Jumat, 10 Februari 2017

Rapor Akhirat..


Akan datang hari, mulut dikunci, kata tak ada lagi..
Akan tiba masa, tak ada suara, dari mulut kita..
Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya..
Berkata kaki kita, kemana saja dia melangkahnya?
Tidak tahu kita, bila harinya, tanggung jawab tiba..

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Anda tahu apakah yang ditunggu-tunggu anak sekolah ataupun mahasiswa dalam sekolah mereka? Seusai melaksanakan ujian sekolah, ataupun ujian mata kuliah, mereka pasti tidak sabar menunggu hasil ujiannya. Mereka akan sibuk menanyakan satu sama lain. “Berapa nilaimu hai Fulan?”; “Berapa IPK mu hai Fulanah?” Pertanyaan tersebut tak jarang terdengar menjelang kenaikan kelas ataupun peralihan semester. Ada yang bahagia, begitu pula sebaliknya.

Allah adalah pendidik, Dia memberikan ujian kepada hamba-hamba-Nya. Ujian hidup yang diberikan memang berliku, lahir ataupun batin. Ujian lahir seperti sakit, kecelakaan, ketidaksempurnaan fisik, dan lainnya. Ujian batin pun tidak kalah sulitnya seperti terjangkiti virus sum’ah, ujub, riya’, hasad. Disanalah peran syaitan menggoncang keimanan anak Adam. Jangankan kita, ulama yang telah mencapai keilmuan di atas kita juga begitu takut dengan ini. Sangat jelinya syaitan menggoda manusia dari arah manapun, dari lini manapun. Godaannya seperti buluh yang samar, hampir tak terdeteksi oleh hati.

Kesabaran adalah modal di dalam menjalani kehidupan. Tidak semua orang dapat bersabar, ini memang bukan perkara yang mudah. Bukan sabar jika ada batasnya, dan bukan ikhlas jika masih ada rasa sakit. Nasihat ini begitu indah, namun memerlukan effort yang powerful. Jatuh, sakit, perih, ancaman, air mata, underestimate, sampai prestasi ataupun pujian sekalipun. Semua adalah ujian. Ingatlah, kita tidak akan dikatakan beriman sebelum kita diuji.

Nah, setelah mengalami badai kehidupan dengan modal kesabaran, apakah yang kita tunggu-tunggu? Seperti kisah anak sekolah yang sebelumnya kita bahas, mereka menunggu rapor nilai ujian sekolahnya. Sama seperti kita, sebagai hamba Allah kita juga menunggu ‘rapor akhirat’ dari Sang Penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjelang penerimaan rapor sekolah, pasti mengalami debar-debar, “Naik atau tidak?”; “Lulus atau tidak?” Rapor akhirat memberikan pukulan yang istilahnya “lebih menonjok.” Tak tanggung-tanggung lagi, ini adalah penentuan surga atau neraka! Mengerikan, memberatkan!

Akankah kita berlari lagi menuju dunia? Itu tidak mungkin!

Kemana lagi kita bersembunyi? Tak ada tempat lagi!

Saat ini dunia memang nyata, sedangkan akhirat masih bayangan. Namun, setelah maut mendatangi setiap jiwa, dunia hanya kenangan sedangkan akhirat adalah kenyataan yang harus kita hadapi adanya. Sangat gembira jika kita lulus ujian. Kesuksesan yang kita dapat di dalam rapor akhirat membawa kita kepada kebahagiaan yang hakiki untuk bertemu Allah, Rasul-rasulnya, ulama-ulama yang kita rindukan dan ingini untuk meneladani keshalihannya. In syaa Allah.. bersabar, beramal, dan jangan lupa beriman, bertaqwa, serta tawakkal, karena kita akan menerima rapor akhirat kita sebantar lagi..

Inginkan surga ataukah neraka? Diri kitalah yang menentukannya. Penyesalan manusia yang tenggelam dalam kehidupan duniawi di hari kiamat tercantum di dalam QS.Al-Fajr 23-24 “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka  Jahannam, pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.

Sedangkan penghargaan Allah terhadap manusia yang imannya sempurna tercantum di surat ini juga, tercantum di ayat 27-30, “Hai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Jadi, apakah pilihanmu?