Minggu, 30 Agustus 2015

BENTUKLAH PERSONAL BRANDINGMU !

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
    Beberapa waktu lalu China mendevaluasi mata uang Yuan untuk menyelamatkan perekonomiannya dari ancaman krisis. Bagaimana tidak, disaat kurs dollar yang kian menguat, agar produk yang dihasilkan tetap laku dipasaran dapat masuk dan mampu bersaing dengan produk dari negara lain. Sebenarnya keadaan ini tak diinginkan karena jika pihak China memiliki hutang dalam bentuk dollar maka pengembaliannya akan jauh lebih besar dari hutang yang sebelumnya. Namun, agar pada neraca transaksi berjalan tidak mengalami defisit, maka ekspor harus jauh lebih besar. Ekspor agar bisa tetap tumbuh, salah satunya dengan kebijakan devaluasi mata uang Yuan oleh pemerintah China tadi.
        Kehidupan yang kita jalani tentunya pernah mengalami krisis seperti sebuah negara tadi. Untuk tetap hidup terkadang kita melakukan perubahan tergantung masalah yang kita alami. Memang tidak mudah hal itu dilakukan, tapi ingatlah bongkahan es raksasa yang terletak di tengah lautan. Jika kita melihat dari kejauhan, maka yang nampak adalah gunung es yang menjulang tinggi ke permukaan, sungguh indah! Namun apakah kita pernah berpikir apa yang ada di balik itu semua? di balik itu semua ada bongkahan es raksasa yang besarnya puluhan bahkan ratusan kali lipat dari bongkahan es yang indah di permukaan tadi.
          Hidup kita sama halnya dengan bongkahan gunung es di lautan. Untuk mencapai keberhasilan dalam hidup maka kita perlu keluar dari zona nyaman kita, terus berusaha, berdoa, untuk menampilkan gunung es yang begitu mempesona. Namun, untuk mencapai kehidupan yang baik kita harus merasakan perihnya perjuangan, rasa terpuruk, gagal, sakit, air mata, daya upaya, kesulitan, adaptasi, belajar, bangkit. Itu semua tidak mudah, tapi jika ada kemauan yang kuat pasti kita bisa melewati ini semua. Teringat kisah seorang pembicara dalam materi Personal Branding oleh eks CEO Schlumberger dalam meraih kesuksesannya. Ketika ia mengikuti penerimaan calon karyawan, ia ditantang oleh perusahaan, ia harus bisa hidup ketika ia ditempatkan di Inggris padahal ia tak bisa berbahasa Inggris.
         Bermula dari naik pesawat, ia baru pertama kali menaiki kendaraan ini. Beliau tidak tahu bagaimana alur menaiki pesawat terbang, ia ingin bertanya tapi bingung bahasa inggrisnya. Ia tetap pede saja, ia mengikuti langkah orang-orang disekitarnya. Benar saja, ia bisa duduk manis di pesawat terbang. Masalah tak berhenti sampai disitu saja. Sepanjang perjalanan ia memikirkan cara bagaimana ia bisa sampai di alamat yang ia tuju di negeri Britania Raya ini. Ia mempersiapkan pertanyaan untuk membantunya di sana. Setelah mendarat di bandara setempat, dengan bahasa inggris seadanya ia memulai aksinya. Meski harus naik-turun kereta api sampai empat kali, namun ia berhasil sampai ke tempat tinggalnya. Sekarang ia menguasai bahasa inggris dengan lancar, dan ketika dia ditugaskan ke beberapa negara seperti Jepang, Thailand, ia jauh lebih pede.
         Terkadang, kita harus keluar dari zona nyaman. Hidup adalah tantangan. Kita tidak bisa berenang, maka belajarlah, maka kita akan berhasil. Kita tidak bisa menulis kaligrafi, belajarlah, maka kita akan berhasil. Diri kita harus kita paksa, lewati kehidupan yang terjal ini. Diri kita dan karakter kita sudah menjadi satu paket dan membentuk personal branding, siapakah kita yang sebenarnya! Bentuklah kisah kita dari sekarang, apakah kita hendak menjadi ekonom, psikolog, advokat, dokter, atau yang lainnya. Jadilah seseorang yang memiliki karakteristik dari lainnya. Jika ingin menjadi ekonom, jadilah seorang ekonom yang memiliki daya analisa yang kuat, mempunyai rekomendasi untuk memperbaiki perekonomian negara, serta didukung dengan softskill lainnya seperti kemampuan leadership yang baik, kemampuan menggunakan alat analisa, serta didukung dengan kemampuan bahasa asing lainnya agar kita menjadi pribadi yang memiliki branding sesuai dengan passion kita masing-masing.
Semoga Allah selalu membantu.. Aamiin..

