Selasa, 19 Juli 2016

Ta’aruf Seumur Hidup


Bismillaahirrahmaanirrahiim..


Beberapa waktu lalu saya lihat di media sosial rata-rata teman-teman muda-mudi saya kompak posting mengenai ta’aruf dan menikah.. kadang sempat terpikir, “Apakah hal ini yang dirasakan muda-mudi usia 20 an ya?” tak sadar di berbagai pertemuan, obrolan-obrolan singkat menggiring pada argumentasi dari kelas ringan sampai berat terkait menikah..

Lucunya lagi, ada meme yang mengundang gelak tawa yang settingnya akhwat yang menyeret seorang ikhwan ke Kantor Urusan Agama (KUA), dengan berbagai macam setting nya menolak dinikahi,  ada yang cuma di PHP-in, ada yang belum kelar skripsi, ada yang belum bekerja, dan malah ada yang sudah menikah dan mau dijadikan yang kedua hehe..

Tak mau kalah, ada yang membuat meme tandingan ikhwan yang menyeret seorang akhwat ke KUA, dengan berbagai alasannya menolak dinikahi, ada yang belum bekerja, belum punya mobil, dan belum punya, belum punya lainnya.. Complete..

Obrolan singkat seputar menikah biasanya mengenai bagaimana kriteria calon ideal, pendidikan, fizikly (ala bahasa Malaysia gitu hehe), restu orang tua, keinginan setelah menikah, rencana pendidikan anak, hobby, ketrampilan, dll nya..

Baiklah.. saya ingin mengulas tulisan di Islampos (bersumber pada tulisan Salim A Fillah) oleh Eva Fatmah, mungkin saja anda tahu beliau ya? Menurut saya beliau ustadz faforit remaja hingga dewasa karena beliau aktif menulis (khususnya) tentang ta’aruf dan menikah.. tapi ndak cuma itu ya kawan, harus di garis bawahi lhoo hehehe..

Di tulisan tersebut diceritakan bahwa ada seorang  ikhwan yang ingin ta’aruf dengan akhwat, sebelumnya ikhwan tersebut telah mengetahui CV/biodata si akhwat. Akhwat tersebut bekerja di apotek sebagai asisten apoteker (AA) yang meracik obat di dalam. Ketika si ikhwan ingin melihat si akhwat, di setting sang ikhwan membeli obat di apotek, momennya sangat singkat karena si akhwatnya bekerja di belakang, dan hanya sebentar ke depan untuk mengantar obat racikannya. Itupun dengan wajah malu-malu (sepertinya dengan menunduk juga)..

“Lihatlah wanita yang akan kau nikahi itu, karena yang demikian lebih mungkin melanggengkan hubungan di antara kalian berdua.” (HR.An-Nasa’a/3235, At-Tirmidzi/1087)

Pertemuan awal belum berhasil, lalu dirancanglah untuk pertemuan kedua. Pertemuan kedua ini baru berhasil, karena meja ruang tamu tersebut terbuat dari kaca, beniiiing sekali..

Dibrondongilah si akhwat itu dengan berbagai pertanyaan, “Visi misi pernikahan menurut Anda?”, “Bagaimana konsep pendidikan anak yang tepat?”, “Apa pandangan Anda tentang istri yang berkarir?”, “Seperti apa proyeksi nafkah nantinya?”, “Bagaimana pendapat Anda tentang homeschooling?”, “Rencana tempat tinggal dan penataannya?” seperti ujian pendadaran hehe..

Yang mengagetkan di tulisan tersebut adalah pengakuan dari akhwat tersebut..

“Maaf, saya tidak bisa masak.”

Si pemuda bergumam dalam hati, “Ya Allah aku kemarin minta yang shalihah dan menshalihkan. Mengingati Ibunda ‘Aisyah, rupanya pandai memasak belum termasuk di situ. Ya Allah apakah Kau menguji kesungguhan kriteriaku?” Lalu dia kuatkan hati, “Tidak apa Ukhti. Di kota ini banyak rumah makan. Murah-murah lagi.”

“Saya juga tidak terbiasa mencuci.”

“Alamak”, batin hati si pemuda. Tapi mengingat hal yang sama, dia berkata lagi, “Tidak apa Ukhti. Di kota ini banyak laundry. Kiloan lagi.”

“Saya bukan mencari tukang masak dan tukang cuci. Melainkan seorang istri. Kalau diperkenankan, saya akan segera menghadap pada Ayah Anda.” Maka hari itu, tanggal lamaran pun ditetapkan pada enam hari kemudian, tepatnya 18 Juli.

Begitu percakan di tulisan tersebut..

Dan ditulisan itu ada pertanyaan yang sangat menarik untuk saya yaitu “Bagaimana ta’aruf yang hakiki?” ternyata jawabannya seperti ini kawan..

Ta’aruf itu seumur hidup. Sebab manusia adalah makhluk penuh dinamika. Dia sedetik lalu takkan persis serupa dengan kini adanya. Ta’aruf itu seumur hidup. Sebab kenal sejati adalah saat bergandengtangan dalam surgaNya.

Dua belas tahun berta’aruf, pemuda itu masih terus belajar mengenal istrinya. Dan selalu ada kejutan ketika prasangka baik dikedepankan. Misalnya, si dia yang mengaku tak bisa memasak itu, pada HUT RI ke-60 setahun kemudian, menjadi juara lomba masak Agustusan. Tingkat RT. Lumayan bukan?

