Bismillaahirrahmaanirrahiim..
“Katakanlah
(Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Sesungguhnya Allah telah memilih Adam,
Nuh, keluarga Ibrahim dan Keluarga ‘Imran melebihi segala umat (pada masa
masing-masing), (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari
sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS.Ali ‘Imran:32-34).
Islam
mewajibkan keluarga kita menjadi keluarga teladan. Sebuah keluarga yang sukses
(dunia-akhirat) harus diiringi akhlak yang bagus. Anak bisa durhaka karena didikan keluarganya.
Apa yang telah dilakukan Nabi Ibrahim dan Ismail adalah kisah teladan. Seorang
ayah menuntun anaknya untuk berbuat baik, termasuk peran serta dalam membangun
Ka’bah. Melakukan kebaikan bukan hanya mengajak, namun dengan langsung menuntun.
Di dalam Al-Qur’an telah menunjukkan perintah untuk saling melihara diri dan
keluarga dari siksa neraka.
Ada seorang ayah datang
ke Umar, mengeluh tentang anaknya yang durhaka. Kemudian sang anak dipanggil
oleh Umar bin Khaththab.
Sang anak kemudian
menanyakan kepada Amirul Mu’minin, “Apakah ada hak anak terhadap bapaknya? “Ya,
ada. Pertama adalah mempunyai ibu yang baik (sholekha). Kedua, memberi nama
yang baik. Ketiga, memberikan ajaran Al-Qur’an.” Jawab Umar. Sang anak
menjawab, “Dari ketiga perbuatan itu, ayahku tak satupun melakukannya.” Umar
mengatakan bahwa sang bapak menceritakan anakmu durhaka, namun dia sendiri yang
durhaka.
Anak
diibaratkan sebuah kanvas. Orang tuanya adalah pelukis. Mau dilukis seperti
apa, maka lukisan itu tidak akan hilang. Tokoh Lukman Al-Hakim adalah salah
satu tokoh yang diabadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an. Ia bukan seorang nabi,
tapi apakah keistimewaannya? Keistimewaannya adalah kehandalannya dalam
mendidik anaknya. Tanamkan Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
apapun. Syukur kepada Allah tidak akan sempurna jika tidak bersyukur pada orang
tua. Nabi bermimpi di surga, beliau mendengar suara mengaji, Siapa dia?. Inilah
Haritsah bin Nu’man. Ketika ia hendak meninggalkan rumah, ia selalu menyambangi
ibunya. Ibu titip apa? Beliau selalu mengurusi ibunya. Pernahkah kita makan,
namun kita menyempatkan untuk membungkuskan orang tua kita? Mobil yang mewah
juga dapat membawa ke neraka, disebabkan karena sang anak mengendarai mobil,
namun sang ibu dengan peluh berjalan kaki. Uwais Al-Qarni juga salah satu tokoh
yang menghormati ibunya.
Airmata
ibu dan peluh ayah adalah kesuksesan kita.
Pahala sedekah dapat dihadiahkan pada orang tua yang sudah meninggal.
Perintahkan keluargamu untuk sholat dan sabarlah dengan sholat itu. Jaga sholat
kita. In syaa Allah kita akan menciptakan generasi Qur’ani.
Langit
yang Allah pancangkan sangat kokoh. Tegaklah keseimbangan itu. Alam semesta akan
tegak, karena sistem keadilan juga tegak. Rumah tangga akan kokoh jika rumah
tangga adil. Negeri juga akan kokoh jika
keadilan selalu dijunjung. Awal kehancuran jika kedzaliman merajalela.
Bagaimana
seorang ayah dan ibu adil pada anaknya? Kita harus paham makna adil. Adil
artinya mengikuti aturan. Kalau solat subuh dua rekaat, maka solatlah dua
rekaat saja. Jangan ditambah meski niat kita baik. Misal adil pada warisan.
Bukan karena kita sayang, maka warisan ditambah, karena buruk maka warisan dikurangi.
Itu tidak adil. Banyak orang yang tidak ikut aturan Allah. Banyak dibagi rata
dengan alasan kesepakatan. Padahal laki-laki mendapat dua kali lipat dari hak
dari perempuan. Meskipun sudah sepakat, berarti sepakat melanggar ajaran allah.
Adil bukan berarti sama, tapi sesuai ukuran. Jangan sampai orang tua membuat
anak membenci karena ketidakadilan. Ini bahaya, akan timbul iri dan dengki.
Membangun
keseimbangan anak jangn hanya mengajari jasmani saja, namun juga rohani. Jangan
hanya sibuk dengan pelajaran matematika saja, namun melalaikan Al-qur’an.
Bersikap sama dalam bermuamalah. Ingat kedzaliman pada Nabi Yusuf karena
saudara-saudara beranggapan ayah mereka lebih mencintai nabi Yusuf.
Keluarga
teladan karena pendidikan yang baik. Dalam bahasa arab pendidikan adalah at-tarbiyah.
“Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin (QS.Al-Fatihah:2). Rabb satu kata dengan tarbiyah
yang artinya pendidik. Allah merupakan pendidik. Allah menjadikan anak sebagai
ujian, Dan kalau kita diuji berarti kita diminta untuk lakukan yang terbaik.
Orang-orang salah paham, jika belajar di luar negeri akan lebih baik. Itu
memang benar, namun tidak sepenuhnya benar. Ada yang kembali ke tanah air sudah
rusak, karena tidak belajar iman. Berhasil di dalam dunia itu kesalahpahaman.
Kesuksesan yang hakiki adalah di akhirat. Pendidikan terbaik artinya memberi
pemahaman yang baik kepada anak yaitu sebagai hamba allah dan sebagai penolong
Allah.
Mendidik
anak memiliki banyak cara. Misal, perbanyaklah bermusyawarah dengan anak. Anak
akan merasa diikutsertakan dalam pemecahan masalah sehingga anak menjadi dewasa.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail beliau meminta pendapat Nabi
Ismail tentang mimpi dari Allah tersebut. Berdoa agar dikaruniai keluarga yang
baik Rabbana hablana min azwajina wa
dhurriyatina qurrata a’yun, wajalna lil muttaqina imama. Selanjutnya memanggil
dengan sebutan yang berkarakter. Nabi Muhammad memanggil Umar dengan sebutan
Al-Faruq yang artinya pembeda (yang baik dan buruk).
Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang mampu mengenalkan anak kepada rabbnya. Pada
zaman jahiliyah, anak perempuan dibunuh karena ia tidak bisa diajak untuk berperang.
Perempuan dianugerahi perasaan yang lebih daripada laki-laki. Perempuan harus
siap haid, hamil, nifas, menyusui. Kalau perempuan dikaruniai lebih banyak akal,
maka akan susah. Ia harus siap menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya
kelak. Perempuan yang baik di dalam Al-Qur’an dicontohkan dengan kisah Maryam
Puteri Imran. QS. At-Tahrim 12 menyatakan, “Dan Maryam putrid ‘Imran yang
memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh
(ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan
kitab-kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang taat.”