Kamis, 27 Agustus 2015

NIKAH DULU VS MAPAN DULU?

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
       Yang namanya hidup, jangan memakai rasio manusia. Selama kita bertakwa pada Allah maka kita akan diberikan kecukupan oleh Allah. Begitupula dengan nikah. Tak ada kewajiban nikah itu harus mapan, yang penting nikah untuk meraih ridha Allah. Allah akan memberikan rizki dari arah yang tak disaangka-sangka. Seperti firman Allah dalam QS.Huud:6 :
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)."
      Mapan memiliki banyak definisi yang relatif. Ada yang mengatakan mapan itu jika telah memiliki penghasilan 10 juta sebulan, punya mobil, rumah, motor, deposito, dsb. Memang tidak salah semua itu. Namun di dalam Islam mengajarkan bahwa jika seorang pria shalih mendatangi wali seorang perempuan, maka terimalah. Suatu saat Nabi Sulaiman ditanya oleh Allah hendak memilih diberi harta, tahta, atau ilmu. Maka Nabi Sulaiman lebih memilih diberikan ilmu, karena dengan ilmu akan lebih mudah untuk mendapatkan harta dan ilmu dapat menjaga semua itu.
          Suatu ketika ada orang yang menginginkan menikah jika sudah memiliki rumah, mobil. Kita misalkan saja harga rumah Rp 250 juta, harga mobil adalah Rp.150 juta, dengan penghasilan kita misalkan Rp 4 juta per bulan. Dengan demikian kita baru akan menikah setelah 100 bulan bekerja atau dengan kata lain 8 tahun tahun bekerja. Itupun dengan asumsi kita tidak makan, tidak sewa kos, tidak memberikan nafkah pada keluarga. Allah telah menjanjikan rizki bagi orang yang menikah jika ada satu orang yang memiliki satu rizki namun ia ingin menikah karena Allah, maka Allah akan memberikan rizki untuk dua orang (dirinya dan si istri). Jika ia memiliki anak, maka Allah akan memberikan rizkinya untuk tiga orang (dirinya, istri, dan anak).


         Nikah tak sekedar nikah. Pilihlah calon suami karena kita yakin bahwa surga akan mampu kita raih bersamanya. Memang terkadang kita tidak mudah untuk memutuskan ini semua. Bisa saja timbul ketidakcocokan antara pihak yang akan menikah meskipun ia merupakan orang shalih. Ada juga perbedaan pendapat antara orang tua yang menginginkan anaknya mendapat pribadi yang kaya daripada pria yang shalih, begitu pula sebaliknya. Namun, kita harus kembali kepada Allah untuk memutuskan semua itu. Kita memang memiliki rencana yang mungkin menurut kita sempurna, namun kita perlu mengingat ada Allah yang menguasai segalanya. Bisa saja Allah memiliki rencana lain yang awalnya menyakitkan untuk kita namun akan manis diakhirnya.
        Kesimpulannya nikah tak harus menunggu mapan dulu. Dengan menikah, Allah akan memberikan rizki yang tak disangka-sangka, sehingga kita mampu melakukan banyak kebaikan dengan rizki itu. Bukankah akan lebih manis jika kita meraih kesuksesan dengan pasangan dari nol bukan? Wallahu a'lam..

