Assalaamu'alaykum..
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Kali ini saya akan menuliskan tips jitu temen-temen yang ga mau pacaran, wasiat dari Ustad Khalid Zeed Abdullah Basalamah (moga masih ada stok yang beginian ya wkwk, #ngarep maksimal ya mbak? ga papa ya adek-adekku :P) tapi InsyaAllah masih bisa mendapatkan pasangan idaman yang diridhoi Allah.. sebenernya tulisan ini juga pengalaman pribadi saya karena mak saya juga meragukan konsep ini.. ga papa lah yaa, maklum.. orang tua mana sih yang ingin anaknya dapet soulmate yang salah.. ceeileehh.. sekalian sebagai reminder kalo someday saya sendiri lupa gimana caranya.. :D
Let's check it out
Bagaimana caranya kalau orang tidak pacaran? Ada rahasianya :D
Ada tiga point besar didalam hukum fiqih kita tanpa pacaran bisa menikah, bisa tau dia (si do'i) tanpa perlu buka pakaiannya (kalo lagi nyari suamik; "vulgar amat yaak.."), atau mau buka hijabnya (kalo lagi nyari istri) wkwk.. ga perlu cek dulu, pacaran setahun, (duh lamaaak), itu sudah hukum syar'i, Allah dah turunkan dari langit..
Ada tiga yang mendasar.. boleh ibu-ibu atau bapak-bapak buat putra-putrinya yang tersayyang dicoba-dicoba :D (mak aye wajib tauu nuihhh ; bicara sama tembok dulu, saring pelan-pelan hehe)
Jreng-jreeeng
Pertama, lihatlah yang menarik dari calon pasangan kita, dan tolok ukurnya wajah dan telapak tangan saja. Wanita kalo di nadzor (dilihat) itu wajah dan telapak tangan. Kata ulama fiqih, wajah itu memberikan simbol dari kepala sampai ke perutnya, dan telapak tangan memberikan simbol dari kemaluan hingga ke kakinya. Itu sudah rahasia umum dikalangan para ulama'.
Kata Rasulullah, lihatlah sesuatu yang menarik dari calon pasanganmu, Dan Nabi Muhammad membolehkan melihat wajah dan telapak tangan. Itu tolok ukurnya aja. Artinya itu aja yang sering keliatan. Telapak tangan itu punggung telapak tangan ya maksudnya, bukan bagian dalamnya. Tentu ini relatif.. jadi kita bisa melihat, "Oh saya suka alisnya, matanya, hidungnya.." itu bebas, tapi sebatas wajah.. sebagai simbolik badan.. (tapi juga jangan kegenitan ya, ya jaga imej dikit lah, biar elegan :P)
Kedua, mengenali keluarganya. Caranya adalah, keluarga ayah dia itu akan mewariskan fisik kepada anak keturunan kita nanti. Keluarga ayah yaa.. jadi kalau keluarga ayah tinggi besar, maka akan begitu keturunan kita.. ini secara global.. memang tidak semua, tapi inilah kebanyakan.. Ini sudah dipraktikkan, dan bukan karangan, sebuah hukum..
Kemudian keluarganya, diambil dari Hadits Bukhari, ada kasus sahabat, kulitnya putih, istrinya putih, menikah, kemudian hamil, istrinya melahirkan anaknya kulitnya hitam kelam. Si suami spontan bilang, kalau gelap sedikit masih mungkin, tapi ini kasus suaminya putih, istrinya putih, tapi ini hitam kelam.. "Kamu selingkuh.." kata si suami (jleeep banget ya kalo aku istrinya), ga mungkin kamu putih saya putih jadi seperti ini..
Si istri mengatakan, "Demi Allah tidak ada yang menyentuh saya kecuali kamu." Ributlah kedua orang ini sehingga sampai kepada Nabi Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam..
Ketika ada masalah ini, maka turunlah wahyu, "Kamu punya kakek hitam seperti ini tidak?" kata Rasulullah.
"Ada, dan masih hidup orangnya." kata si suami.
"Ini keturunannya itu (si kakek)." kata Rasulullah.
Artinya apa? sering kita bertemu wajah ayah dan anak, atau ibu dengan anak tidak mirip kan ya? Ternyata ini dari kakek-kakeknya. Dari pihak ayah dari ibu atau ayahnya. Ini hukum syar'i, Allah memberikan kita gambaran seperti itu.
Kalau karakter, umumnya diwariskan dari keluarga ibu. Saya mau menikah dengan seseorang, gimana saya tahu sifat-sifat umumnya, maka lebih cenderung dilihat dari keluarga ibunya. Oh umumnya ibunya itu dosen, guru-guru, pedagang, oh keluarga baik-baik, itu sudah umum, Umumnya.. jangan bicara substansialnya (sebagian)..
Ketiga, lihatlah lingkungannya, dia kuliah dimana, kerja dimana, bisa ditanya, "Hobi kamu apa?", "Kalo weekend kemana?"oh biasanya saya ke karaoke, saya biasa ke bar, saya biasa ke pantai bersama teman-teman saya, saya hobi naik gunung, saya ini.. dari situ sudah bisa ditangkap lingkungannya..
Oh saya kalo weekend ta'lim, pengajian disana, kalo adzan saya shalat disini, kan gitu.. lingkungan membentuk.. siapa yang mengatakan? Ini dari Nabi Muhammad, "Seseorang sesuai dengan agama temannya." dimana lingkungannya dia.. boleh sebelum menikah kita bertanya, "Kamu kerjanya dimana? di bidang apa?.. "Oh saya renternir, saya pemilik hotel disana terkenal sebagai tempat perzinahan.." itu bisa jadi tolok ukur.. Ini sebagai hal yang mesti kita fahami..
Oke cukup sekian sharing-sharingnya, semoga bermanfaat untuk yang sedang mencari-cari, dan menjadi pertimbangan bagi kita untuk menentukan langkah selanjutnya..
Do'akan saya menikah tahun ini yaa, semoga temen-temen juga, ntar kondangan bareng yaak wkwk
See you on the next edition :D :D :D
Say Alhamdulillaah :D