Kisah romantis teman saya yang tak kalah menginspirasi yaitu ketika sang suami berkata pada istrinya, “Mengapa Allah tampakkan kekuranganmu dihadapanku?” sang istri mulai bersedih, ia khawatir jika suaminya tidak menyukainya lagi..

Dan apakah jawaban sang suami? “Jangan bersedih, Allah menampakkan kekuranganmu di hadapanku, dan menampakkan kekuranganku di hadapanmu, bukan karena aku kecewa terhadapmu, supaya apa? Supaya kita tahu bahwa hanyalah Allah Yang Maha Sempurna, supaya kita hanya cinta pada-Nya, dan kita dipersatukan karena cinta kita kepada Allah..” 

Sang istri kemudian memeluk erat suaminya dengan air mata bahagia..

Satu lagi, gombal manis nan romantis Siti Fatimah kepada Ali bin Abi Thalib..

“Maafkan aku jika sebelum menikah denganmu, aku telah jatuh cinta kepada seorang pemuda.”

(Ali mulai bersedih mendengar pernyataan itu)

“Lalu mengapa kau mau menikahiku?”

“Tahukah kau, pemuda itu adalah engkau..”


Eaaaaa.. pasti guling-guling bahagia...Rayakan cinta dengan yang halal.. semoga bermanfaat.. J

Sendiri


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."

(QS.Al-Bayyinah:5)

Pernah saya membaca nasihat yang menarik tentang ikhlas dan sabar, seperti ini "bukan ikhlas jika masih ada rasa sakit, dan bukan sabar jika ada batasnya." Nasihat itu seketika membuat diri terhempas.. jauh.. mana ada orang yang ikhlas, coba anda ditendang, dipukul, dikeroyok beramai-ramai? Apakah anda akan membalasnya? Maybe yes, maybe no. Pernah juga anda memberikan sesuatu kepada orang lain, apakah yang anda harapkan? ingin didengar? dilihat? atau disanjung? Maybe yes, maybe no. Semua tergantung hati manusia.

"Hati ibarat raja, sedangkan anggota badan adalah pasukannya. Apabila baik rajanya maka baik pula pasukannya, apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya."

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” HR.Bukhori

Itulah hati.. Unik bukan?

Namun perlu kita ingat kawan, iman kita kadang naik, kadang turun. Kadang ingat, kadang alpha. Jika suatu saat timbul rasa aneh didalam hati, membuat gelisah, membuat takut, membuat khawatir, membuat kotor. Itulah indikasi hati kita mulai aneh pada Allah juga. Saya pun tidak memungkiri pernah mengalami hal tersebut. Tersiksa? Jangan tanya.. pasti iya!

Dosa adalah candu. Canduu yang ingin diulang terus-menerus, lagi dan lagi, tak pernah kenyang.. dan itu harus diakhiri, dan prosesnya sangatlah sulit, sangat sulit. Ibarat merehabilitasi korban NAPZA, perlu waktu dan tenaga yang kuat. Tekad yang kuat dari pelakunya.

Namun ingatlah..

Ketika kau sedang sendiri, sedang sakit, ada masalah, dalam situasi genting sekali..
Orang terdekatmu pun tak ada, sahabat karib, dosen, boss, atau orang yang selalu menari-nari dibenakmu ketika kau telah tumbuh dewasa..

Apakah mereka bersamamu?

Coba pikir.. Siapa yang ada? Adakah orang yang kau harapkan pujiannya ketika kau beri sesuatu yang akan datang merawatmu? Apakah mereka yang tertawa riang bersamamu ketika berkumpul? Ataukah mereka yang selalu kau ceritakan pada setiap orang dengan bangganya?

Saat kau sendiri.. tahukah kau? Kau hanya bersama Allah mu kawan, dzat yang sering kita lupakan di kala kita kejatuhan nikmat, dzat yang sangat romantis denganmu, ya.. Ia ingin bersamamu, berdua saja, tak ada yang mengganggu. Kau bisa tumpahkan seluruh air matamu, segala peluhmu, segala deritamu.

Betapa romantisnya Ia, Ia tuliskan asmanya yang indah di tanganmu, mata untuk melihat indahnya cinta-Nya, telinga untuk mendengar bait-bait nama-Nya, mulut manis mengucap asma-Nya..
Saat kau sendiri, saat kau bersama-Nya, kau akan tahu posisimu di hadapan-Nya, begitu hina, begitu banyak bintik-bintik noda bertambah di relung hatimu..

Saat itu, terasa sekali mengapa kita duakan Ia dengan suatu yang lain. Amat menyakitkan, amat tak adil, bagaimana tidak? Dikala teman yang kita harapkan hadirnya, namun hanya ada Ia saja. Ketika kita hujan nikmat kita meninggalkannya. Belum lagi penyakit hati yang sangat bermacam-macam menduakan keesaan-Nya. Apakah Ia meninggalkan kita? tidak bukan? tangan-Nya terbuka lebar, menerima kita, mengampuni kita, memeluk kita dalam kasih sayang-Nya, memberi kita rahmat, hikmah yang sangat indah dari masalah kita. Bukankah kita mendapatkan yang berlapis-lapis? Iya..

Saat kita mengeluh dan mengeluh, saat itu kita belum bisa membaca rencana-Nya, saat kita dapat menerima ketentuan-Nya, kita bahkan bisa tersenyum-senyum sendiri seperti anak kecil yang mendapat permen karena rencana-Nya buat kita yang sangaaaat indah dan spesial.. Pernah seperti itu? hehe

Ia hanya ingin hatimu untuk-Nya, dalam QS.Al-Kahfi:110

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan denganTuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."


Aku dan kamu bisa kawan.. semoga bermanfaat