         

Sabtu, 22 Agustus 2015

INDONESIA, KEMBALILAH PADA ISLAM UNTUK BALDATUN THAYYIBATUN

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
      Akhir-akhir ini situasi Indonesia terguncang semakin kuat. Berbagai problematika terjadi silih berganti, krisis kepemimpinan, keguncangan perekonomian  ditengah instabilitas politik, ketidakseimbangan pasar, ambruknya rupiah, korupsi, apatis pada negara, dan masih banyak lagi. Sebenarnya apakah yang menyebabkan ini semua terjadi? Bukankah keinginan Indonesia adalah menjadi negeri yang baldatun thayyibatun seperti konsep Islam? Ya, memang Indonesia bukan negara Islam. Itu yang selalu digaungkan ketika terjadi problematika bangsa ini yang yang lebih memperhatikan kesatuan dan kesatuan banga. Itu tidak salah. Tapi, ingatlah wahai Indonesia, sekarang ini belum ada pemecahan untuk mengatasi masalah negara yang sangat krusial. Kiblatmu bukan Islam, tapi Amerika Serikat, dan negara-negara maju lainnya. Hal ini akan menyebabkan kemudharatan pada Indonesia sendiri seperti inflasi, pembengkakan utang negara, kemiskinan, ketidakadilan, karena kau menerapkan prinsip bunga yang jelas-jelas dilarang dalam Islam. Jika kau mempertahankan egomu untuk tetap tidak memilih sistim Islam, selamanya negara ini tidak akan mencapai baldatun thayyibatun seperti yang kau inginkan.
      Islam adalah agama yang sempurna. Allah memberikan pegangan hidup untuk kita berupa Al-Qur'an dan Al-Hadist. Pemecahan semua permasalahan di dunia ini ada di dalamnya. Cocok sekali untuk Indonesia dan seluruh negara di dunia. Dalam Islam menjadi muslim yang kaya (memiliki kemampuan finansial) itu sangat dianjurkan. Kita lihat saja sahabat nabi seperti Abu-Bakar, Umar, Utsman, semua adalah saudagar kaya.  Nabi kita juga merupakan orang yang mampu, dapat tercermin dari mahar Rasulullah yang diberikan pada Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid adalah berupa 20 ekor unta ditambah 12,5 ukiyah ons emas. Jika dikonversi dalam mata uang rupiah saat ini jumlahnya hampir Rp 500 juta.


