak uang, hasilnya Negara itu bukan berarti bertambah kaya, namun malah sebaliknya, inflasi, nilai uang tersebut cenderung semakin merosot. Di Indonesia pernah terjadi kegiatan mencetak uang besar-besaran di jaman Presiden Soekarno karena pajak yang dihasilkan dalam sistem perekonomian  masih sangat minim. Dampaknya adalah terjadi inflasi, kemiskinan, pengangguran, merosotnya pertumbuhan ekonomi, kriminalitas, dll sehingga rakyat menuntut penurunan harga di Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).

Pandangan diatas merupakan selayang pandang tentang sistem perekonomian. Kembali ke ulasan utama terkait uang palsu. Uang ini beredar di masyarakat, maka masyarakat dihimbau. Masyarakat harius aware terhadap kasus ini. Namun masyarakat tidak perlu khawatir, lakukan analisa 3D, dengan dilihat, diraba, diterawang untuk mengetahui ke-orisinil-an uang.


Dilihat, kita melihat bentuk fisik uang tersebut. Bagaimanakah warnanya baik, ada tanda air, kertas, dan tali pengaman yang ada di uang tersebut. Diraba, bagaimanakah teksturnya, apakah kasar atau soft? Di gambar pahlawan dan nominal angka biasanya dicetak menonjol. Kita bisa raba-raba disini. Kemudian diterawang dengan bantuan lampu atau sinar matahari, lihatlah bagian tali pengaman dan tanda airnya. Jika dalam kondisi baik, maka diindikasikan uang tersebut adalah uang asli. Semoga bermanfaat..