Minggu, 24 Mei 2015

KEBIJAKAN FISKAL, BEDA NEGARA BEDA SOLUSI

Bismillaahirrahmaanirrahiim
       Salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan makroekonomi suatu negara adalah dengan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang pengeluaran dan pendapatannya dengan tujuan untuk menciptakan tingkat kesempatan kerja yang tinggi tanpa inflasi. Artinya, didalam bidang pengeluaran dapat diupayakan dengan penambahan atau pengurangan belanja agregat untuk sektor pemerintah (government) yang merangsang perekonomian negara, serta pengalokasian pendapatan pajak (tax) untuk sektor-sektor yang berkembang.

        Dalam kebijakan fiskal ada dua cara. Pertama, untuk mengatasi inflasi adalah dengan menaikkan pajak (tax), dengan demikian pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income) akan menurun, sehingga tingkat konsumsi juga menurun. Cara kedua untuk mengatasi inflasi yaitu dengan menurunkan belanja pemerintah, sehingga anggaran belanja pemerintah naik. Hal tersebut mengakibatkan pengeluaran masyarakat menurun, sehingga inflasi dapat teratasi. Nah, apabila yang terjadi adalah deflasi, maka hal yang dilakukan adalah sebaliknya dari sisi pajak dan pengeluaran pemerintahnya.
      Permasalahan makroekonomi yang tidak dapat disepelekan adalah pengangguran (unemployment). Di negara berkembang, permasalahan ini sulit diatasi. Pengangguran tidak dapat diselesaikan dengan menurunkan pajak dan menaikkan belanja pemerintah. Negara berkembang cenderung memiliki tenaga kerja yang berlebih sedangkan modalnya terbatas. Oleh karena itu, jika belanja pemerintah dinaikkan, termasuk penanaman modal, konsumsi rumah tangga, maka hal tersebut malah akan menimbulkan inflasi.
       Mengatasi inflasi, beda negara beda solusi. Jika di negara maju inflasi disebabkan karena full employment, sedangkan di negara berkembang inflasi disebabkan karena pengangguran luas, pajak cenderung rendah, sehingga gairah industri menjadi rendah, tanam modal rendah, dan akhirnya pengangguran akan meningkat. Kalaupun menerapkan pajak tak langsung, maka hal itu akan menaikkan harga barang, akhirnya menimbulkan inflasi juga. Kebijakan fiskal di negara berkembang dengan cara menyeimbangkan pengeluaran pemerintah, dengan demikian akan mengurangi spend berlebih. Hal tersebut akan mengurangi inflasi. Untuk mempengaruhi corak sumber daya, belanja pemerintah ditempatkan disuatu sektor yang dianggap menguntungkan. Galakkan tanam modal di sektor tersebut, namun pajak juga harus diatur besarnya agar tidak menurunkan gairah industri di sektor tersebut.
       Terakhir dengan memberikan perangsang fiskal. Misalkan dengan memberikan pinjaman modal yang bersyarat ringan, pembebasan sementara untuk membayar pajak, mempercepat depresiasi barang-barang modal, mengurangi pajak impor barang modal dan barang mentah yang digunakan. Akhirnya kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menaikkan tanam modal, meninggikan pajak disektor-sektor tertentu asalkan tidak menurunkan perangsang untuk menaikkan produksi.
      

Sabtu, 23 Mei 2015

IBADAH BERBALUT BELENGGU SYAITAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim
      Syaitan, ia adalah makhluk Allah yang tercipta dari api dan sangat tangguh untuk menghasud manusia agar menjauh dari Allah. Ia memiliki tipu muslihat yang jitu, buluhnya tipis, samar, dan hampir tidak terdeteksi oleh hati. Bagaimana tidak? ia selalu menyertai hati manusia, merong-rong,  menaburkan perasaan was-was, takut, hasad, riya', sum'ah, dan masih banyak lagi. Namun, jika kita berlindung kepada Allah In Syaa Allah kita akan terminimalisir dari gangguan syaitan.

