Akan datang hari, mulut dikunci,
kata tak ada lagi..
Akan tiba masa, tak ada suara,
dari mulut kita..
Berkata tangan kita, tentang apa
yang dilakukannya..
Berkata kaki kita, kemana saja
dia melangkahnya?
Tidak tahu kita, bila harinya,
tanggung jawab tiba..
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Anda tahu apakah yang ditunggu-tunggu anak sekolah ataupun
mahasiswa dalam sekolah mereka? Seusai melaksanakan ujian sekolah, ataupun
ujian mata kuliah, mereka pasti tidak sabar menunggu hasil ujiannya. Mereka
akan sibuk menanyakan satu sama lain. “Berapa
nilaimu hai Fulan?”; “Berapa IPK mu
hai Fulanah?” Pertanyaan tersebut tak jarang terdengar menjelang kenaikan
kelas ataupun peralihan semester. Ada yang bahagia, begitu pula sebaliknya.
Allah adalah pendidik, Dia memberikan ujian kepada
hamba-hamba-Nya. Ujian hidup yang diberikan memang berliku, lahir ataupun
batin. Ujian lahir seperti sakit, kecelakaan, ketidaksempurnaan fisik, dan
lainnya. Ujian batin pun tidak kalah sulitnya seperti terjangkiti virus sum’ah,
ujub, riya’, hasad. Disanalah peran syaitan menggoncang keimanan anak Adam.
Jangankan kita, ulama yang telah mencapai keilmuan di atas kita juga begitu
takut dengan ini. Sangat jelinya syaitan menggoda manusia dari arah manapun,
dari lini manapun. Godaannya seperti buluh yang samar, hampir tak terdeteksi oleh
hati.
Kesabaran adalah modal di dalam menjalani kehidupan. Tidak
semua orang dapat bersabar, ini memang bukan perkara yang mudah. Bukan sabar jika ada batasnya, dan bukan
ikhlas jika masih ada rasa sakit. Nasihat ini begitu indah, namun
memerlukan effort yang powerful. Jatuh, sakit, perih, ancaman,
air mata, underestimate, sampai
prestasi ataupun pujian sekalipun. Semua adalah ujian. Ingatlah, kita tidak
akan dikatakan beriman sebelum kita diuji.
Nah, setelah mengalami badai kehidupan dengan modal
kesabaran, apakah yang kita tunggu-tunggu? Seperti kisah anak sekolah yang
sebelumnya kita bahas, mereka menunggu rapor nilai ujian sekolahnya. Sama
seperti kita, sebagai hamba Allah kita juga menunggu ‘rapor akhirat’ dari Sang
Penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjelang penerimaan rapor
sekolah, pasti mengalami debar-debar, “Naik
atau tidak?”; “Lulus atau tidak?”
Rapor akhirat memberikan pukulan yang istilahnya “lebih menonjok.” Tak
tanggung-tanggung lagi, ini adalah penentuan surga atau neraka! Mengerikan,
memberatkan!
Akankah kita berlari lagi menuju dunia? Itu tidak mungkin!
Kemana lagi kita bersembunyi? Tak ada tempat lagi!
Saat ini dunia memang nyata, sedangkan akhirat masih
bayangan. Namun, setelah maut mendatangi setiap jiwa, dunia hanya kenangan
sedangkan akhirat adalah kenyataan yang harus kita hadapi adanya. Sangat
gembira jika kita lulus ujian. Kesuksesan yang kita dapat di dalam rapor
akhirat membawa kita kepada kebahagiaan yang hakiki untuk bertemu Allah,
Rasul-rasulnya, ulama-ulama yang kita rindukan dan ingini untuk meneladani
keshalihannya. In syaa Allah.. bersabar, beramal, dan jangan lupa beriman,
bertaqwa, serta tawakkal, karena kita akan menerima rapor akhirat kita sebantar
lagi..
Inginkan surga ataukah neraka? Diri kitalah yang
menentukannya. Penyesalan manusia yang tenggelam dalam kehidupan duniawi di
hari kiamat tercantum di dalam QS.Al-Fajr 23-24 “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka
Jahannam, pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi
baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku
mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”
Sedangkan penghargaan Allah terhadap manusia yang imannya
sempurna tercantum di surat ini juga, tercantum di ayat 27-30, “Hai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Jadi, apakah pilihanmu?