Bismillaahirrahmaanirrahiim..
“Jangan pernah merasa
lebih baik dari orang lain sampai engkau mengetahui kedudukanmu di akhirat.”
--------------------------------
“Hai orang-orang
beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah, dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi.”
(QS.Al-Munafiqun:9)
Manusia berasal dari tanah, namun
terkadang memiliki sifat langit. Tinggi, tak terjangkau. Godaan dapat timbul
dari arah manapun.
Anda pernah bertemu dengan
seorang tua, dengan peluh, kotor, mengayuh becak tuanya? Atau seorang “kuli”
pasar tua dengan menggendong berpuluh kilo bahkan berkuintal barang dagangan
para saudagar?
Pernahkah anda bertemu dengan seorang
tua pengangkut sampah, mendorong gerobaknya, dengan aroma yang hidung saja “enggan”
bertahan lama?
Ada lagi seorang bapak yang
berkendara dengan sepedanya, dengan menggendong bekal perkakas tukang, penuh
semangat, membawa sebungkus plastik putih di pengemudi depan sepeda berisi
makanan dengan raut muka lelahnya?
Satu lagi pernahkah anda melihat
seorang nenek tua, berjualan kacang, namun ternyata Ia sepi pengunjung. Ia
menahan dirinya untuk meminta-minta, dan mengisi sela-sela waktunya dengan
alunan Al-Qur’an?
Apa yang kan kita pikir? Mereka
menjijikkan? Mereka kotor? Mereka tak berpendidikan? Mereka tak berharta,
mereka ini.. mereka itu..?
Baik, mari sejenak kita
berpikir.. terkadang mata manusia memang hanya melihat secara objektif kala
itu. Memang benar, namun siapa yang menyangka kedudukan mereka akan jauh lebih
tinggi dan mulia dibandingkan kita? Mereka bisa saja lebih mudah bersabar dibanding
kita, lebih mudah mensyukuri sebutir nasi yang mereka dapatkan, lebih
menghargai setiap rupiah yang mereka usahakan?
Bandingkan dengan kita..
Manusia akan diuji dengan beragam
cobaan.. Perhatikan hikmah QS.Al-Kahfi. Manusia akan diuji dengan beberapa
arah..
Pertama, manusia akan diuji
dengan keyakinannya (iman), seberapa kuat dan tahannya ia pada Allah, sebagaimana
kuatnya keyakinan para pemuda Ashabul Kahfi yang berpasrah dari kejaran raja
yang dzalim kala itu.. Disini akan kita ambil hikmah, akan timbul titik remeh
manusia satu kepada manusia yang lainnya. Mereka akan beranggapan imannya lebih
sempurna dari yang lainnya, tak sadar ia terjangkiti virus takabbur. Iman kita belum
tentu menjamin kemuliaan kita di hadapan Allah. Hayati betul sudah benar atau
belum? Ini sangatlah sulit, sangat sulit..
Kedua, manusia akan diuji dengan
hartanya, sebagaimana kisah pemilik kebun yang kafir dan sombong. Ia menafikkan
karunia Tuhannya. Kemudian Allah membinasakan hartanya. Kita terlalu takabbur,
rizki yang sudah ada didepan kita sudah pasti menjadi milik kita, kata siapa? Jikalau
Allah tak menghendaki kita mau apa? Pernahkah anda makan, suapan sudah sampai tepat
di depan mulut kita, lalu terjatuh.. Itulah rizki yang belum ditakdirkan menjadi rizki kita. Kuasa Allah jauh diatas
segalanya. Sadarlah hal itu.. Kekayaan tak menjamin kemulian wajah kita di
hadapan Allah..
Ketiga, manusia akan diuji dengan
ilmunya, sebagaimana kisah Nabi Musa yang tidak bersabar atas hikmah yang akan
diajarkan Allah melalui Nabi Khidr. Nabi Khidr melubangi perahu, membunuh
seseorang, kemudian membetulkan dinding yang roboh. Tahukah apa hikmahnya?
Ketika nabi Khidr melubangi perahu, ia telah mengetahui bahwa akan ada perampok
yang akan merampas harta. Kedua, Nabi Khidr membunuh seseorang? Tahukah apa
hikmahnya? Ketika Nabi Khidr membunuh seseorang itu dikarenakan ia adalah
seorang kafir, dan Nabi Khidr khawatir pemuda tersebut akan memaksa orang
tuanya untuk murtad. Nabi Khidr menginginkan Allah akan menggantinya dengan
anak yang sholeh. Terakhir, Nabi Khidr membetulkan dinding yang roboh, apa
hikmahnya? Di dalam bangunan yang roboh itu tinggallah anak yang ditinggal mati
orang tuanya, dan Allah menginginkan anak tersebut mengeluarkan harta yang tersimpan yang
ditinggalkan oleh orang tuanya kelak jika mereka dewasa. Disini kita petik
hikmah pengetahuan juga dapat membinasakan jika kita meninggi, takabbur.
Kebanyakan manusia tertipu dengan ilmunya, apa yang mereka ketahui adalah lebih
sedikit dibandingkan apa yang mereka tidak tahu. Ilmu Allah sangat luas. Jangan
sampai jenjang pendidikan kita memang tinggi, S1, S2, bahkan S3 tapi menutup
diri kepada tanda kekuasaan Allah. Ilmu (dunia) tak akan menjamin kemuliaan
wajah kita di hadapan Allah jika penggunaannya salah.
Keempat, manusia akan diuji
dengan kedudukannya. Didalam QS.Al-Kahfi disebutkan bahwa Raja Zulkarnain
menggunakan kekuasaannya untuk melindungi penduduk dari serangan Ya’juj dan
Ma’juj, ia membuat pagar pembatas diantara bukit. Raja Zulkarnain mempergunakan
kekuasaannya di jalan Allah. Ingatkah kisah Fir’aun, ia beranggapan berkuasa
atas manusia, bisa mematikan dan menghidupkan. Ia tidak menggunakan tampuk
kekuasaannya di jalan Allah.
“Jangan pernah merasa
lebih baik dari orang lain sampai engkau mengetahui kedudukanmu di akhirat.”
Sebanyak apapun
hartamu, setinggi apapun ilmumu, dan seluas apapun kekuasaanmu
It’s so difficult,
but we must try..
“Whoever turns away
from the remembrance of the Most Merciful, We will appoint for him a devil as
his companion”
(QS.[43]:36)