       Manusia diperintahkan untuk selalu ber fastabiqul khairat, yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebelum kita beramal tentunya didahului dengan niat yang tulus karena Allah. Namun siapa sangka, niat yang lurus tersebut bisa saja melenceng dari yang seharusnya. Niat itu ibarat sebuah alamat dalam sebuah surat, jika alamat itu salah, maka surat tidak akan pernah sampai. Misalkan berniat untuk membantu orang karena Allah, tapi setelah dilihat oleh orang lain ia akan lebih senang atau bangga karena ia akan dianggap orang baik. Kemudian waktu seorang imam melantunkan bacaan sholat, ketika imam tersebut tahu bahwa ada yang mendengarkannya, ia melebih-lebihkan dalam membaca bacaan shalat. Inilah yang ditakutkan, ibadah berbalut belenggu syaitan.
        Allah memiliki kuasa membolak-balikkan hati manusia. Hanya kepada-Nya hati kita disandarkan. Kita hendaknya senantiasa memohon hati yang dilindungi dari bahaya yang selalu mengintai selama kita masih hidup agar memiliki ketetapan iman. Siapa sangka, orang yang ahli ibadah dapat selamat hingga ajal menjemput, dan siapa pula yang dapat memastikan bahwa orang keji tidak dapat bertaubat dan mendapat syurga Allah? Wallahu'alam.
         Allah telah memberikan solusi untuk mengatasi belenggu syaitan. Dalam QS.Al-A'raf:200 disebutkan, "Dan jika syaitan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui."  Dalam surat lain juga disebutkan yaitu QS.An-Nahl:99, "Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah. 
          Allah adalah Tuhan yang senantiasa menyayangi kita. Salah satu buktinya adalah ia menyertai kita dengan dua malaikat mulia yang mencatat setiap amal kita yaitu Malaikat Raqib dan Atid. Apabila kita hendak melakukan tindakan buruk seperti menggantikan cinta kita kepada Allah dengan yang selainnya, ingatlah hal itu akan tercatat dalam kitab catatan amal burukmu. Relakah kamu menggantikan Allah yang telah memberikan sepenuh hati-Nya, cinta-Nya yang melebihi kasih kedua orang tuamu dengan yang lainnya? Kita telah diberikan berbagai nikmat sehat, udara yang cuma-cuma, senyuman, dan termasuk kesedihan itu juga tanda cinta-Nya kepada kita. Kita akan lebih menghargai hidup, karena seseorang belum dikatakan beriman, sebelum kita diuji terlebih dahulu seperti umat terdahulu. Jika kita lulus akan ujian Allah, kita akan dinaikkan derajatnya oleh Allah. "Maka ni'mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS.Ar-Rahmaan:55).
     

Jumat, 22 Mei 2015

INVESTASI MODAL MANUSIA

Bismillaahirrahmaanirrahiim    
        Seseorang yang menginginkan kehidupan yang lebih layak maka ia memerlukan investasi modal manusia. Tak banyak orang menyadari hal ini. Investasi modal manusia adalah modal yang dibutuhkan manusia berupa kemampuan, ketrampilan, dan pendidikan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Keinginan untuk melakukan investasi ini tentunya bukan hal yang mudah, kita akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang menggiurkan.
        Tidak dapat dipungkiri, didalam perolehan investasi modal manusia akan memerlukan biaya (jika biaya pendidikan tersebut ditanggung pribadi) ataupun tidak mengeluarkan biaya (beasiswa), namun ia akan tetap kehilangan kesempatan (opportunity cost) untuk memperoleh pekerjaan (karena waktunya digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke strata lebih tinggi, S1, S2, atau S3). Didalam investasi modal manusia dikenal human capital concept, yaitu konsep yang dipakai untuk menghitung untung rugi menambah kemampuan, ketrampilan, atau pendidikan, apakah kita akan lebih menguntungkan jika bekerja atau melanjutkan pendidikan lagi.

        Islam adalah agama yang sempurna. Segala sesuatunya ada aturannya, termasuk investasi modal manusia ini. ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan” (Al-Hadist). Pendidikan sangat diperlukan, untuk itu kita diwajibkan untuk memperolehnya. Namun disini terdapat perbedaan orientasi didalam investasi modal manusia. Jika dinilai dari sisi ekonomi, maka investasi modal manusia akan berorientasi pada perolehan pendapatan yang lebih tinggi dari sebelumnya maka ia akan dapat memenuhi keinginan konsumsinya yang pada periode sebelumnya tidak terbeli (tidak dapat diperolehnya) karena tingkat pendapatan yang masih belum setinggi sekarang (Feriyanto, 2014). Hal itu tidak  salah, karena dalam ibadah juga diperlukan materi untuk menunjang ibadah tersebut menjadi lebih baik. Namun, jika dinilai dari pandangan  Islam, maka investasi modal manusia (dalam memperoleh pendidikan untuk bekal kehidupan) semata-mata untuk mencari ridha Allah Subhanahuwata'ala.
        Orientasi perilaku kita akan menentukan warna kehidupan kita. Hal tersebut ditentukan oleh niat. Jika tindakan atau perilaku yang kita lakukan semata-mata untuk memperoleh kekayaan materi saja, maka yang akan kita peroleh hanya sebatas uang saja dan tidak akan memperoleh keberkahan hidup. Namun, jika investasi modal manusia (pendidikan) yang kita lakukan untuk meraih ridha Allah, maka yang kita dapat tak sekedar materi saja, namun yang utama adalah keberkahan dalam menuntut ilmu tersebut. Apakah ilmu yang kita miliki memilki manfaat untuk orang lain. Bukankah didalam Islam menyebutkan sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an?