      Indonesia perlu melakukan revolusi mental seperti yang sering digaungkan oleh Bapak Joko Widodo (presiden RI). Indonesia terlalu menelan mitos yang di-cap oleh negara lain. Misal, Indonesia selamanya tak akan maju, Indonesia selamanya menjadi negara agraris, 'Indonesia ini, Indonesia itu'. Jika mental itu tidak dirubah, Indonesia akan sulit untuk menjadi bangsa yang merdeka yang sesungguhnya. Bukan tidak membutuhkan negara lain dalam hidupnya, tapi kita perlu mengurangi ketergantungan kita pada negara lain sedikit demi sedikit. Tanamkanlah keyakinan dalam hati, Indonesia pasti bisa. Ditengah kekayaam alam, kelimpahan sumber daya manusia, didukung kemauan yang kuat, negara baldatun thayyibatun in syaa Allah akan menunggu di depan mata.
      Revolusi mental yang baik akan menciptakan psikologis kenegaraan yang baik pula. Namun saat ini keadaan psikologis kenegaraan Indonesia tengah goncang. Kita dapat melihat tandanya yaitu tak menyukai pemakaian produk dalam negeri, sindrom selebritis yang lebih condong peduli keranah keartisan dibanding permasalahan negara, dan yang paling menyeramkan adalah mistifikasi bangsa. Mistifikasi adalah masalah negara kita yang  menelan mentah-mentah mitos ketidakmampuan negara yang sebenarnya bisa teratasi. Ini merupakan konsep yang salah.
       Pada masa pemerintahan Nabi Yusuf di Mesir juga pernah dilanda krisis kepemimpinan bangsa, krisis ekonomi, krisis kepedulian, instabilitas politik. Hampir sama seperti keadaan Indonesia sekarang. Pertama yang dilakukan Nabi Yusuf adalah merubah konsep/pola berpikir. Mesir kembali menata kepemimpinannya, menegakkan keadilan, memberantas korupsi, memulai usaha, dan penghematan. Mesir pada masa yang akan datang akan mengalami krisis pangan, maka Nabi Yusuf yang kala itu menjadi bendahara negara (kalau di Indonesia Bappenas, Bulog) memerintahkan untuk melakukan produksi pangan selama tujuh tahun berturut-turut, tidak mengambil impor. Nah, ketika produktivitas mereka mengalami keuntungan maka akan ditambahkan ke modal negara untuk dijadikan modal produktivitas kembali. Bukankah itu semua cocok jika diterapkan di Indonesia? Menata ulang pemerintahan (memakai sistim Islam), revolusi pemikiran, memberantas kedzaliman, korupsi, menegakkan keadilan, mengurangi ketergantungan Indonesia pada negara lain (mengurangi dan bahkan mandiri dari impor), bukan tidak mungkin Indonesia akan damai dan makmur. Memang tidak gampang, perlu penanaman nilai agama ke saluruh lini masyarakat.
      Pada masa hijrah Rasul juga mengalami ketidakstabilan ekonomi. Orang-orang yang mengikuti nabi dari Mekkah ke Madinah mengalami ketidakstabilan ekonomi, penuh dengan ujian. Mereka juga melakukan perubahan yaitu dengan memulai bisnis di Madinah, sedikit demi sedikit mereka mampu mencapai kebebasan finansial. Selama ada kemauan, di situ pasti terdapat jalan. Nabi Muhammad memulai berdagang (berwirausaha) dengan pamannya (Abu Thalib) sejak usia 12 tahun. Jiwa kewirausahaan telah ditumbuhkan sejak dini hingga usia beliau mencapai kira-kira 27 tahun. Dari usia 27 tahun sampai menjelang 40 tahun merupakan perjalanan spiritual nabi. Pada usia 40 tahun sampai 63 tahun merupakan usia nabi untuk mendakwahkan ajaran Allah diseluruh muka bumi. 
       Islam juga mengajarkan umatnya untuk berbagi dengan mukmin lainnya. Jika seorang mukmin telah memiliki kemampuan finansial, maka ia wajib mengeluarkan zakat. Dalam Islam tidak ada istilah yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin (kedzaliman), namun yang ada adalah keadilan yang menciptakan kesejahteraan. Dari zakat yang terkumpul tersebut, disalurkan kepada pihak yang membutuhkannya (delapan asnaf) menjadi zakat konsumtif dan zakat produktif. Zakat konsumtif digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pemenuhan pangan. Sedangkan zakat produktif merupakan zakat yang diberikan untuk memulai suatu usaha, sehingga tidak langsung habis. Jika usaha yang dilaksanakan berhasil, ia akan mampu dalam segi finansial, maka ia tak akan menjadi mustahiq zakat lagi, tapi sudah menjadi seorang muzakki yang siap menolong saudaranya. Konsep Islam begitu hebat, handal, sistematis, dengan tidak meninggalkan kepedulian terhadap orang lain di sekitarnya. Wallahu a'lam..

Jumat, 14 Agustus 2015

PELEMAHAN EKONOMI, SIAPKAH INDONESIA SONGSONG MEA?

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
       Suatu negara tentunya memiliki kewibawaan masing-masing, konomi menjadi salah satu tolak ukur kewibawaan negara tersebut. Seperti yang kita tahu, Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini mengalami penurunan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi terkesan masih lesu, harga-harga barang yang tidak stabil, daya beli masyarakat rendah, kinerja pasar modal tidak stabil, rupiah melemah, ketidakseimbangan neraca pembayaran, dan lain sebagainya. Pelambatan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi Amerika Serikat dengan kebijakan moneternya disertai perbaikan keadaan ekonomi negara-negara Eropa. 
       Kita dapat mengambil contoh masalah pelemahan rupiah akibat perbaikan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka hutang luar negeri Indonesia akan terus membengkak yang mengakibatkan defisit pada neraca pembayaran. Ditambah lagi dengan devaluasi mata uang Yuan beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh pemerintah China untuk meredam situasi ekonomi yang sulit untuk terus menggenjot ekspor China. Dilansir dari http://swa.co.id/business-strategy diperlukan evaluasi APBN  karena penggunaan APBN tidak mendukung sektor-sektor yang menyangkut hidup orang banyak ungkap. Selain itu, perjanjian multilateral harus dikaji ulang karena dinilai tidak berpihak pada kepentingan Indonesia. Indonesia hanya berperan sebagai fasilitator perdagangan bebas antar negara. Namun, tidak berpihak kepada kedaulatan Indonesia sendiri.
      Menurunnya perekonomian juga dipengaruhi ekspor Indonesia dan anjloknya konsumsi domestik. Seperti kita tahu, China rela men-devaluasi mata uangnya demi menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan ekspornya.  Hal ini menyebabkan ambruknya nilai tukar rupiah karena adanya hubungan bisnis yang cukup kuat antara Indonesia dan China. Rupiah melemah menjadi Rp13.541 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.536 per dolar AS. (Antara)
     Fokus pemerintah Indonesia saat ini adalah perbaikan infrastruktur. Namun apakah ada yang salah? sebenarnya tidak, hal itu sah-sah saja karena visi dan misi yang diusung oleh setiap presiden tentunya berbeda-beda. Jika dinilai dengan keadaan Indonesia yang rasio pajaknya  kecil, yaitu sekitar 11 % dari PDB tentunya ini akan berdampak berat jika Indonesia terus-menerus menggenjot perbaikan infrastruktur. Infrastruktur merupakan hal penting untuk menunjang keberhasilan ekonomi suatu negara, namun karena dana APBN yang tersedia jumlahnya terbatas, maka pemerintah harus memilih skala prioritas yang mana yang harus didahulukan.


      Melihat masalah ekonomi diatas, ditambah dengan situasi politik yang kurang stabil akibat adanya perubahan susunan kabinet beberapa waktu lalu menambah sederet masalah yang dapat menurunkan kewibawaan pemerintah Indonesia. Sedangkan akhir tahun 2015 ini Indonesia harus siap dengan tantangan baru yaitu menyongsong era baru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan keadaan yang masih belum stabil. Pada tanggal 7-11 Agustus lalu diadakan International Symposium di Singapura. Ahmad Almaududy Amri demisoner Koordinator Persatuan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) periode 2014-2015 menjelaskan, untuk dapat bersaing dengan Negara ASEAN lainnya, Indonesia perlu memperbaiki tata kelola pemerintahan. Deklarasi ini dibagi dalam empat bagian, di antara fokus yang disepakati ialah bidang kewirausahaan, diaspora, kepemudaan, dan pendidikan.
        Butir kewirausahaan menjadi butir pertama dalam deklarasi ini yang menekankan kepada upaya pemerintah untuk fokus membenahi prosedur perizinan dalam mendirikan usaha di Indonesia yang selama ini terkesan mempersulit pebisnis, sehingga memakan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Butir ke dua dalam deklarasi Singapura terkait Diaspora, pemerintah perlu lebih mendayagunakan sumber daya manusia dari Diaspora Indonesia sebagai motor penggerak kehidupan bangsa Indonesia. Butir ke tiga membahas persoalan pendidikan, PPI Dunia meminta agar pemerintah dapat menyusun dan menerapkan kurikulum berstandar internasional dengan tujuan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan mampu berkompetisi di tingkat ASEAN.

Sumber :
http://ppidunia.org/?p=656
http://swa.co.id/business-strategy/tahun-2014-ekonomi-indonesia-dinilai-terus-memburuk
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/australia-ekonomi-indonesia-akan-terus-memburuk.htm